Tanganku menggapai pengait pintu gerbang dan membukanya, kaki kami pun melangkah masuk ke halaman rumah.

"Assalamualaikum" sambil mengetuk pintu.

"Wa'alaikumsalam" terdengar suara lembut yang sangat ku kenal melangkah ke arah pintu dan membukanya.

Aku menggapai tangannya lalu menaruh punggung tangannya di kening dan hidungku, begitu pun juga dengan Vena.

"Aran, kamu sama siapa ini?" Mamaku heran, karena biasanya aku pulang sendiri.

"Aku Vena tante, temen sekelas Aran" Vena memperkenalkan diri dengan senyuman.

"Jangan panggil tante, panggil aja sama kayak Aran"

"Kamu manggilnya apa?" tanya Vena.

"Om" lalu Vena tertawa.

"Mama denggg" aku pun juga ikut tertawa, Mama juga tersenyum.

"Oh iya, kenapa kalian pulangnya jam segini?" tanya Mama.

"Maaf tante...eh Ma, aku ketiduran di dalem bis, habisnya Aran nggak bangunin sihh" Vena menatapku seakan menyalahkanku.

"Kan ada ilernya tadi aku udah bilang"

"Ah yang bener Ran? Masa gadis manis kayak Vena tidurnya ngiler?" Mamaku membela Vena sambil tertawa.

"Mama emang paling ngerti aku" Vena berdiri di samping Mamaku dan memeluknya, begitupun juga Mama.

Aku bingung, entah kenapa mereka berdua telah akrab dalam waktu yang singkat.

"Ayo masuk dulu" ajak Mama.

"Tapi Ma, ini kan udah di dalem" jawabku.

Kehadiran Vena kerumah membawa keceriaan, salah satunya adalah aku yang tidak langsung menuju ke kamar, aku, Mama, dan Vena berkumpul ditempat yang sama yaitu ruang tamu.

"Vena, kamu mau minum apa?" tawar Mama.

"Nggak usah Ma, nanti ngerepotin" jawab Vena lembut.

"Gapapa kok kamu kan tamu" Mama memberikan alasan.

"Udah Ma, biar aku aja yang bikinin minuman buat Vena" jawabku.

"Beneran?" Mama seakan tidak percaya dengan perkataanku.

"Iya, beneran Ma" mencoba meyakinkan.

"Kalo gitu, kita buat bareng aja Ran..Mama mau minum apa?" usul Vena.

"Kok jadi Mama yang kayak tamu nih" Mama menggaruk kepalanya, merasa bingung lalu tersenyum.

"Gapapa kok Ma" jawab Vena.

Aku dan Vena menuju dapur lalu segera membuat minuman untuk kami bawa ke ruang tamu.

"Ven, kamu bisa?" tanyaku.

"Emang kita mau buat apa?" tanyanya bingung.

"Kita buat yang anget-anget aja ya" saranku.

"Teh?"

"Bukan, air putih anget"

"Yailahhh" Vena tersenyum.

"Kamu mau makan?"

"Nggak Ran, aku masih kenyang" sambil menggelengkan kepalanya.

"Cemilan aja yaa" saranku lagi.

"Iya, oh iya Ran..aku boleh pinjem telepon nggak buat ngabarin orang rumah kalo aku lagi di sini"

"Iya boleh''

Dengan membawa nampah untuk menjadi wadah teko dan tiga buah cangkir, kita berdua pun kembali ke ruang tamu serta membawa cemilan untuk dinikmati bersama.

Matahari RedupWhere stories live. Discover now