Last Concert >> January 28th, 2015 x pt 2

2.1K 356 58
                                    

11.36 AM

Setelah dokter dan beberapa suster masuk ke dalam ruangan Harry untuk memeriksa keadaan Harry, Louis dengan segera menghubungi Anne juga the boys yang sedang makan siang.

Setelah sekitar lima menit berjalan ke sana kemari di depan kamar Harry dengan rasa khawatir yang tinggi, Liam, Zayn, dan Niall akhirnya datang menghampiri Louis dengan nafas mereka yang sedikit tidak terkontrol karena mereka bertiga baru saja berlari dari kafetaria rumah sakit yang jaraknya cukup jauh dari kamar rawat Harry. Dan letak kamar Harry dengan kafetaria rumah sakit juga berbeda dua lantai.

"Vashappenin', Lou?" tanya Zayn yang meletakkanya sebelah tangannya di dinding dekat pintu kamar Harry dan sebelah lagi ia simpan di pinggangnya. Liam berdiri di sebelah Zayn, memandang Louis dengan serius. Sedangkan Niall, well ia memilih untuk duduk di atas bangku dekat jendela kamar Harry lalu memakan keripik kentangnya dengan sedikit rakus. Ia kelelahan, tapi rasa lapar lebih mendominasi keadaanya saat ini. Tapi rasa khawatir tentu saja masih dirasakannya.

"Harry sadar. Dr. Ken sedang memeriksa keadaannya," jawab Louis sambil tersenyum dengan lebar, tapi kegelisahan tidak pernah lepas darinya. Liam dan Zayn pun mengangguk sambil tersenyum mendengar jawaban Louis, ketika Niall sibuk mencari tempat sampah untuk membuang bungkus keripik kentangnya yang sudah habis.

"Kau sudah menghubungi Anne atau Gemma?" tanya Liam ketika Niall sudah bergabung ke dalam perbincangan mereka bertiga. Louis mengangguk.

"Ya, aku sudah menghubungi Anne. Dia akan datang ke sini secepat mungkin," jawab Louis yang menerima anggukkan dari Liam, Zayn, dan Niall.

"Lou–" ketika Niall ingin menanyakan sesuatu, pintu kamar Harry terbuka memunculkan Dr. Ken dengan kedua suster yang tadi membantunya memeriksa keadaan Harry di dalam.

"Dia ingin bertemu dengan kalian semua. Tapi aku mohon jangan mendorongnya untuk banyak bicara terlebih dahulu," ucap Dr. Ken kepada mereka berempat. Mereka pun mengangguk secara bersamaan dan mengucapkan 'terima kasih' sebelum akhirnya Dr. Ken pamit pada mereka untuk memeriksa pasien lainnya.

Louis dengan tidak sabaran masuk ke dalam kamar rawat Harry dengan air mata yang kembali membasahi kedua pipi dan dagunya meskipun sebelumnya ia sudah mengusap air mata itu sebelum masuk ke dalam kamar. Liam berjalan di belakang Louis yang di susul dengan Niall dan juga Zayn.

"Akhirnya kau sadar juga, Hazz!" Louis memeluk Harry lalu menangis di antara bahu dan lehernya. Harry—dengan keadaan lemas—membalas pelukan Louis dengan melingkarkan tangan kanannya di belakang punggung Louis.

"Hi," bisik Harry pelan sambil tersenyum kecil. Banyak kabel dan selang yang menempel di tubuhnya, tapi Louis tetap tidak keberatan untuk memeluk Harry.

"Akhirnya kau sadar juga, Harry! Kami sangat mengkhawatirkanmu," ucap Niall berdiri di sebelah Louis. Zayn dan Liam berdiri di sisi lain ranjang Harry yang mana bersebrangan dengan Louis dan Niall.

"Sorry," balas Harry dengan suara pelannya ketika Louis sudah melepaskan pelukannya dari Harry.

"Glad to see you again, mate," ucap Zayn tersenyum sambil menepuk tangan kanan Harry pelan. Harry tersenyum sambil sedikit menganggukkan kepalanya, memberikan tanda kalau ia juga senang bisa melihat mereka semua lagi.

"How's your feeling?" tanya Liam sambil menghapus setetes air mata yang jatuh dari mata kirinya.

