Mustahil

1.8K 116 0
                                    

Salju pertama turun, tepat ketika air mancur itu keluar di malam hari. Begitupun dengan bagaimana bahagianya semua sejoli yang sudah menantikan kejadian setahun sekali. Bersama mereka yang ia cintai.

Astaga! Jangan lupakan suatu kepercayaan itu. Apa yang banyak orang katakan bahwa salju pertama akan mengabulkan permintaanmu. Kemudian, pertanyaanya apakah itu benar-benar terjadi? Bahkan sepersekian detik ketika salju itu mulai turun, orang-orang tengah menikmatinya, menebar senyum bahagia, dan lupa kalau pernyataan itu pernah ada.

"Saljunya turun, cepat ambil gambarnya Gyu... "

"Iya sabar dong, baru juga buka hp"

Dia yang dipanggil Gyu menurut, mengambil gambar layaknya fotografer. Bahkan ketika salju itu turun dengan background gembok-gembok warna-warni. Benar-benar indah. Lalu, ia yang menyuruh juga mengeluarkan ponsel. Mengambil selfie mereka berdua.

"Duh, aku kan belum siap, kenapa ambil gambar. Ulangi-ulangi, aku harus kelihatan tampan"

"Kamu sudah tampan Gyu, jangan aneh-aneh"

Awal ribut-ribut mereka, berganti berpose untuk selfie lagi dengan gaya masing-masing. Bahkan pria tinggi itu mengambil ancang-ancang supaya terlihat natural. Karena pada dasarnya memang ia suka terlihat natural. Tidak dibuat-buat.

"Kak, dingin?"

"Tidak apa-apa, aku baik-baik saja Mingyu"

Sudah terjawab, ternyata nama pria tinggi nan tampan itu Mingyu. Kesimpulan yang bisa diambil ketika pria satunya menyebutnya.

"Sini aku peluk, biar hangat"

"No, kamu pasti akan macam-macam, mencuri kesempatan"

Sedangkan Mingyu yang disindirnya hanya menampilkan gigi taring lucunya. Wajah polos itu ketika tertawa canggung. Sungguh, dia lucu sekali.

"Cuman cium pipi, cium dahi, cium mulut"

"Astaga mulutmu perlu dibasmi Mingyu"

Mingyu tertawa kecut, takut-takut ketika pria manis di depannya benar-benar melakukannya. Wajahnya sih manis menggemaskan, tapi kalau marah sudah tidak tahu lagi harus diapakan.

"Kenapa kakak galak? Padahal Mingyu ini tidak salah apa-apa. Kan tidak apa-apa kalau cium semuanya"

Pria manis itu berjinjit sedikit dan menyumpal mulut Mingyu dengan kripik kentang yang ia bawa. Wajahnya agak kesal. Mungkin karena Mingyu yang berbicara terlalu frontal. Yang sebenarnya adalah kata kesal hanya untuk menutupi rasa malu-malunya.

Wajahnya merah sejak tadi Mingyu berkata tidak-tidak. Tingkahnya jadi canggung karena Mingyu menggodanya. Terus-terusan sejak tadi.

"Kak Wonwon, duh lucu banget, pipinya merah gitu"

"Udah gila ya, aku gak malu Mingyu, ini karena kedinginan"

Mingyu menggosokan kedua telapak tanganya hingga akhirnya keduanya telah menempel di kanan-kiri pipi Wonwoo. Menyalurkan kehangatan yang lembut dan melemahkan hati Wonwoo.

Ini sih bukan hangat lagi, tapi panas. Rasanya pipi Wonwoo benar-benar merah. Malu karena Mingyu bersikap lembut seperti sekarang.

"Kalau dingin bilang dong, kan tadi sudah Mingyu bilang mau dipeluk aja"

"Ya kenapa harus... "

"Karena aku cinta kamu hahaha"

Sadar Kim Mingyu, wajahnya bahkan sudah memerah sejak tadi. Kau terus menggodanya.

"Oke peluk, aku kedinginan Mingyu, bisa peluk aku? Jeon Wonwoo sedang butuh kehangatan"

Tentu saja!

"Dengan siap sedia"

Apapun keinginan yang menyangkut Wonwoo, maka pria Mingyu itu dengan senang hati melakukan. Seperti yang sejak tadi ia gumamkan dalam hati. Bahwa sampai kapanpun hatinya akan terus sama. Meskipun lama atau sebentar akan bertahan.

