BAB 8 : Isi Pikiran Leo 18+

332K 16.9K 485
                                    

******
Jangan lupa, Follow, Vote, Kome dan share :')

******

Malam hari di kediaman Lea setelah selesai makan malam. Leo dan Lea yang telah kembali bersikap biasa saja meskipun belum saling meminta maaf atas kesalahpahaman waktu itu memutuskan untuk menemani Bunda menonton televisi daripada diam di dalam kamar karena waktu masih menunjukan pukul setengah delapan.

"Gimana Mama kamu udah agak mendingan?" tanya Bunda kepada Leo yang duduk di samping Lea yang berada di tengah-tengah.

"Udah, Mama udah bisa duduk sendiri tapi belum dibolehin jalan."

Bunda tersenyum lega. "Syukur deh, maaf ya Bunda belum sempet jenguk lagi."

Leo menganggukkan kepala. "Iya gapapa, Mama juga udah mulai bisa ngobrol sedikit-sedikit." Jelasnya.
Terhitung sudah dua puluh hari Irene dirawat di rumah sakit dan keadaannya semakin membaik sehingga dokter yang awalnya was-was sampai sudah menyiapkan surat rujukan ke rumah sakit di Singapura akhirnya bisa bernafas lega.

Bunda mengangguk paham, rencananya besok dia akan menjenguk sahabatnya itu.

"Yaudah Bunda mau lanjut kerja, banyak banget ini pesenan baju ya ampun." Ujar Bunda seraya memegangi kepala seolah-olah tengah pusing. Bunda memang sedikit lebay yang membuat Lea geli melihatnya.
Salah satu resiko seorang perancang busana ya memang seperti ini, lembur siang malam untuk menyelesaikan busana pesanan konsumen yang tiba-tiba akan dipakai minggu depan padahal ketika memesan mereka bilang jika busana itu akan dipakai untuk bulan depan. Jika tidak pandai-pandai mengatur waktu mereka pasti akan keteteran karena kelabilan konsumen. Apalagi yang pesan itu terhitung masih kerabat dekat jadi agak sungkan untuk menolak.

"Kalian nonton tv aja dulu tapi inget jangan kemaleman. Besok kalian sekolah." Lanjutnya kemudian beranjak pergi ke arah ruangan dekat ruang televisi, di samping ruang kerja Ayah.

Leo mengangguk sedangkan Lea hanya diam saja karena tengah asik dengan handphonenya. Sedari tadi Lea memang tidak tertarik untuk menonton televisi yang saat ini tengah menayangkan sinetron kesukaan Bundanya. Kalau saja Bunda tidak memaksa untuk menemani dirinya dengan Leo mungkin saat ini dia telah tiduran di dalam kamar tanpa adanya si singa. Coba saja adiknya tidak menginap di tempat neneknya pasti dia yang akan menemani Bunda.

Leo sengaja menyenggol lengan Lea, yang berhasil membuat gadis itu terusik tapi tetap saja tidak mengalihkan tatapannya dari handphone yang dia pegang.

"Ish apaan sih?" desis Lea.

"Pijitin dong." Pinta Leo seraya merebahkan tubuhnya dengan kaki yang dia taruh di atas paha Lea.

"Berat Leo ih!" Lea menyingkirkan kaki Leo namun tetap saja Leo taruh lagi di atas paha Lea.

"Dasar ambekan, baru gak malem mingguan sehari aja udah gini." Gumam Leo seraya menekan remote tv untuk memindahkan siaran yang tengah berlangsung ke salah satu channel yang menayangkan sepak bola secara live.

Lea mendelik ke arah Leo kemudian kembali menatap handphonenya tanpa minat.

"Gak tau ah kesel gue! Bilangnya latihan futsal sebentar tapi abis magrib baru pulang, giliran gue ajak pergi malem mingguan alesannya capek pegel. Terus gue mau pergi sama temen-temen malah dilarang."
Gerutu Lea meluapkan rasa kesal karena malam minggunya terbuang sia-sia. Dia tidak diperbolehkan menghabiskan malam minggu bersama teman-temannya sedangkan Leo sendiri malah enak-enakan pergi keluar tidak mengajaknya dengan alasan latihan futsal dari siang sampe malem karena memang agenda rutinnya untuk latihan setiap siang kadang juga sore dan malam. Kalau latihan siang pulangnya pasti sore, lah Leo malah pulang malam Lea kan jadi curiga sekaligus kesal karena tidak bisa pergi malam mingguan.

THE SECRET RELATIONSHIPDonde viven las historias. Descúbrelo ahora