9. Menangis [Season 2]

1.1K 147 1
                                    

Happy Reading :)

"Yerin! Tunggu! Aku mohon!" Taehyung berusaha menggapai tangan Yerin "Pergi! Aku ingin sendiri!"

Taehyung mengencangkan larinya, ia menarik Yerin dan memeluknya. Yerin memberontak "Lepas Tae, lepas! Pergilah bersama Tzuyu! Jangan pedulikan aku!"

"Kau lebih mempercayai Tzuyu di bandingkan aku?" Yerin terdiam.

"Kau percaya begitu saja, dengan apa yang di katakan wanita licik itu? Dengarkan aku, aku tidak memeluknya. Dia yang memelukku, aku terkejut saat itu."

"Maaf hiks- tapi aku takut." Yerin duduk di kursi kayu "Aku takut kalau Tzuyu akan merebutmu dariku hiks- aku takut kalau Tzuyu merusak hubungan kita aku takut Tae." Taehyung berjongkok dan menghapus air mata Yerin.

"Tidak ada yang akan merusak hubungan kita, kau tidak boleh seperti ini. Aku tidak akan dekat - dekat dengan Tzuyu. Aku berjanji."

"Tapi kalau Tzuyu melakukan hal keji bagaimana? Aku tidak mau kau kenapa - napa, atau kalau dia tau Rin dan Ran. Apa dia juga akan melukai mereka?" Taehyung menggeleng "Tidak ada yang dapat melukai kedua putri kita. Aku berjanji."

"Tae perasaanku tidak enak. Akhir - akhir ini aku sering gelisah. Aku merasa ada sesuatu yang akan terjadi. Apa itu benar?" bahu Yerin bergetar.

"Tidak, semua akan baik - baik saja, percayalah."

"Ini jam berapa?"

"Jam dua siang, ada apa?"

"Aku pergi dulu, aku harus menjemput Rin dan Ran."

"Aku akan ikut bersamamu." Yerin mengangguk.

***

Sedari tadi Ran mendengus kesal dan menatap sinis kakaknya. Rin merasa risih dengan perlakuan adiknya kini "Ran ada apa? Ceritakan pada kakak." Rin meraih tangan adiknya.

"Lepas!jangan pernah berani menyentuhku!camkan itu!" Ran menunjukkan jari telunjuknya di depan wajah Rin. "Aku salah apa Ran?"

Ran menghindar dari kakaknya. Rin mengikuti arah jalan Ran. "Ran! Tunggu, katakan aku salah apa?"

"Kau masih tidak tau ha?! Dasar perebut tidak tau diri!"

Plak!

Rin menampar Ran "Berani - beraninya kau berkata seperti itu Ran. Kenapa? Kenapa kau mengataiku ha? Jawab!"

"Karena aku benci kau! Kau perebut! Dulu kau merebut kasih sayang mama, papa sekarang kau merebut Mingyu. Cih!"

"Aku tidak merebut Ran. Jangan salah paham. Aku mohon kalau aku ada salah, maafkan aku Ran."

"Tidak merebut katamu? Aku menyukai Mingyu dan kau merebutnya!"

Rin menggeleng "Aku tidak merebutnya Ran. Aku tidak menyukai Mingyu sungguh."

"Omong kosong!" Ran melihat mobil Taehyung yang mendekat ia kemudian langsung masuk ke dalamnya saat mobil itu berhenti. Rin masih tidak tau apa yang adiknya pikirkan.

Rin tidak masuk ia berdiri terlebih dulu "Rin ayo masuk." perintah Yerin.

"Mama duluan aja, Rin ada kerja kelompok. Nanti Rin pulang sama Lisa. Jam empat Rin pulang." Yerin mengangguk. Kemudian mereka pergi.

Rin berbohong pada Yerin. Ia hanya ingin menghindari Ran dahulu.

***
Di sisi lain...

Tzuyu sedang berbicara pada kedua orang lelaki "Bagaimana?"

"Mereka memiliki dua orang anak perempuan nyonya."

"Bunuh salah satu darinya."

"Tapi nyonya."

