Last Concert >> January 29th, 2015 x pt 1

1.7K 228 25
                                    

08.12 AM

Harry's POV

"Morning." sapaku saat melihat Louis mengusap sebelah matanya sambil menguap lebar.

"Hey, Hazz. Morning. Sejak kapan kau bangun?" ucap Louis tersenyum sambil merubah posisinya menjadi duduk di atas sofa.

"I don't know. Setengah jam yang lalu mungkin." jawabku sambil mengedikkan kedua bahuku pelan. Louis pun mengangguk.

"Bagaimana tidurmu?" Tanya Louis.

"Tidak ada tempat yang lebih nyaman daripada rumah, Lou." Jawabku sambil menaikkan sedikit salah satu sudut bibirku. "Tapi selama ada kau, Liam, Niall, dan juga Zayn, aku tidak masalah tidur di tempat ini, bahkan di pinggir jalan sekali pun."

Louis tersenyum kecil ketika mendengar jawabanku, lalu ia datang mendekatiku dan berdiri di sisi kiri ranjang. "Jadi maksudmu, jika suatu saat nanti kau tidak punya uang lalu kau terpaksa tidur di jalanan, kau ingin kita semua ikut merasakan penderitaanmu, begitu? You wish, Harold."

"Kau tahu bukan itu yang aku maksud, Lewis." Ucapku sambil melebarkan senyumanku.

Aku tahu dia hanya mencoba membuatku merasa senang setiap saat. Ia ingin membuatku merasa bahwa tidak ada hal yang perlu aku khawatirkan. Tapi untuk saat ini, aku tidak yakin ia akan berhasil melakukannya karena semua yang terjadi padaku, semua masalah yang datang padaku, bukanlah hal yang tidak perlu aku khawatirkan. Penyakit sial yang menyusahkan ini bukanlah hal yang tidak perlu aku khawatirkan.

Tapi setidaknya ia sudah dan selalu mencoba. Dan berpura-pura terlihat senang karena usahanya, mungkin bukan masalah.

"What the fuck, Harry! Jangan pernah memanggilku seperti itu lagi!" Sambil membulatkan matanya, Louis memukulku pelan.

"Whatever, Linson."

"Harry Edward Styles!"

"Alright, alright! Geez, Louis."

Ucapanku tadi menjadi suara terakhir yang terdengar di ruangan ini. Uh, pengecualian untuk monitor sialan itu.

Diantara aku dan Louis sama-sama tidak ada yang angkat bicara. Mungkin kami berdua tidak mempunya topik bagus untuk dibicarakan bersama. Seakan-akan kami berdua terhanyut dalam pikiran kami masing-masing dan enggan mengeluarkannya. Atau mungkin saja itu hanya aku, mungkin Louis hanya sedang berusaha menyempurnakan kesadarannya karena dia baru saja bangun dari tidurnya.

Suasana di ruangan ini begitu sepi. Tapi suasana sepi yang menenangkan. Suasana yang sudah begitu lama tidak aku rasakan. Karena biasanya, yang aku dengar adalah teriakan histeris para fans yang begitu memekakkan telinga, atau suara ribut the boys dan aku yang tidak bisa berhenti berbicara sampai kami tertidur. Bukannya aku tidak menyukai hal itu, hanya saja terkadang aku merindukan hidup normalku. Aku ingin menghirup udara bebas di luar sana tanpa ada yang mengganggu dan tanpa ada yang mengerumuni. Dan mungkin untuk saat ini hal itu sulit terwujud karena kami setiap harinya semakin terkenal.

Tidak, tidak. Aku tidak bermaksud sombong. Tapi memang itulah kenyataannya. Dan mungkin, aku tidak ingin merubahnya. Uh, mungkin sedikit. Tapi keinginanku berada di dalam band ini lebih besar daripada keinginanku untuk kembali pada hidupku yang normal.

"Harry?" Panggil Louis yang menyadarkanku dari lamunanku yang tidak jelas.

"Hm?"

"Apa kau mendengarkanku?" Tanya Louis sambil mengangkat sebelah alisnya.

The Last ConcertWhere stories live. Discover now