Part 64

931 126 58
                                    

Full YoonJin moment. Happy reading!





..

Tuan muda Min tengah berada di lantai atap sekolah. Tempat di mana biasa Nona Kim bersembunyi atau menghabiskan waktu selain di ruang olahraga. Wajahnya agak kusut tidak seperti biasa.

"Hei! Kenapa kau jadi sering ke sini?" Tegur Nona Kim yang merasa terusik keberadaannya.

"Kenapa?"

"Kau tahu? Aku yang lebih dulu menemukan tempat ini"

"Yang sekolah lebih dulu di sini siapa?"

"Tapi-"

"Kau bisa diam, kan?"

Kiyoon memandang ke bawah. Melihat lalu lalang siswa yang berhambur pulang.

"Apa yang kau lihat?" Tanya Hyun Jin ikut mendekat.

"Masa depan" jawabnya datar.

"Masa depan? Kau bisa melihat masa depan? Kau punya indra ketujuh?"

"Bodoh!"

"Hei! Aku tanya. kenapa kau justru memakiku bodoh?!"

"Tapi, lebih baik menjadi sepertimu" Kiyoon berbalik dan bersandar pembatas.

"Sepertiku?"

"Bodoh"

"Ck! Kau mengataiku lagi?"

"Kau bebas memilih jalanmu. Aku yang berusaha sejauh ini pada akhirnya harus mengikuti apa yang di katakan mereka"

"Menurutmu saja"

Kiyoon menatap gadis di sebelahnya. Tidak mengerti dengan apa yang di maksudkan.

"Ayo pulang!" Ajak Hyun Jin kemudian.





.

"Jadi, apa tujuanmu setelah lulus?"

Tanya Hyun Jin saat sudah keluar dari area sekolah.

"Tidak punya tujuan"

"Apa? Seorang Min Kiyoon pewaris dari keluarga Min tidak punya tujuan? Yang benar saja?"

"Justru itu. Untuk apa aku punya tujuan jika pada akhirnya aku hanya akan terlibat di perusahaan"

"Jadi, kau akan sekolah bisnis?"

"Aku tidak tahu"

"Oh, ya, Tapi, biasanya kalau di drama-drama pewaris perusahaan itu harus memiliki istri. Berarti kau akan menikah muda?"

"Kalau begitu, jadilah istriku" jawab Kiyoon asal bicara.

"Dasar gila! Kau pasti sudah di jodohkan?"

"Mereka tidak bilang"

"Biasanya seperti itu"

"Kalau begitu, kau saja jodohku"

"Berhenti asal bicara! Kau pasti di pilihkan istri yang anggun, lemah gemulai, ramah, cantik, pintar. Tidak sepertiku. Hanya orang bodoh yang akan memilihku"

"Jika aku memilihmu, berarti aku juga bodoh"

"Berhenti menggodaku, Min Kiyoon! Itu tidak mungkin. Orang sepertimu mana mungkin suka padaku. Aku cukup tahu diri" Hyun Jin menunduk. Membuat yang di ajak bicara menatapnya.

"Kau sudah menolakku waktu itu. Itu sudah cukup membuatku sadar diri. Bisa berteman denganmu saja sudah lebih dari istimewa" Hyun kembali mengangkat kepalanya dengan tersenyum. "Itu saja sudah membuat yang lain iri" kekehnya.

"Aku tidak pernah berkata menolakmu dan kau juga tidak bilang menyukaiku"

Hyun Jin tersenyum tipis. "Ya, kau benar. Tapi, dengan kata-katamu saat itu, sudah menunjukkan bahwa kau akan menolakku. Aku memang tidak bilang aku menyukaimu. Kenapa? Karena itu percuma. Kau juga tidak akan menerimaku, kan?"

"Bagaimana jika aku berubah pikiran?"

"Berubah seperti apa maksudmu? Jangan memaksakan diri. Carilah orang yang benar-benar kau cintai. Jangan hanya beralaskan belas kasian. Itu tidak baik. Ibumu juga bilang. Satu berbanding seribu orang yang berhasil mendapatkan cinta pertama. Karena ini bukan drama atau cerita romansa"

Kiyoon diam. Cukup heran dengan jawaban yang di lontarkan teman debatnya ini. Dengan santainya dia bisa menjawab seperti itu.

"Bagiku, ucapanmu waktu itu cukup membuktikannya. Jangan khawatir, aku hanya mengatakan apa yang kupikirankan. Setidaknya, setelah ini aku lega. Kita bisa berjalan seperti biasa. Teman kecil yang bertemu kembali dan berteman"

Hyun Jin melangkahkan kaki, meninggalkan Kiyoon yang masih bediri di tempatnya. "Hei! Ayo pulang!" Hyun Jin kembali memutar kepalanya.

Mereka  kembali berjalan beriringan. Seperti biasa,  Hyun Jin harus memulai percakapan lebih dulu.

"Jadi, bagaimana karir bulu tangkismu? Akan berhenti atau lanjut? Ku harap kau tetap melanjutkannya. Kau tahu? Kau akan jadi orang kaya seketika"

"Bagaimana denganmu? Apa yang akan kau lakukan setelah lulus?"

"Aku? Emm... Sesuai rencana ayahku"

Kiyoon hanya menampakkan wajah tidak mengerti.

"Jika ayahku minta aku melanjutkan ke fakultas hukum, aku akan ikut saja. Jika harus ke fakultas kedokteran juga sama. Masih kami pikirkan. Atau mungkin fakultas yang lain"

"Kenapa kau tidak memilih sendiri?"

"Karena aku tidak bisa. Apa yang ku lakukan ada di tangan ayahku"

"Kau terkekang?"

"Tidak juga"

"Jadi, selama ini kau hanya pura-pura kuat?"

"Jangan seperti itu. Aku tidak begitu. Aku memang kuat. Aku bisa bermain basket, skateboard, berpakaian seperti yang ku inginkan. Ayahku tidak seburuk itu" Hyun Jin tersenyum walau matanya sedikit nanar. "Ayah telah merawatku sejak kecil. Jadi, aku pikir dengan menuruti kata-kata ayahku, itu lebih baik. Ayah tahu apa yang ku butuhkan"

"Benarkah?"

"Emm, mereka terlalu baik. Hingga aku tidak bisa membantah mereka" jawabnya seolah menahan tangis. "Kenapa jadi membahas tentang keluargaku?"

Ssrttt

Kiyoon tiba-tiba menarik lengan Hyun Jin hingga ke pelukannya. Dia sedikit mendongak. "Ada apa?"

"Ada ranting jatuh"

Pftt

"Hanya itu? Kau pikir aku akan mati hanya karena tertimpa ranting?"

"Ada ulatnya"

"Kau pikir aku takut ulat?"

Kesal, Kiyoon mendorongnya lalu kembali berjalan.

"Kiyoon!"








To be continue--

Aduuhh maafkan baru bisa up lagi. Gpp panjang kok. Hehehe

Ini yang kangen yoonjin moment kemaren. Ku kasih. Jelek sih.  Gak tau inspirasi mentok. Maafkan ya.


Lavyu

Ryeozka

FIX! LOVE / ENDWhere stories live. Discover now