"Bunuh! Aku ingin melihat Yerin menderita. Aku ingin Taehyung menjadi milikku. Setelah kau membunuh salah satu anaknya, bunuh ibunya juga. Kalau perlu semua keluarganya kecuali Taehyung."

"Tapi nyonya, bagaimana jika kami masuk penjara."

"Diamlah! Laksanakan apa kataku, aku akan menambah imbalannya."

"Baik nyonya."

"Laksanakan besok sore, aku tidak mau tau." mereka mengangguk.

Rin memakai hodienya, agar tidak terlihat kalau ia masih memakai seragam SMA nya. Rin berjalan ke arah taman sepi. Bahkan ia tidak pernah ke sini sebelumnya.

Rin duduk di salah satu kursi taman tersebut. Ia mendengarkan musik di ponselnya. Gadis itu menghela nafasnya "Apa harus kau membenciku lagi Ran? Sungguh aku tidak menyukai Mingyu, aku tidak merebutnya darimu Ran." ucapnya dalam hati.

Rin melihat ke arah depan. Tanpa di sadari waktu sudah pukul empat sore. Ia harus pulang, ia sudah berjanji pada Yerin kalau akan pulang jam empat sore.

Gadis itu berjalan ke arah halte. Lagi - lagi hujan. Sama seperti perasaannya yang sedang bersedih. Hujan mewakili air matanya.

Ia lihat bis mulai mendekat. Rin berdiri dan kemudian masuk ke dalamnya. Saat bus itu berhenti.

Ia memakai tudung hodienya. Dan memakai masker yang ia ambil dari tasnya.

Rin turun di halte depan gang. Ia berlari, karena hujan semakin lebat. Alhasil pakaiannya basah kuyub. Rin sampai di depan gerbang rumahnya. Ia menggeret gerbangnya dan masuk ke dalam.

Rin melepas sepatunya yang basah dan hodienya. Kemudian ia buka pintu rumahnya. "Rin kok basah - basah?"

"Kehujanan tadi ma, Lisa lupa bawa jas hujan." Yerin mengangguk. "Ya sudah cepat ganti pakaianmu dulu." Rin mengangguk kemudian berjalan ke kamarnya.

Ran bergeming "Dasar perebut." kemudian ia tutup pintu kamarnya setelah mengatakan itu pada kakaknya sendiri. "Sebegitukah bencinya kau padaku Ran?"

Rin berjalan ke kamarnya dan menutup pintunya, ia menangis di sana. Sakit saat adiknya mengatakan ia 'perebut' dan selalu menatapnya sinis. "Aku sayang Ran, aku gak pernah merebut apapun darimu Ran. Aku tidak menyukai Mingyu sungguh. Aku tidak menyukainya hiks- mengapa kau sangat membenciku Ran?"

Rin berdiri dan melihat keluar jendela. Geledek terdengar keras. Hujan turun dengan lebatnya. "Apa jika aku pergi Ran akan bahagia? Hiks."

"Apa kalau aku benar - benar bahagia? Kalau benar begitu aku pergi saja."

Rin terduduk dan menangis sesenggukan di sana. Lantai kamarnya basah karena tetesan air hujan yang masuk melewati jendela dan air yang menetes dari seragamnya.

Rambutnya basah, wajahnya kacau. Matanya sembab, ia merasa hatinya sangat terbebani. "Ran kakak sayang sama Ran. Kakak benar - benar menyayangi Ran. Maafkan kakak Ran hiks-"

Rin meraih kertas ia menulis di sana. Ia meluapkan isi hatinya di lembaran kertas. Kertasnya basah, tapi ia tidak peduli ia tetap menuliskan isi hatinya di sana.

Coretan demi coretan ia tulis, dengan air mata yang menjadi saksi. Tak lupa ia sobek kertas itu kemudian melipatnya dan menaruhnya di bawah bantal. Kemudian Rin berjalan ke kamar mandi.

Ia nyalakan sower dan membasahi tubuhnya. Dengan seragam yang masih ia kenakan. Menangis di sana, sepuasnya.

***
Bersambung...
.
.
.
.
.
.
Tbc
.
.
.
Menujuend...

Vomentnya...

Aku Ada Untukmu ✓  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang