Afeksiku (2)

1K 63 2
                                    

Sebelum masuk ke dalam kehidupan yang lebih jauh. Aku sempat berhenti pada satu titik di mana semua manusia menyebutnya "Jenuh". Saat itu aku sudah tidak tahu harus berdiri pada pengabdianku sebagai manusia berapa lama lagi. Aku menyesal telah setuju untuk bergabung di peradaban dengan banyaknya lika-liku yang tiada ujung. Sungguh ini melelahkan.

Aku sempat mampir di sebuah toko alat-alat olahraga. Bermaksud membeli sepatu olahraga baru karena yang lama sudah rusak. Sepertinya aku terlalu kasar hingga solnya mengelupas tak berbentuk lagi. Hingga kuputuskan masuk ke dalam. Toko itu masih sepi pengunjung karena memang barusan buka setengah jam yang lalu. Ada tiga orang SPG wanita dan satu SPG laki-laki berdiri di masing-masing rak sesuai barang keperluan. Memencar supaya pelanggan bisa dijelaskan lebih detail mengenai barang-barang yang dipajang di sana.

Aku sedikit khawatir dengan pakaian SPG wanitanya. Sedikit berlebihan dan terbuka. Apa memang bosnya memberikan mereka pakaian dengan rok sependek itu? Baju mereka terlihat sedikit ketat. Aku tidak tahu harus peduli dengan bagaimana mungkin supaya menarik pembeli. Tidak masalah, jaman sekarang memang hal seperti itu sudah biasa. Pengaruh perkembangan jaman memang terlampaui drastis. Termasuk otak pembeli mesum yang masuk membanting pintu kemudian mendekati salah satu SPG wanita di dekat kasir.

"Ada yang bisa saya bantu, Pak?"

"Aku sedang mencari pakaian olahraga terbaru" dengan modus tangannya menelusuri pinggang hingga turun ke bokong. Rasanya aku ingin menendang selangkangannya dengan sepatu boots.

"Iya ada di sebelah sana, silahkan dilihat-lihat dulu"

Aku bisa lihat wajahnya mulai tak nyaman karena om-om bertampang mesum itu mulai menggerayangi sekujur tubuhnya. Sembari mengajak berbincang tangannya juga berbincang memegang paha wanita itu. Sumpah, demi Tuhan aku ingin sekali melempar dia dengan satu dus celana dalam bekas. Wajahnya sangat sampah, aku serius.

Kenapa semua pegawai tidak ada yang menolongnya? Hey lihat, bahkan teman kerjamu mengalami pelecehan seksual di tempat kerja. Bisa tidak usir lelaki tua itu pergi dari sini, dia sudah merusak pemandanganku pagi-pagi. Bullshit, aku tidak tahan melihat perbuatan cabulnya lama-lama. Tidak peduli mau semuanya menganggap aku aneh atau membuat keributan. Aku melepas sepatu yang kupakai lalu melemparkanya beserta kaus kakiku yang sudah lama tidak ku-cuci.

"Bangsat! Apa-apaan kau?!?

"Harusnya aku yang tanya kenapa tanganmu rasanya gatal sekali sampai mengelus paha SPG. Dasar cabul"

"Beraninya, kau tahu siapa aku tidak bocah?!"

"Aku tahu, kau pasti lelaki cabul, tampang mesum dan sampah. Kelakuanmu seperti sampah, aku masih sisa satu sepatu boots untuk menendang selangkanganmu"

"Bocah sinting!" ia sudah kalah debat memilih untuk pergi dari sini. Mungkin dia mau ke kamar mandi melemaskan anaknya.

"Terima kasih" wanita itu membungkukan badannya berkali-kali. Sekarang aku lega pemandanganku sudah tidak diisi oleh lelaki tua cabul. "Tidak masalah, aku hanya menyayangkan tempat kerjamu memberimu pakaian minim bahan. Dan teman kerjamu yang sepertinya tidak punya rasa empati dengan teman satu kerjanya. Ngomong-ngomong aku mau beli sepatu ini"

"Baiklah, silahkan dibawa langsung ke kasir. Saya sekali lagi terima kasih, Tuan"

Aku melangkah ke kasir, membawa sepatu yang akan kubeli. Lalu, menaruhnya di atas meja. Pikiranku masih saja kalut persoalan tadi. Rasa empati bagaimana yang harus ia jelaskan pada manusia-manusia di bumi.

"Totalnya 28.000 won" aku menyerahkan uang 30.000 won ke kasir dan berkata untuk tidak perlu dengan kembaliannya. "Kembaliannya ambil saja, oh ya satu lagi saya harap kamu tidak hanya jadi penonton dari pelecehan seksual yang terjadi di tempat kerjamu. Kamu bisa-bisa membuang jati diri manusia lainnya hanya karena kamu berdiam saja. Hanya perlu empati kok, tidak lebih. Terima kasih sepatunya"

Aku tidak tahu apa aku barusan sudah mengatakan sesuatu yang salah atau benar. Aku ditunjuk untuk terlahir di dunia ini mungkin untuk mengingatkan orang lain perihal kepedulian. Perihal untuk bertindak melawan hal yang salah.  Sebab aku terlahir dengan nama Hoshi. Orang tuaku bilang artinya bintang. Mungkin benar, aku dilahirkan untuk memberikan bintang pada manusia lain.

Seventeen COUPLE StoryWhere stories live. Discover now