Chapter 12: Tragedi Foto

27.1K 2.4K 59
                                    

Naura keluar dari kelasnya setelah ia meminta ijin kepada Bu Ningsih jika ia hendak pergi ke toilet

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Naura keluar dari kelasnya setelah ia meminta ijin kepada Bu Ningsih jika ia hendak pergi ke toilet. Gadis itu menyusuri koridor yang terlihat sepi. Jam belajar masih berlangsung. Kali ini suasana sekolah benar-benar hening. Biasanya, minimal ada satu kelas yang tidak dimasuki oleh guru alias jam kosong yang membuat keadaan koridor tak sehening ini. Tapi, mengingat sebentar lagi akan diadakan penilaian akhir semester semuanya mendadak berubah.

Seperti tengah diadakan perlombaan antar kelas, mereka semua bersaing untuk menjadikan kelas mereka kelas unggulan. Kelas yang isinya adalah murid-murid enstein yang unggul dalam masing-masing bidang atau jurusannya. Kelas jurusan IPS yang terkenal paling heboh dalam kerusuhan kelas pun mendadak tenang.

Naura bersenandung kecil. Sembari melangkah, matanya menyusuri ruang kelas yang ia lewati. Sampai akhirnya, saat melewati kelas Sepuluh MIPA 3 pandangannya tak sengaja bertemu dengan Fiko. Laki-laki itu duduk di barisan ketiga dari depan.

Teringat kejadian saat di kantin tadi, Naura segera mengalihkan pandangannya. Lagi-lagi, perasaan tidak enak itu muncul kembali.

Naura sebenarnya mau saja jika diminta tolong. Namun, rasanya aneh jika ia menyetujui permintaan Fiko. Naura merasa tidak pantas. Ia pikir, masih ada banyak perempuan-perempuan lain yang lebih cocok untuk menjadi model Fiko.

Naura menghela napasnya. Tak ingin memikirkan hal tersebut lagi, ia pun lantas segera mempercepat langkahnya.

***

Naura keluar dari toilet. Baru saja ia akan berbelok di tikungan koridor, tiba-tiba saja ada seseorang yang menghalanginya. Naura tersentak kaget. Ia kemudian mendongak.

"Fiko?" ucap gadis itu.

Fiko menyembunyikan kedua tangannya di saku. "Gue mau ngomong sesuatu sama lo," ucap Fiko terdengar serius.

"Mau ngomong apa?" ragu-ragu Naura menjawab.

"Gue masih kepingin lo yang jadi modelnya."

"Sorry, Fik. Aku, kan, udah bilang. Aku enggak mau."

Fiko menatap Naura serius. "Tapi, gue maunya lo, Ra."

"Kenapa aku? Kan masih ada banyak cewek-cewek lain yang mau, Fik. Mereka cantik dan cocok."

"Lo juga cantik dan cocok."

Ternyata Fiko keras kepala juga.

"Aku saranin ajak si Disa, deh. Orangnya cantik. Anak MIPA 2. Putri? Anak kelasku. Atau enggak Rania. Dia kan sekelas sama kamu. Manis dia. Orangnya tinggi juga."

Fiko menghela napas. Ia tampak berpikir sebentar.

"Gue enggak mau. Lagian Rania udah diajak sama anak lain, Ra."

"Ya udah cari yang lain."

Naura lama-lama sedikit kesal. Ia merasa tidak nyaman dipaksa laki-laki itu.

Mantan Rasa Pacar [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang