Aku berjalan menaiki satu anak tangga, dua anak tangga, tiga anak tangga bersama Vena, menengok ke arah kiri di mana kelasku berada dan di bangku depan ada tiga orang anak yang sedang mengobrol.

Vena berjalan cepat menuju kelas dan aku mengikutinya dari belakang.

"Kalian masih pagi udah ngerumpi aja nih" sapa Vena yang lebih dulu tiba di depan kelas.

"Eh, Ven tumben datengnya nggak barengan ama bel" ledek Anto diikuti tawa mereka berempat.

"Udah ah, aku masuk kelas dulu...pagi-pagi nggak mau dapet dosa hahaha" balas Vena.

Aku yang datang setelah Vena menyapa mereka bertiga.

"Weyyy, ngegosip apa nih lo bertiga"

"Gosip pala lo!" jawab Anto.

"Ran, lo barengan ama Vena?" tanya Bima.

"Iya, gue tadi ketemu di bis, kenapa?"

"Pantes, makanya tumben banget si Vena dateng jam segini" kami berempat pun tertawa.

Memang benar si Vena ini selalu datang tepat sebelum bel berbunyi, jadi ini pertama kalinya mereka semua melihat Vena datang secepat ini.

"Eh, aku denger lohhh" kata Vena sambil mengintip dari pintu kelas.

"Nguping aja lo Ven! hahaha" kata Adi.

"Udah, mulai sekarang lo bareng-bareng aja sama Aran, biar bel nggak nungguin lo mulu!" canda Anto, Vena yang telah bergabung bersama kami pun ikut tertawa.

-

Daun di dalam pot yang berada di teras kelas kami bergerak akibat hembusan angin, aku yang melihat hal itu merasa mengantuk karena goyangan daun tersebut yang menenangkan hati.

Saat itu adalah pelajaran Matematika dan aku sudah merasa mulai nyaman dengan posisiku yang bersandar ke tembok. Sesuatu menyentuh kepalaku, lalu aku pun menoleh ke arah sentuhan itu. Ia hanya tersenyum yang kemudian menyuruhku untuk mencuci muka, dia adalah Bu Leni.

Memang benar, cuaca hari ini sangat bagus, dengan matahari yang bersinar seadanya ditemani dengan awan yang menyelimuti matahari, ditambah angin yang berhembus pelan ini membuat hari ini terasa tenang dan damai.

Aku keluar kelas lalu menuruni anak tangga yang tanggung lalu menyusuri koridor dan melewati kelas-kelas yang lain. Langkahku terhenti di kelas X-3, dari pintu kelas mereka aku melihat wanita cantik yang duduk di bangku paling depan dekat meja guru, aku terdiam sejenak dan segera melanjutkan langkahku agar dia tidak sadar bahwa aku memperhatikannya.

Di depan cermin aku berpikir, siapakah nama gadis itu, benar-benar sangat cantik, mungkin dia akan menjadi primadona di sekolah kami. Air dari keran terus mengalir lalu aku membasuh wajahku dengan air agar kantuk yang menghinggapiku segera hilang.

Aku kembali melewati koridor kelas tersebut, saat ini aku melihat punggung kecilnya dari arah belakang. Benar-benar wanita yang sempurna pikirku dalam hati, bukan hanya dari arah depan saja, tapi arah belakang pun sangat indah.

Rambut yang sedikit ikal dan hitam pekat membuat kesan elegan pada penampilannya, benar-benar sebuah anugrah yang diberikan tuhan kepada ciptaannya yang begitu indah.

Tanpa sadar bel pun berbunyi dan membuatku kaget dan segera menuju ke kelas.

"Lama bener Ran?" tanya Vena.

"Iya nih tadi ketiduran" sambil meragakan orang yang sedang tertidur.

"Serius Ran!?" tanya Reni dari belakang.

"Ya nggak lah Reeennn"

Pelajaran tadi memang membuatku sangat mengantuk dan saat ini rasa kantukku sudah menghilang. Merasa lapar, aku kemudian pergi bersama Adri menuju kantin sedangkan Vena dan Reni tetap di kelas.

"Ran! Dri! Sini!" teriak Anto sambil menepuk-nepuk bangku di sampingnya.

Aku dan Adri pun enggan jika menolak tawarannya dan berkata kalo kita akan memesan makanan dan minuman dulu sebelum duduk bersama mereka.

Kali ini giliran soto dan teh manis hangat yang menjadi korban perutku sedangkan Adri memilih bakso dan es teh tawar.

"To, lo ngapain disini?" tanya Adri dengan melempar dongakannya ke arah Anto.

"Lagi jaga-jaga aja, takutnya ada gesekan antar siswa yang lapar dan berakhir ricuh"

Aku yang sedang meminum minumanku terpaksa mengeluarkannya akibat jawaban Anto yang membuat kami semua tertawa.

"Kalo lo Di?" tanya Adri ke Adi.

"Gue lagi memantau jalannya transaksi jual beli di kantin"

Sambil mengangguk Adri melempar pertanyaan ke Bima "Bagus-bagus, kalo lo Bim?"

"Gue memperhatikan cewek-cewek yang lewat" lalu kami semua pun menyoraki Bima. Seketika itu juga aku teringat dengan gadis yang berada di kelas X-3.

"Bim, lo tau cewek cakep kelas X nggak?"

"Lo mau gue sebutin satu-satu Ran? Ceritanya bakal panjang nih"

"Nggak jadi dah!"

Percakapan di kantin dipenuhi gelak tawa kami berlima yang membuat banyak mata tertuju ke kami dengan tatapan sinis. Bayangkan saja, ada anak kelas 1 yang baru masuk tetapi sudah berlagak.

Mereka semua mungkin berpikir bahwa kami sangat mengganggu. Aku yang tidak nyaman dengan keadaan itu menyarankan kami semua untuk kembali ke kelas sebab mata pelajaran selanjutnya juga akan segera dimulai.

Hai finito le parti pubblicate.

⏰ Ultimo aggiornamento: Oct 16, 2019 ⏰

Aggiungi questa storia alla tua Biblioteca per ricevere una notifica quando verrà pubblicata la prossima parte!

Matahari RedupDove le storie prendono vita. Scoprilo ora