BAB 25 : Perang Dingin

295K 14.6K 907
                                    

Mon maaf aku terlalu asik baca cerita orang sampe lupa buat up 😁 JANGAN LUPA, VOTE, FOLLOW, KOMEN DAN SHARE :)
——————————————————

Adzan subuh telah berkumandang membangunkan Lea dari tidur nyenyaknya. Dengan keadaan kepala pening dan tubuh pegal, Lea mendudukkan dirinya di atas kasur. Mengumpulkan kembali nyawa dan beberapa ingatannya tentang semalam dimana ketika dirinya keluar dari kamar mandi ternyata Leo yang semula dia kira tidur tiba-tiba saja langsung terbangun, dia kira Leo akan memukulnya tapi ternyata cowok itu malah berlari ke kamar mandi untuk mengeluarkan semua isi perutnya.

Mengingat kejadian semalam membuat Lea beberapa kali menghela nafas entah lelah, kesal atau apa yang jelas saat ini pikirannya sedang runyam. Maka dari itu Lea memutuskan untuk pergi ke kamar mandi, mendinginkan otaknya. Memakai pakaian yang semalam Lea keluar dari kamar mandi. Mau bagaimana lagi, tidak mungkin Lea kembali menyuruh driver gojek untuk membelikannya pakaian sudah cukup semalam dia tekor banyak mengeluarkan uang sebesar seratus ribu hanya untuk pembalut karena sangat tidak mungkin dirinya menyuruh Leo untuk turun ke bawah membelikannya pembalut dengan keadaan kurang sadar. Tapi kalau dipikir-pikir sebandinglah sama apa yang dilakukan si driver secara Lea menyuruhnya untuk membeli pembalut ditengah malam, siapa yang mau coba? Maka dari itu dirinya memberikan uang lebih.

Karena sedang tidak solat, Lea memutuskan untuk pergi ke arah jendela kaca besar menyerupai pintu, penghubung dirinya dengan balkon. Di atas balkon Lea merentangkan tangannya menghirup udara pagi yang sangat menyegarkan ditambah pemandangan kota Bandung yang dia saksikan dari ketinggian gedung enam lantai ini terlihat sangat indah. Lampu rumah dan toko masih menyala menandakan sebagian orangnya belum beraktivitas. Sorot lampu dari kendaraan pun tidak kalah indah. Hiruk pikuk jalanan dengan berbagai macam kendaraan yang melintas cukup membuatnya takjub. Kota ini sudah seperti kota Jakarta yang tidak pernah tidur.

******

Tepat pukul 9 pagi saat ini keduanya tengah berada di perjalanan menuju kediaman Bunda. Tidak ada lagi yang perlu dibicarakan. Sejak Leo bangun satu jam yang lalu keduanya memilih bungkam tidak ingin berbicara satu sama lain kecuali kalau ada yang memulai. Meskipun di satu sisi Leo mulai mengingat beberapa rentetan kejadian semalam yang membuatnya marah namun tidak sampai berani kalau harus menampar Lea tapi tidak tahu kalau nanti. Emosinya memang kurang stabil.

Drrt drrt drrt

Lea mengambil handphone yang bergetar di atas pangkuannya. Ternyata Alana yang menelpon.

“Kenapa, Na?” Jawab Lea tanpa memperdulikan tatapan Leo di sampingnya yang  sempat memicing sebelum kembali fokus ke arah jalanan.

“Astaga Lea, lo kemana aja telpon gue baru diangkat?”

“Gue gak kemana-mana baru bangun ini. Kenapa sih?” di dalam hati ingin sekali Lea memaki Leo yang tidurnya sangat kebo.

“Lo semalem kemana? Kita semua bingung nyari lo tau gak.” Di seberang sana Alana terdengar kesal.

“Semalem gue pulang ke rumah, sorry ya gak ngasih tau dulu soalnya buru-buru.” Lea mengarahkan pandangannya ke arah samping jendela, di sana ada beberapa penjual makanan yang berhasil membuat perut Lea keroncongan karena semenjak di hotel perutnya belum terisi sama sekali.

“Gue kira lo digondol om-om.”

“Enak aja nggaklah, dikira gue lonte.” Delik Lea.

“Hahaha yaudah kalo gitu, gue cuma mastiin lo aja. Telponnya gue tutup ya bye.”

“Hmm.”

Tut

Setelah sambungannya terputus, Lea memutuskan membuka akun instagramnya kemudian memposting sebuah foto yang di ambil tadi malam tidak lupa dengan caption sindiran yang dia buat untuk Leo karena telah menuduhnya macam-macam mulai dari merokok padahal dirinya tidak merokok, tidak pelukan dan tidak rangkulan dengan cowok cuma joget saja tidak lebih tapi Leo menanggapinya sangat berlebihan.

THE SECRET RELATIONSHIPWhere stories live. Discover now