"I'm okay," jawab Harry berbisik. Setelah menjawab pertanyaan Liam, Harry mengalihkan pandangannya ke arah Zayn, Louis, dan terakhir Niall. Ketika Harry melihat ada air mata yang mengalir di pipi Niall, Harry berusaha menghapus air mata itu dengan susah payah, karena tangannya masih terasa sangat lemas. Ia tersenyum lemah pada Niall ketika Niall melihat apa yang dilakukannya. "I'm okay."

You okay my ass. batin Louis sedikit geram. Ia tahu kalau keadaan Harry tidaklah baik. Terlihat dari kulitnya yang sangat pucat. Bibirnya juga tidak berwarna merah muda seperti biasanya. Dan suaranya, suaranya terdengar seperti ia sedang menahan rasa sakit di dalam tubuhnya.

"Where's mum?" tanya Harry ketika ia menyadari yang berada di dalam kamar itu hanyalah mereka berlima.

"Dia sedang menuju ke sini," jawab Louis yang menerima anggukkan dan senyuman dari Harry. Ia tidak mau membuat sahabat-sahabatnya khawatir, jadi ia berusaha untuk terus tersenyum pada mereka. "God, we missed you so much, Haz!" dengan itu Louis, Niall, Liam, dan Zayn memeluk Harry dengan bersamaan. Mereka terlalu merindukan sahabat keriting mereka itu sehingga mereka tidak bisa menahah diri mereka untuk tidak memeluk Harry. Dan Harry tentu saja dengan senang hati menerima pelukan mereka sambil terkekeh pelan.

***

12.51 PM

"Selamat makan!" teriak Niall lalu ia mulai memakan pesanannya.

Niall, Liam, Zayn, dan juga Louis memutuskan untuk makan siang di Nando's ketika Anne, Gemma, dan Robin sudah datang ke rumah sakit. Saat Niall, Liam, dan Zayn hendak makan siang di kafetaria tadi, Louis menghubungi tepat setelah mereka baru saja memesan makannya, sehingga mereka belum sempat mengisi perut mereka yang kosong. Alhasil, sekarang mereka berempat sedang menyantap makan siang mereka masing-masing dengan lahap di Nando's.

Mereka berempat juga berencana setelah makan siang ini, mereka akan pulang ke flat mereka masing-masing untuk beristirahat sebentar dan membersihkan diri, karena selama dua hari kemarin, mereka terus menunggui Harry di rumah sakit.  Adanya Anne, Robin, dan Gemma yang akan menunggui Harry seharian ini, membuat mereka berempat merasa sedikit tenang untuk meninggalkan Harry karena setidaknya mereka tidak meninggalkan Harry sendirian.

"Lou, kau sedang memikirkan apa?" tanya Zayn yang melihat Louis sedikit keluar dari zonanya, atau bisa dibilang melamun. Liam dan Niall pun mengalihkan pandangan mereka pada Louis.

"Tidak. Aku hanya memikirkan apa yang akan terjadi pada Harry ketika ia tahu kondisi tubuhnya sekarang. He doesn't deserve all of this p-pain," ucap Louis menundukkan kepalanya sambil memainkan sendok makannya.

"Me too. It's just ... too much," Niall, si ceria Niall yang selalu menertawakan segala macam hal, kali ini memasang mimik wajah yang jarang ia tunjukkan pada siapa pun, bahkan pada dirinya sendiri.

"Kita harus kuat, guys. Aku yakin jika kita kuat, Harry pasti akan mengusahakan hal yang sama. Yang terpenting, kita harus tetap bersama dalam keadaan apa pun. Harry sedang sangat membutuhkan kehadiran kita saat ini," ucap Liam yang menerima anggukkan dari Louis, Zayn, dan Niall.

"It's unfair," ucapan Louis terdengar begitu pelan, tapi Zayn, Liam, dan Niall masih bisa mendengarnya. Keadaan Harry memang sangat mengkhawatirkan. Mereka takut keadaan Harry saat ini mempengaruhi keadaan jiwanya juga. Tapi mereka tahu, Harry pasti bisa melewati semua ini. Ia merupakan salah satu sosok terkuat yang pernah mereka kenal. Mereka bangga bisa bersahabat dengan Harry dan menjadi bagian hidup Harry.

Tapi jika semua pengobatan rumah sakit dan ketegaran serta kekuatan Harry tidaklah cukup untuk menyembuhkan keadaannya, keajaiban dari Tuhanlah harapan mereka satu-satunya.

***

Vomments please :)

The Last ConcertKde žijí příběhy. Začni objevovat