Sekarang kedua sejoli itu dengan posisi berpelukan sambil tersenyum di antara keduanya. Indah. Sama seperti salju itu yang terus turun tanpa henti.

"Kak, mau tahu apa permintaanku tadi?"

"Hmm? Apa? Tentang aku kah?"

Mingyu memejamkan matanya sejenak dan bergumam. Sebagai arti bahwa apa yang Wonwoo katakan adalah benar. Mutlak.

"Aku harap, pelukan ini tidak akan menjadi yang terakhir kak. Aku takut ketika kamu nantinya akan berpaling dengan seseorang yang lebih dari aku"

Tubuh Wonwoo meremang seiring mendengar penuturan Mingyu. Mengenai kejelasan status hubungannya.

"Saat ini bahkan aku hanya berharap Tuhan tak akan memisahkan tautan tangan kita, sampai kapanpun. Aku tak mau itu terjadi"

"Mingyu... "

Suara Wonwoo terdengar parau, tubuhnya bergetar. Ia bertahan mendengar Mingyu berkata demikian.

"Kak, meskipun ini mustahil, bisakah kakak bertahan? Aku tahu ini salah, aku juga tak mau ini terjadi awalnya. Tapi hati ini selalu tak karuan ketika kakak mengajaku bicara, menatapku lalu tersenyum... "

"Gyu cukup, berhenti sekarang"

Wonwoo memejamkan mata, tak sanggup mendengar Mingyu melanjutkan pembicaraan ini.

"Aku tahu ini salah, ini mustahil, tapi bisakah kakak juga ikut berjuang bersamaku? Wonwoo"

"Gyu, berhenti sekarang"

"Aku tidak akan mengecewakanmu kak, aku mohon, ini menyakitkan kamu tahu itu, tolong jangan berpisah tanpa alasan yang jelas. Aku akan pergi kalau kakak juga tidak ada perasaan sama denganku"

"MINGYU!"

Kesabarannya sudah memuncak. Seharusnya ia mengatakan itu sejak tadi ketika yang lebih muda mulai membahas masalah itu kembali. Di tengah-tengah perasaan bahagianya tadi.

"Kenapa bahas ini lagi? Kamu lelah? Kamu sudah tidak sanggu? Aku sejak awal sudah tahu ini salah, karena seharusnya kita ini tidak boleh saling cinta Mingyu! Karena faktanya kamu itu saudara tiriku. Kenapa kamu memintaku bertahan kalau kamu memang tidak sanggup?"

Mingyu hanya diam, dia tak berani menatap Wonwoo sekarang. Ia takut perasaanya memang salah. Sekarang dia merasa bersalah, kecewa, marah pada dirinya sendiri yang meminta Wonwoo mempertahankan hubungan ini. Padahal ia tahu ini mustahil diteruskan.

"Maafkan aku"

"Gyu, kamu masih muda, tapi kamu berani bertanggung jawab untuk ku. Aku tidak berharap ini lebih dari sekedar itu. Tidak. Tapi perasaan ini menentang logikanya. Aku dan kamu sama-sama tidak berpikir logis karena nyatanya kita ini mengikuti kata hati."

Tubuhnya bergetar hebat, sungguh. Kemudian Mingyu merengkuhnya dalam pelukan hangatnya. Tak membiarkan Wonwoo merasa lemah terlalu lama. Ia tidak benar-benar sanggup mengatakan itu tadi. Sepertinya ia hanya terbawa perasaan. Nyatanya nyalinya ciut, ia hanya seorang pengecut yang sembunyi dibalik sosok ringkih itu.

Awalnya ketika hubungan antar mereka terjalin. Ia sudah tahu kalau memang Wonwoo tidak peduli apa kata orang tentang mereka. Tapi Mingyu peduli, ia tak tahan ketika orang membicarakan Wonwoo karena mencintai saudaranya sendiri. Apa salah? Bahkan bukan hak mereka untuk menghakimi. Hanya biarkan dosa ini kami yang menanggung.

"Gyu, aku mencintaimu"

"Aku sangat dan lebih mencintaimu Wonwoo"

Hingga bibir mereka menyatu bersama dengan kemerlap lampu warna-warni yang menghiasi air mancur. Menyalurkan kedua perasaan itu menjadi satu. Perasaan dari mereka yang saling mencintai.

Seventeen COUPLE StoryWhere stories live. Discover now