Last Concert >> January 28th, 2015 x pt 3

2.1K 296 80
                                    

19.03 PM

Ketika Harry, Liam, Niall, dan Zayn sedang asyik mengobrol dan bercanda, serta Anne dan Louis yang sedang serius membicarakan sesuatu, pintu kamar rawat Harry diketuk tiga kali lalu terbuka dengan memunculkan Dr. Ken dengan seorang suster yang lalu masuk ke dalam kamar Harry.

"Selamat malam, Harry. Bagaimana keadaanmu?" tanya Dr. Ken yang sudah berdiri tepat di sebelah kanan ranjang Harry. Niall, Liam, dan Zayn sudah berdiri di dekat Louis dan Anne untuk memberikan kebebasan pada Dr. Ken yang akan memeriksa keadaan Harry.

"Better," jawab Harry sambil membalas senyuman yang diberikan Dr. Ken.

"Aku akan memeriksamu sebentar," Dr. Ken pun mulai melakukan pemeriksaan kedua setelah tadi siang ia memeriksa keadaan Harry ketika Harry sadarkan diri. "Kau merasakan sakit atau semacamnya di bagian dalam tubuhmu?" tanya Dr. Ken sambil melepaskan stetoskop dari telinganya.

"Ya. Aku merasa sedikit nyeri di bagian perut sampai punggungku dan aku seperti tidak bisa merasakan kakiku," keluh Harry dengan suaranya yang sudah membaik. Dr. Ken pun mengangguk, menanggapi ucapan Harry. Suster yang menemani Dr. Ken pun menulis sesuatu di papannya. "Semuanya akan baik-baik saja kan?" lanjut Harry.

Anne serta the boys menunggu dengan khawatir di salah satu sudut kamar Harry. Louis melingkarkan tangan kirinya di sekitar pinggang Anne sambil berbisik padanya bahwa Harry akan baik-baik saja. Jika Harry tidak berada di kamar rawat VIP yang besar ini, kemungkinan kehadiran Anne dan the boys dapat mengganggu konsentrasi Dr. Ken yang sedang memeriksa keadaan Harry.

"Tentu," jawab Dr. Ken sambil tersenyum, memberikan pikiran positif pada Harry agar keadaan Harry tidak memburuk, karena Dr. Ken tau semuanya tidak akan baik-baik saja. "Baiklah. Mari kita lihat keadaan kakimu," lanjut Dr. Ken. Sang suster yang jika dilihat dari name tag nya bernama Zeera itu, membuka selimut biru muda Harry sampai memperlihatkan lutut Harry yang kini warna kulitnya terlihat sedikit kuning daripada putih, tidak seperti biasanya.

"It's a bit yellow. How funny!" ucap Harry mengomentari warna kulit kakinya sambil tertawa kecil. Tapi di ruangan itu hanya Harry yang tertawa.

Sebenarnya jika kita tidak terlalu memperhatikan warna kulit Harry, kita tidak akan tahu jika warna kulitnya sedikit menguning karena seperti yang aku bilang, warnanya hanya sedikit menguning. Jika orang melihat dengan sekilas, mereka akan menganggap itu hanyalah warna kuning langsat. Tapi nyatanya bukan.

"Can you feel it?" tanya Dr. Ken yang sedang menyubit kulit kaki Harry. Harry pun menggeleng. "Now?" tanya Dr. Ken lagi ketika ia memukul-mukul kaki Harry. Harry tetap menggeleng.

"Am I alright, doc?" tanya Harry ketika ia merasa aneh karena tidak bisa merasakan apapun pada kakinya. Ia sedikit khawatir dengan Anne karena ia terlihat sangat sedih sampai-sampai ia menangis.

"Kau harus segera istirahat, Harry," ucap Dr. Ken yang menghiraukan pertanyaan Harry. "Mrs. Styles, can we talk?" tanya Dr. Ken yang menerima anggukkan dari Anne. Keduanya pun berjalan keluar dari kamar Harry. Sebelumnya Anne sempat memberikan senyumannya sayangnya pada Harry ketika ia melewatinya.

"Kalian bisa berada di sini sampai dua jam ke depan saat jam besuk sudah habis. Saya permisi," ucap suster Zeera pada the boys sambil tersenyum, lalu ia pun keluar dari kamar Harry.

"What's wrong, guys? Kalian tahu sesuatu tentang keadaanku?" tanya Harry ketika ia melihat teman-temannya yang sedikit murung. Padahal sebelum Dr. Ken memeriksa keadaannya, mereka semua sedang bercanda bersama.

"We can talk about it later. You should get some sleep, mate," ucap Liam dengan gaya Daddy direction nya.

"Oh come on! Kalian menyembunyikan sesuatu dariku kan?" tanya Harry yang tidak menerima jawaban apapun dari teman-temannya."Okay, jika kalian tidak ingin memberitahukannya padaku sekarang, tidak apa-apa. Bagaimana jika kita bicarakan persiapan penutupan konser tanggal dua Februari nanti?" lanjut Harry sedikit terlalu excited. Ia menaikkan sebelah alisnya ketika teman-temannya tidak merasakan hal yang sama dengannya. Mereka malah menghembuskan nafas berat secara bersamaan.

The Last ConcertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang