8. Sekolah Baru

733 39 0
                                    

Gema tawa terdengar sejak Maura menuruni anak tangga. Ia tersenyum melihat kebahagiaan di rumah ini.

“Pagi Maura.” sapa Tante Ana. Senyum tulus terpatri di wajahnya.

“Gimana istirahatnya semalam? kamu suka kamarnya?” pertanyaan itu dilontarkan oleh Om Bram, bahkan sebelum Maura sempat menjawab sapaan Tante Ana.

Maura mengangguk semangat, “Suka banget malah.” jawabnya dan diakhiri kekehan.

Om bram mengangguk singkat seraya tersenyum, lalu kembali menyantap sarapanya.

“Pagi.” suara berat itu membuat Maura menoleh. Terlihat Dimas dengan muka bantalnya.

“Ma, ngapain sih nyuruh Dimas berangkat sekolah sepagi ini?” protesnya.

Tante Ana mengelengkan kepala, “Ini udah jam setengah tujuh Dimas. Udah siang untuk anak sekolah kayak kamu!”

“Yaelah Ma, biasanya juga Dimas berangkat jam tujuh kurang lima menit.”

“Iya, terus main kebut-kebutan di jalan. Itu nggak boleh Dimas!”

Dimas mendengus mendengar ocehan Mamanya.

“Mulai sekarang, kalian berdua harus berangkat pagi. Maksimal pukul tujuh kurang seperempat kalian sudah harus berangkat ke sekolah.”

Maura mengangguk patuh, Sedangkan Dimas melebarkan mata mendengar itu.

“Tapi Ma..”

“Maaf, kami tidak menerima protes dalam bentuk apapun.” potong Om Bram yang dibalas anggukan oleh Tante Ana. Keduanya terkekeh melihat Dimas mengerucutkan bibir.

Pukul 06.53

Tujuh menit sebelum bel berbunyi, Maura dan Dimas baru memasuki area parkir. Kedatangan Maura menjadi pusat perhatian bagi siswa yang juga baru datang. Sekaligus beberapa siswa Laki-laki yang menjadikan tempat parkir sebagai tempat nongkrong karena malas masuk kelas.

“Dim!” teriak seorang cowok. Seragam yang dikenakan keluar dari celana ditambah dasi terpasang asal. Dari penampilanya Maura langsung bisa menilai kalau cowok itu pasti bad boy.

“Siapa tuh? Boleh kenalan nggak?” tambahnya lalu ber hi-five dengan tiga temanya.

“Gebetan atau pacar?” teriak salah satu teman yang berdiri di sebelah cowok bad boy.

“Lo udah bisa move on Dim?”

“Keren lo Dim, sekali move on sama siswa baru, kenal di mana lo?”

“Kak, bagi nomornya dong.”

“Si goblok! mana mau dia sama bocah ingusan kayak lo!”

“Ya siapa tau dia suka berondong. Ini zaman now, man!”

Kicauan segerombol cowok itu membuat Maura kesal. Ia melirik Dimas yang sedari tadi diam menatap datar segerombol cowok itu.

“Berisik!” seru Dimas kemudian. Segerombol cowok itu terdiam sebentar lalu terkekeh.

“Yaelah Dim, masih kaku aja lo kayak robot.” ucap si bad boy.

Dimas memutar bola matanya jengah, kemudian meninggalkan segerombol cowok itu.

Sepanjang koridor banyak siswa cewek yang menatap Maura dan Dimas. Tatapan memuja untuk Dimas dan tatapan sinis untuk Maura.

Selama hidup, Maura tidak pernah ditatap sinis oleh banyak orang seperti ini. Maura menelan salivanya, jemarinya mulai dingin. Ia gugup. Maura berlari kecil, mengimbangi langkah Dimas yang terlalu lebar.

MIMPI [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang