Bab 14

76 11 2
                                    

Hangat... lembut... aku merasakan kedua sensasi itu di bibirku. Entah kenapa, tepat setelah itu, *Bugh* aku mendengar suara keras dan kebisingan yang mengerikan dalam kepalaku.

Saat aku membuka mataku, aku bertanya-tanya kenapa aku melihat atap-atap rumah sakit, dan merasakan rasa pening di kepalaku?

Kemudian, sosok Hikari masuk ke dalam pandanganku. Dia memegangi keningnya dan matanya terlihat hampir menangis. Saat aku mencoba memikirkan beberapa kemungkinan, Hikari membuka mulutnya.

"Haruki. Mesum."

Ah, aku jadi yakin sekarang apa yang terjadi.

"Apa jangan-jangan... aku mencium keningmu?"

Hikari mengangguk pelan, dengan agak ragu.

"Dan aku dibanting...".

Aneh sekali bagi orang yang mengincar ciuman tak langsung dariku, dan juga menyuruhku mengambil ciuman tak langsung darinya, melakukan hal seperti ini. Lagian, itu hanya di kening. Aku sepertinya ketiduran, dan tak sengaja aku merunduk dan mematuk keningnya.

Walau bukannya aku tak mengerti perasaannya sekarang. Mungkin dia takut kalau barusan aku bisa-bisa mencium bibirnya. Memikirkannya saja sudah membuatku merinding akan bagaimana jadinya nanti.

Aku kemudian berusaha duduk dengan sekuat tenaga. Hikari langsung mundur sedikit saat melihatku bergerak.

"Haruki. Apa alasan sebenarnya?"

"Kau tidur dengan nyenyak, dan aku ikut ketiduran, mungkin saat itulah aku mencium keningmu."

"Bohong."

Hikari cemberut.

"Memangnya aku bisa bohong dari pertanyaanmu, apa!?"

"Bagaimana rasanya?"

"Hangat dan lembut. Jujur saja, rasanya sangat nyaman."

Sialnya, aku lengah dan lupa menutup mulutku, mengatakan apa yang benar-benar kupikirkan saat itu. Padahal aku bisa menutup mulutku saat Hikari bertanya untuk menghindar dari menjawab pertanyaannya.

"Haruki. Mesum."

Dia menggembungkan pipinya dan menatapku, lalu dia memalingkan wajahnya dan pipinya memerah sedikit.

"Maaf..."

"Kumaafkan.

Setidaknya aku harus bersyukur dia tak melakukan hal yang kasar padaku. Aku mengusap-usap kepalanya karena gemas.

"Haruki. Hentikan. Aku bukan anak kecil."

Dia menumpangkan tangannya ke atas tanganku. Tapi entah kenapa dia tak menghentikanku, padahal kekuatan tangannya itu sangat kuat. Dia malah tersenyum sambil menahan tanganku, seolah-olah dia tak mau aku berhenti.

"Ehehe..."

Kalau kau membuat wajah bahagia seperti ini, bagaimana aku bisa berhenti? Dia ini benar-benar adik yang suka dimanja.

"Haruki. Jam berapa?"

"Entahlah. Aku belum lihat."

Aku melihat ke arah jam dinding, dan kaget melihat sudah lebih dari 10 menit dari jam 7. Aku langsung menghentikan tanganku dari mengusap kepalanya Hikari, dan buru-buru berdiri.

"Gawat! Aku terlambat! Hikari, bagaimana denganmu setelah ini?"

"Starbucks. Ada janjian."

"Baiklah. Ayo!"

Aku menarik Hikari dan menuju ke Starbucks. Setelah memastikannya mendapat tempat duduk, aku segera buru-buru ke lobi.

///

Hikari - A Light For You [Tamat] + ExtraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang