BAB 22 : Romantisme di Perjalanan

316K 16K 325
                                    

Yang vote semoga rezekinya lancar. Amin👌

Maaf ya updatenya telat karena saya udah mulai sekolah lagi 😷

------------------
Setelah solat subuh dan sarapan, keduanya berangkat ke sekolah untuk melakukan perjalanan ke Gunung Papandayan yang akan berangkat pada pukul 5 pagi. Ada 4 bus berkapasitas 45/47 seat yang sudah dipersiapkan untuk mengangkut seluruh murid kelas XI IPS 1 sampai 5 yang tentu saja muridnya cukup banyak dari tahun sebelumnya yang hanya menyewa 3 bus saja.

Saat ini Lea sedang duduk sambil telponan bersama sang Bunda di pos satpam dekat parkiran yang sudah dipenuhi oleh jejeran bus pariwisata. Sedangkan Leo malah asik merokok dan mengobrol di saung bersama teman-temannya.

"Iya Bun, Bunda tenang aja aku gak bakal kenapa-napa."

"Gapapa-gapapa tau-tau nanti kamu di opname lagi, mending gak usah ikut aja. Ini naik gunung loh Kak, Bunda tau kalo kamu itu fisiknya lemah. Jangan ikut aja ya? Nanti biar Bunda minta izin ke guru kamu."

"Ck. Bunda apaan sih lebay banget, Bunda kira aku penyakitan sampe segitunya."

"Nanti kalo kamu kenapa-kenapa siapa yang bawa turun? Bunda mah gak mau ih. Lari dua keliling aja kamu ngeluh apalagi ini."

"Gimana gak ngeluh kalo larinya keliling perumahan. Udah ah aku udah mau berangkat nih, bye."

Lea langsung mematikan sambungan telponnya yang awalnya memiliki tujuan hanya untuk meminta izin Bunda tapi percakapan itu tidak habis dalam waktu dua atau tiga menit. Bunda yang sangsi dengan keikutsertaan Lea dalam mendaki gunung menjadi lebih protektif, Bunda melarang Lea ikut serta karena tahu bahwa Lea itu orangnya gampang mengeluh dan manja, pasti akan sangat merepotkan orang-orang di sana nantinya. Bunda juga tidak bisa menyuruh Leo untuk selalu berada di samping putrinya karena dirinya sadar kalau keduanya sedang dalam hubungan rahasia.

"Gimana?" tanya Tania yang duduk di samping Lea. Dia tidak curiga dengan Lea yang menelpon ibunya, padahal tinggal satu rumah. Karena Lea memberitahu Tania kalau saat ini Bunda sedang berada di Jakarta mengunjungi Ayahnya yang gila kerja, dia sengaja mendadak memberi tahu Bunda supaya ketika Bunda tidak memberi izin Lea memiliki alasan kalau dirinya sudah terlanjur daftar jadi tidak dapat diganggu gugat lagi.

Lea mengedikan bahunya, "gak dibolehin ikut."

"Terus gimana sekarang?"

"Ya tetep ikut, sayang duitnya udah terlanjur masuk."

"Izin orang tua penting loh, Ya." Sahut Alana sambil memakan bubur ayamnya yang dia beli dari pedagang kaki lima yang sudah berjualan di luar pagar.

"Ya tapi gimana, ini wajib, Bunda juga ngomongnya ngeremehin gue banget. Dikira gue penyakitan sampe harus di opname cuma gara-gara ikut hiking."

"Lah iya, gue baru inget lo kan pernah di opname ya, Neng? Cuma gara-gara lari lima belas keliling." Ujar Tania yang tiba-tiba teringat kejadian Lea pingsan ketika tengah menjalankan hukuman.

"Gimana gue gak di opname kalo larinya pas lagi sakit. Lagian Pak Dadang gak kira-kira banget ngasih hukuman kayak gitu mending kalo masih pagi lah ini pas siang-siang ya makin droplah gue." Jawab Lea dengan nada kesal ketika mengingat kejadian itu. Dia di hukum gara-gara ketahuan melabrak Mika keponakannya wakil kepala sekolah gara-gara menjadi duri di dalam hubungannya bersama Dika. Tapi sekarang gadis itu telah pindah sekolah karena tidak kuat terus diganggu oleh Lea.

"Masih mending lo gak dikeluarin. Padahal lo parah banget waktu itu." Sahut Alana.

"Dia pantes dapetin itu gatel sih, udah tau itu laki punya gue eh malah dideketin sampe rela foto bugil. Gak lakinya gak ceweknya sama-sama brengsek padahal kurang apa coba gue? Udah cantik gini suara juga bagus daripada Si Mika muka jelek." Ujar Lea dengan berapi-api. Kalau sudah mengejek orang Lea jagonya, semua hal yang dia ucapkan selalu membuat orang tertohok.

THE SECRET RELATIONSHIPWhere stories live. Discover now