Sudah hampir satu bulan telah berlalu sejak Vena datang, semua yang ada di kelas juga sudah saling mengenal satu sama lain dan para murid baru juga sudah mulai mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di sekolah. Adri mengikuti klub basket, Reni mengikuti klub tari, Vena berada pada klub teater, sedangkan aku tidak mengikuti kegiatan apapun. Oh iya, ada satu kegiatan yang aku ikuti yaitu piket.

Di waktu istirahat, aku melihat Vena dan Reni telah kembali dari kantin serta membawa beberapa cemilan untuk dimakan dalam kelas. Sedangkan aku hanya terdiam di dalam kelas dengan tangan serta kepala berada di atas meja, hari itu aku malas sekali untuk bergerak.

"Ran, lo jangan bengong aja disuruh ke kantin tuh sama Adri" tegur Reni sambil menepuk pundakku.

"Nanti aja deh, lagi males gue..bilang ke Adri ya Ren"

"Oke tunggu ya" lalu Reni berbalik.

"Emangnya gue bakal mau bilang kayak gitu!" kita berdua tertawa tetapi tidak dengan Vena.

"Ven, kenapa diem aja?" tanyaku melihat Vena hanya terdiam.

"Aku pengen makan ini"

"Yaudah duduk aja, tuh disitu" jariku menunjuk lantai dengan maksud bercanda.

"Yahhh tapi aku pengennya duduk di rumah" jawabnya dengan muka cemberut.

"Belom pulang Venaaaa" aku dan Reni menyahut bersamaan dan tertawa.

-

Saat ini pelajaran Bahasa Inggris di mana pelajaran tersebut merupakan hal yang tidak kusukai, berbeda dengan Vena yang sangat antusias.

"Kamu nggak nulis?" Vena memecah lamunanku.

"Nggak, gue nggak ngerti apa yang Pak Dio omongin" jawabku sambil menempelkan dahiku ke meja.

"Udah mending kamu tulis aja dulu, urusan ngerti atau nggaknya urusan belakangan, yang penting berusaha dulu Ran" sambil berbisik-bisik karena mata Pak Dio sedang mengarah kebarisanku.

Mendengar perkataan dari Vena, mau tidak mau aku menulis di lembaran kosong ini karena Pak Dio juga sedang menatap ke barisanku duduk.

Setelah mendapatkan fokusku kembali, tiba-tiba saja pundakku ditepuk yang membuatku kaget oleh orang yang duduk di sebelahku dengan barisan yang berbeda, dia adalah ketua kelas ini, Hanum. Dia berkata "Nanti giliran lo piket ya Ran", lalu aku pun menjawab "Oke Han". Dia memang orang yang sangat strict dengan aturan, aku tidak mempersalahkan hal itu karena memang itu salah satu tanggung jawab ketua kelas untuk mengajak anggotanya bekerjasama.

Karena ini hari Kamis dan giliranku untuk bertugas piket, aku menjalankan tugasku bersama dengan yang lainnya. Akan tetapi, hanya aku laki-laki yang mengikuti kegiatan ini karena teman-temanku yang lain langsung menghilang seperti atraksi sulap jika berhubungan dengan piket.

Hari Kamis juga bertepatan dengan jadwal klub teater berlatih. Aku pun iseng dengan berjalan ke aula untuk memenuhi rasa penasaranku tentang kegiatan yang dilakukan oleh klub teater ketika mereka berlatih. Saat itu aku melihat Vena melakukan dialog, entah apa yang ia perankan.

Aku terpaku dengan penampilannya hingga ia berhenti lalu melihatku dan menghampiriku. Ia berjalan sambil mengusap keringat dengan handuk kecil yang ada dipundaknya "Ada apa Ran?" tanyanya.

"Enggak, gue cuma kebetulan lewat aja Ven"

"Kelas kita sama aula kan jauh Ran, kenapa sampe kesini...kamu pengen liat aku ya??" ia menyolek dan menggodaku.

"Kan gue setiap hari ngeliat lo Ven...oh iya biasanya klub teater latihan apa sih?"

"Kamu penasaran? Ayo gabung aja Ran! Kamu juga nggak ikut kegiatan kan?" ajaknya dengan antusias.

Matahari RedupWhere stories live. Discover now