Tiga hari telah berlalu sejak hari penerimaan murid baru, akan tetapi kabar mengenai murid itu masih belum ada. Bu Leni juga tidak memberitahukan siapa nama murid tersebut yang membuatku semakin penasaran.

Aku selalu berpikir apa yang dia lakukan hingga tidak masuk sekolah selama tiga hari, apakah dia hanya bolos sekolah, jika iya berarti aku akan sebangku dengan anak yang bermasalah.

Seseorang berjalan menuju ruang guru yang juga didampingi oleh seorang wanita muda, aku dapat melihat mereka berdua karena tempat dudukku  yang berada didekat pintu sangat strategis untuk menjadi informan kelas.

Aku menoleh kebelakang dan bertanya kepada Reni dan Adri mengenai murid yang belum juga hadir sejak hari pertama itu.

"Ren, Dri, kira-kira orang yang duduk disamping gue bakalan masuk atau nggak ya? Udah tiga hari nggak masuk loh" tanyaku meminta pendapat mereka.

"Gue juga nggak tahu deh kalo masalah itu, bolos kali itu anak hahaha" jawab Adri asal.

"Mungkin dia ada urusan kali Ran, makanya dia nggak bisa masuk dari hari pertama, lo juga Dri nggak boleh su'udzon kayak gitu" tegur Reni kepada Adri.

"Iya Ren iya" ucap Adri setelah ditegur.

Adri dan Reni adalah teman pertamaku di kelas ini. Adri merupakan orang yang asal ceplos kalau berbicara dan Reni adalah teman rumah Adri yang suka menasihati Adri jika dia berkata yang tidak-tidak, jadi mereka berdua sudah sangat dekat.

Dari kejauhan, aku melihat orang tersebut sedang berjalan dari ruang guru menuju ke kelas kami bersama dengan Ibu Leni dan wanita muda yang kemungkinan adalah kakaknya. Dalam benakku berpikir bahwa dia adalah orang yang tidak masuk selama tiga hari itu.

Benar saja, Bu Leni dan anak tersebut tiba di kelas kami, setelah itu Bu Leni berkata bahwa dia merupakan teman sekelas kami yang baru bisa hadir sekarang karena ada urusan, lalu aku mendengar suara berbisik di belakangku "Tuh kan bener apa kata gue Dri".

Ia terlihat gugup sebab sedari tadi dia hanya menunduk sambil memegang tangan dan menggigit bibir bawahnya.

Ia menoleh ke arah Bu Leni "Bu, saya boleh pulang?" tanyanya.

Sontak semua orang yang ada di kelas tertawa mendengar pertanyaan darinya yang sangat aneh pada hari pertamanya tiba.

"Jangan pulang dulu, kamu belum aja duduk...kamu duduk disana ya di samping Aran" sambil menunjuk tempatku berada.

"Kalau udah duduk boleh pulang Bu?" dia bertanya dan membuat semuanya tertawa.

"Belum boleh, tunggu bel pulang ya nanti baru boleh pulang" Bu Leni menjawabnya dengan lembut.

Dia adalah Vena Ariyani, teman sebangkuku yang dimana pada hari pertamanya datang ke kelas ini langsung memberikan pertanyaan yang aneh. Namun, dia juga terlihat manis dengan rambut panjang yang dikuncir ke belakang.

Setelah perkenalan selesai, dia langsung duduk di sebelahku dan Bu Leni juga telah menaruh buku mata pelajaran Bahasa Indonesia di mejanya di mana itu adalah tanda jam pelajaran akan segera dimulai.

-

Bel istirahat berbunyi, mendengar suara bel yang nyaring itu berbunyi, tentu saja membuat orang yang baru pertama kali mendengarnya menjadi kaget, tidak terkecuali Vena. Posisi bel itu memang berada di depan kelas kami tepat di samping pintu kelas.

"Ya ampun, buat kaget aja itu bel..pengen aku cabut aja deh" dia menggerutu sendiri.

Kepalaku menoleh ke arahnya dan berucap "Belnya?"

Dengan menggelengkan kepala sambil tersenyum menatapku ia berkata "Bukan, listriknya hahahaha"

Mendengar jawaban yang ia buat, kita berdua pun tertawa bersama. Sepertinya dia merupakan orang yang mudah bersosialisasi sebab aku pun dengan mudahnya bisa tertawa dengannya.

Reni dan Adri yang melihat kita berdua tertawa penasaran dan mengajak Vena berkenalan.

Reni mengulurkan tangannya ke Vena dan setelah itu menunjuk Adri "Nama aku Reni dan ini Adri"

Adri menepis tangan Reni "Biar gue sendiri aja sih yang ngenalin diri" gerutu Adri.

"Nama gue Adri"

"Udah tau hahahaha" jawab Vena.

Dengan menunjuk Reni, ia terlihat sedikit kesal "Ah, lo sih Ren ngasih tau nama gue duluan"

Melihat tingkah Adri, kami bertiga pun tertawa di ikuti dengan Adri. "Kita ke kantin bareng yuk" ajak Reni dan kita pun memutuskan untuk pergi ke kantin bersama.

Tanpa kita sadari, kita berempat semakin akrab dengan kehadiran Vena yang baru saja tiba hari ini. Vena seperti layaknya sebuah magnet yang mampu membuat orang tertuju padanya, pada saat ke kantin pun ia membuat banyak mata tertuju padanya di sepanjang koridor kelas yang kita lewati.

Sesampainya di kantin, aku melihat ada meja yang masih kosong dan segera menempatinya sebelum ada orang lain yang mendudukinya. Tempat telah diamankan lalu kita semua memesan nasi goreng serta es teh manis, sambil menunggu pesanan, aku bertanya kepada Vena penyebab ia tidak masuk sekolah.

"Kalau boleh tau, lo kenapa nggak masuk dari awal sekolah?"

"Aku pergi sama papa dan mama, karena ada urusan mendadak"

Reni menoleh ke Adri "Tuh denger Dri, dia ada urusan kan" sambil menepuk pundaknya.

"Iya iya kan tadi lo udah bilaangggg" balas Adri.

"Tapi kenapa nggak enam hari aja? tanggung" tanya Adri terkikik karena pertanyaannya sendiri.

"Maunya sih gitu, makanya tadi aku minta pulang kan hahahaha"

"Kalo lo mau pulang, ajak gue ya hahahaha" pinta Adri kepada Vena yang langsung membuat kita tertawa.

Setelah berbincang-bincang dan selesai makan, kita pun kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran selanjutnya.

Vena Ariyani, dengan tinggi sekitar 160-an cm dan rambut hitam halus panjang yang dikuncir serta kulit yang bersih telah membuat kesan yang unik di hari pertamanya datang ke sekolah ini.

Matahari RedupWhere stories live. Discover now