Checkpoint O

1.1K 214 126
                                    

Kepada

Pendukung "Backpack Over Flowers"

Kalian enggak perlu memuji kecerdasanku dalam memilih topik dan membuat pelesetan. Haha.

Backpack Over Flowers  <-- Boys Over Flowers  <-- Dumpling Over Flowers. Ngerti?

Enggak?

Nanti aku jelaskan.

Pokoknya aku sadar kok, ini luar biasa. I am extraordinary. Hehehe. Satu  hal lagi yang bisa aku banggakan di atas segala kekuranganku dibandingkan Rayn. Dan aku bersyukur karenanya.

Meski begitu, julukan Word Master  masih dipegang Wynter. Mungkin karena sekalinya ngomong, anak itu bisa menebas dan menusuk perasaan orang-orang di sekelilingnya.

Sementara aku, tipe yang canggih dengan kata-kata tertulis saja, di buku pribadi pula. Yang baca cuma aku sendiri. Atau Rayn kalau mau.

Oke, aku jelaskan ya.

Dalam budaya Jepang, ada pepatah: 花より団子, Hana yori Dango, atau rice dumplings over flowers.

Artinya, kebutuhan pokok harus didulukan ketimbang kemewahan. Kalau di Indonesia, pepatah populer yang kurang lebih semakna adalah besar pasak daripada tiang. Jangan sok bermewah-mewah yang melebihi kemampuan. Bijak memilih apa yang penting dulu.

Hana yori Dango jadi populer karena jadi judul komik manga yang kemudian didramakan di Jepang, Korea, belakangan China dengan judul pelesetan Boys Over Flowers.  Cowok didulukan ketimbang kemewahan lain.  Aku mauuuu dong. Tapi siapa ya yang bakal mentingin aku duluan?

Tapi, O la la, apa benar cowok diduluin? Aku enggak nonton soalnya. Ini the power of research. Googling.

Anyway, dari situ aku pelesetkan lagi jadi Backpack Over Flowers. Pentingkan isi ranselmu. Karena isi ransel menunjukkan kepribadianmu. Haha.

Setuju?

Jadi, kenapa aku bela-belain menulis tentang backpack sekarang?

Gara-garanya  tiba-tiba saja, aku ketiban sial, atau tepatnya ketiban lima ransel, milik Rayn, Raiden, Wynter, Xylon, dan Neru.

Sekolah sudah sepi. Kami sudah separuh jalan mau pulang. Tapi Pak Kepsek memanggil kami untuk membantu memindahkan buku-buku dari kantornya ke perpustakaan. Tidak tanggung-tanggung jumlahnya, satu lemari. Entah apa yang membuat Pak Sam merasa dunia bakal runtuh kalau buku tidak dipindahkan saat itu juga.

"Kita berlima cukuplah," kata Rayn, menunjuk tangan kananku yang dibebat. Terkilir waktu jatuh main voli.  "Ardi belum pulih benar."

"Ya sudah, aku titip ranselku." Wynter begitu saja menggantungkan backpacknya di bahuku. Seperti isyarat buat yang lain untuk melakukan hal yang sama. Dua bahu langsung terbebani.

Memangnya aku kapstok? Tapi protesku cuma disambut tawa. Aku pun terhuyung membawa semuanya ke bangku terdekat di taman. 

"Masih ada camilan di tasku kalau kamu lapar dan bete menunggu," kata Rayn. "Ambil saja."

"Ada sekaleng rootbeer masih utuh di tasku!" seru Wynter yang sudah berjalan mendahului.

"Aku punya kartu remi." Raiden menyambung. Sama sekali enggak nyambung.

"Kamu boleh pakai pensil warnaku." Neru menunjuk ranselnya. Semakin gaje saja. "Tapi rapikan lagi kalau sudah."

Otomatis aku beralih pada Xylon sekarang, apa yang akan ditawarkan anak itu?

Ardi's Checkpoints A-ZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang