05.

2.9K 302 18
                                    

Setelah bertemu dengan raja, Naruto resmi pindah ke istana dan menjadi bagian dari keluarga kerajaan.

Sebenarnya ia tak mau tapi, ia terpaksa dan tak bisa mengambil lagi ucapannya tadi.

Ia segera berjalan dengan cepatnya, menghindari Itachi yang mengejarnya dari belakang.

Naruto menyingkap hanboknya sebatas paha, dan berlari secepatnya menghindari amukan Itachi.

Naruto naik ke atas pohon, tapi hanboknya tersangkut, dia segera menariknya hingga hanbok itu sobek.

Sedangkan Itachi, dia sudah berada di bawah pohon itu, dan menatap ke atas dan dengan replek Naruto merapatkan kedua pahanya.

"Kulitmu putih juga ya. "
Ucap Itachi sambil ngeluarin smirknya.

"Dasar pangeran mesum, menjauh sana!! Teriak Naruto dengan rona samar terlihat di pipi Naruto .

Pria itu hanya mendengus kecil, lalu berkata.

"Turun dengan suka rela, atau aku perintahkan prajurit untuk menebang pohon ini, dan melihat pahamu secara suka rela. "

"I- iya aku turun, minggir "

"Loncat saja, bukankah kau wanita strong. "Ucap Itachi yang sengaja mencari gara- gara dengan Naruto.

"Kau mau mengintip ya, "tuduh Naruto dengan tidak sopannya.

''Mulutmu itu harus di potong ya, sudah berapa kali kau bicara tidak sopan pada seorang pangeran, "

"Kalau tidak ada asap, mana ada api. "Balas Naruto yang berancang-ancang siap loncat.

"Ya kau asapnya? "Ucap pria itu, Naruto hanya mendecih. Ia sudah ancang- ancang loncat, ia terkejut mendapati ibunya hingga ia terpeleset dan hampir saja mencium tanah jika saja Itachi tidak replek segera menangkapnya.

"Dasar ceroboh, "ujar Itachi, mendapatkan delikan maut dari Naruto.

Baru saja dia menginjakan kakinya di tanah, kaasan angkatnya langsung menarik tangannya menjauh dari Itachi yang dari tadi tak pernah melepaskan pandangnya dari Naruto.

"Arghh..... Kaasan... Sakit? "Teriak Naruto, karna Kaasannya itu dengan tanpa perasan menarik telinganya itu.

"Kau, bagaimana bisa kau tidak berlaku sopan pada pangeran yang berstatus calon suamimu itu? "Ucap Tsunade dengan urat amarah yang terlihat di wajah mudanya.

"Ka-kasaan tahu aku akan menikah dengannya? "Tanya Naruto agak takut, karna tak pernah melihat wajah sangar Kaasannya.

"Iya. Itu sudah menyebar. Kau seorang putri sekarang, dan jaga tingkah lakumu? "Ucap Tsunade sambil menatap Naruto tajam tapi terlihat sedih.

Karna hidup di istana itu harus siap mental dan pisik.

"Kaasan jangan sedih, aku bisa jaga diriku baik- baik ok. "Ucap Naruto, sambil memperlihatkan senyum tipisnya seperti biasa.

"Kau tidak kuat, kau butuh pendamping yang hebat dan menyayangimu. "Ucapan Tsunade itu membuat setitik air mata turun dari kedua ujung mata miliknya.

Naruto langsung merangkul Tsunade, ia ingin menangis untuk terakhir kalinya di hadapan ka'saan angkatnya.

"Kan ada kaasan, "ucap Naruto yang mulai bermanja- manjaan tapi dengan tegas Tsunade memukul pahanya.

"Jangan bersikap kekanakan, besok adalah hari pernikahanmu, jangan keluyuran nanti akan ada dayang yang datang kemari, jadi bersiap- siaplah. "Ucap Tsunade tegas dan penuh perhatian.

Naruto hanya terdiam, ia menghela nafas dan ia berjanji kepada dirinya sendiri kalau ia takan membuat ibunya dalam bahaya, apapun yang terjadi kedepannya nanti.

My prince Where stories live. Discover now