02

3.9K 388 41
                                    

Naruto  melepaskan hanbok luarnya, yang menurutnya sangat merepotkan, ia hanya memakai hanbok tipis  yang lebih simple, rambut pirang panjangnya ia ikat kuda.

Pertandingan ini di saksikan langsung oleh Permaisuri dan Raja butsuma, begitu pula dengan Ratu yang duduk dengan angkuh di samping sang raja.

Naruto menatap lawannya, yakni pangeran ke tiga Uchiha Obito,putra kesayangan sang ratu.

Naruto  memegang erat, pedang kayunya dia dapat mendengar nada remeh dan merendahkannya dari sanga Ratu, tapi ia tak perduli, pertarungan ini, ia yang harus menang demi ke bebasannya.

Sebelum bertanding Naruto  membungkuk hormat ke arah raja, dan Obito membuat penonton terbelalak karna sikap Naruto.

Tanding adu pedang di mulai, beberapa  kali penonton di buat terpukau dengan kemampuan pedangnya Naruto.

Tebasannya tak pernah meleset, dan sering tepat sasaran, di daerah vital obito, dan di babak akhir Naruto  berhasil membuat Obito terjatuh dan kalah.

Satu istana di buat bungkam  oleh Naruto, gadis itu mengulurkan tangannya tapi di tepis oleh Obito yang langsung pergi begitu saja.

Naruto, hanya tersenyum tipis memakluminya. Dia membungkukan badannya kearah sang raja dia mengambil hanboknya yang jatuh dan Saat ia akan pergi, hawa dingin tiba -tiba menyerang sarapnya, saat pedang sungguhan menempel di lehernya.

''Kau, ayo bertanding pedang sungguhan dengan ku. "

Naruto diam, dia hanya melirik sekilas, lalu dia berkata.

"Aku tak bisa, waktuku terlalu berharga untuk melakukan hal-hal bodoh, "jawab Naruto yang langsung berjalan begitu saja, dan secara tak sengaja lehernya tergores pedang yang di pegang Obito.

"Kau pengecut? "Teriak Obito.

Raja dan Para pangeran sudah menyuruh obito untuk kembali, perasaaan mereka  tak enak ketika melihat wajah dingin gadis yang tengah berhadapan dengan anak/saudara mereka.

"Aku perempuan, di sebut pengecut pun aku tak malu. Tapi, tangan ini terlalu berharga untuk di kotori hal-hal yang tak berguna, "jawab Naruto, membuat satu kerajaan yang hadir di sana bungkam dengan kata-katanya.

Naruto tersenyum  sampai matanya menyipit terlihat tulus sekali, sampai-sampai para pangeran juga terpesona dengan  senyumnya itu.

Naruto, segera berlari mengabaikan rasa sakit di lehernya, ia segera keluar dari paviliun permaisuri.

Iya bukan wanita lemah, dia harus kuat apa lagi dengan kata -kata kasar seperti itu.

Dia sudah terbiasa, sepulang dari istana, Naruto pulang ketempat tinggalnya, Tsunade begitu khawatir ketika melihat gadis itu terluka.

"Lehermu terluka, biar kaasan obati. "Ucap Tsunade.

"Tidak usah kaasan, Naru baik-baik saja. "

"Baik -baik apanya, kau ini seorang gadis tak seharusnya kau memiliki luka, "omel Tsunade yang membuat  Naruto  meringis, karna mendapat ceramah yang tidak ada hentinya.

"Persis kaasan, "

Naruto  hanya  tersenyum , lalu dia menatap ke arah luar.

Naruto  berjalan - jalan di sekitar  kediaman  pangeran  kedelapan, dia berjalan  dengan tingkah konyolnya sehingga  beberapa  orang  yang melihatnya menahan  tawanya.

Naruto gak sengaja bertemu dengan karin keponakannya Kushina istri pangeran  kedelapan, beserta pelayannya Sakura.

Naruto, membungkukan  badannya sedikit, dan tersenyum ke arah keduanya.

My prince Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang