Chapter 17

12.3K 876 92
                                    

☘☘☘

“Saya ingatkan sekali lagi. Saya berperan di sini sebagai Dokter yang harus merawat kamu. Dan juga dirumah sebagai suami yang harus mempertanggung jawabkan kesehatan kamu. Saya tidak suka dibantah. Jadi jangan harap kamu tidak lupa minum obat. Karena saya akan mengawasimu selama dirumah. Dan saya tekankan sama kamu. Jangan setres. Apa sih yang kamu pikir, 'kan ?” oceh Althaf.

“Dan maaf. Saya tidak bisa berbagi privasi saya sama Anda. Saya disini berperan sebagai pasien. Itu masalah pribadi saya. Dan saya hanya bisa berbagi pada Suami saya dirumah.”

SKAKMAT

Althaf dibuat mati kutu oleh istrinya itu. Althaf mengalihkan pandangannya karena istrinya itu terus menatapnya.

“Saya bisa pulang sekarang, Pak Dokter ?” tanya Rifa se-profesional mungkin. Althaf mengkerutkan dahinya. Ia merasa ada yang aneh dengan sikap istrinya.

Althaf mengangguk lalu berujar, “ Saya yang akan mengantarkan kamu.”

“Tidak usah. Terima kasih. Saya bisa pulang sendiri. Pak Dokter urus saja pekerjaan disini. Jangan mengurusi Saya.”

Gadis itu turun dari belangkar tempat tidur melewati Suaminya. Namun langkahnya terhenti begitu tangannya dicekal oleh seseorang.

“Akh..” lenguh Rifa. Gadis ini mencoba melepaskan cekalan suaminya tapi tenaganya tentu saja tidak sebanding dengan nya. Rifa tidak mau menatapnya karena iya tahu pasti Suaminya itu sedang menatapnya tajam.

“Oke. Sekarang saya disini berperan sebagai suami. Jadi katakan, Saya melihat perubahan sikap kamu terhadap Saya. Apa semua itu  maksudnya ?”

Rifa memejamkan matanya yang terasa panas. Tidak. Ia tidak boleh menangis karena sentakan suaminya. Tapi ketahuilah. Hatinya selalu berdenyut sakit.

Althaf mendengus. Ia merasa jengkel dengan istrinya yang terus diam. Kedua tangannya merangkum wajah Rifa lantas mencium keningnya lembut.

Air mata lolos membasahi pipi tirus Rifa. Althaf langsung memeluknya erat.

“ Maaf. Maaf jika saya menyakiti kamu. Tolong jangan menangis seperti ini. Saya tidak bermaksud membentak kamu. Saya hanya terlalu khawatir sama kamu. Tolong jangan rubah sikap kamu sama saya. Saya.. sa-saya ... Saya ... Saya sayang sama kamu .”

Detak jantung nya semakin  marathon mendengar kata sayang  yang begitu tulus dari suaminya. Hatinya menghangat.

“Saya anterin pulang ya ,” kata Althaf lembut seraya mengurai pelukan. Rifa mengangguk patuh.

Althaf merangkul bahu istrinya selama melewati lorong Rumah sakit. Dan itu menjadi pusat tontonan semua karyawan Rumah Sakit.

“Selamat sore Dr. Althaf,” sapa seseorang yang membuat sang empu menolehkan kepalanya kebelakang.

“ Iya, sore Dr.Fajar.”

Fajar mengalihkan pandangannya pada Rifa. “Tumben istri Anda ikut ?”

“Iya.”

“Periksa kandungan ya ? ” tanya Fajar dan langsung dijawab oleh gelengan Rifa.

“Bukan. Saya hanya periksa biasa saja,” elaknya.

CINTA UNTUK RIFAWhere stories live. Discover now