53

740 82 26
                                    

Beberapa menit setelah perkelahian antara Jonah dan Daniel....

Jocellin mengikuti Daniel yang sedang berjalan di lorong arena dengan tertatih. Di paksakannya kakinya agar dapat mengimbangi langkah kaki Daniel yang panjang.

Tiba-tiba Daniel berhenti melangkah. "Berhenti mengikutiku", ucapnya tanpa menoleh.

Jocellin melangkah dengan tertatih hingga sampai di hadapan pemuda tersebut, di tatapnya kedua safir Daniel dengan lekat. Namun sepertinya safir itu menghindarinya.

" kau sadar apa yang kau lakukan tadi?" tanya Jocellin dengan lirih.

Daniel tidak menjawab dan masih berusaha mengalihkan tatapannya.

"Jawab aku Daniel!" Jocellin mencengkram lengan Daniel dengan erat.

Seketika Daniel menatap tajam gadis di hadapannya. "Jangan ikut campur" desisnya dan menyentak cengkraman tangan Jocellin dan kemudian meninggalkan gadis itu.

"Daniel!" Jocellin kembali berusaha mengejar pemuda tersebut.

Daniel memejamkan katanya dengan erat dan mempercepat langkahnya, ia harus segera pergi dari sana atau gadis itu akan terluka karena dirinya.

"Bagian mana dari aku sangat menyayangi dirimu yang tdak kau mengerti?!! " teriakan Jocellin membuat Daniel membatu di tempatnya.

Napas Jocellin terengah-engah ketika ia sampai di hadapan pemuda tersebut.

"Aku menyayangimu ah,,,tidak. aku mencintaimu dan akan selalu di sisimu Niel, masih belum terlambat untuk kau merubah keputusanmu" ucap Jocellin.

Daniel menatap tajam gadis di hadapannya. "Kau salah, semuanya sudah terlambat, sangat terlambat" Jocellin menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Semua masih bisa di ubah Niel, mereka menyayangimu, aku menyayangimu! Kumohon kembalilah dan lupakan semua dendamu" mohon Jocellin.

"Melupakan dendamku? Sama saja aku melupakan keluarga ku" desis Daniel.

Jocellin menggelengkan kepalanya. "Tidak Niel, maksudku,," ucapannya segera di potong oleh Daniel.

"Dendam ini yang membuatku mampu bertahan dan jika aku harus melupakannya, lantas untuk apa alasanku hidup?" Daniel mencengkram bajunya yang berada di dada kirinya.

"Mereka! Mereka semua yang akan menjadi alasanmu untuk bertahan, dan aku juga ingin menjadi salah satunya" Jocellin menunjuk dirinya sendiri.

Daniel termanggu, ia seakan di tampar oleh kata-kata dari gadis di hadapannya.

Di dorongnya Jocellin menyebabkan tubuh kecil itu terjerembab di atas lantai.

"Maafkan aku, dan menjauhlah jika tidak ingin terluka" ucapnya dan kemudian melangkah menjauh menghiraukan Jocellin yang menyerukan namanya berkali-kali.

Jocellin memukuli kakinya yang tiba-tiba terasa kram kembali. Isakkan kecil keluar dari mulutnya.

"Jocellin? Kau tidak apa-apa?" ucap seseorang berusara berat tersebut.

Ia merangkul bahu Jocellin dan msmbantunya untuk berdiri.
"Apa yang kau lakukan di sini? Yang lainnya sedang dalam perjalanan ke rumah sakit" terang orang tersebut.

"Apa yang terjadi Jonh?" tanya Jocellin.

Jonh menggeleng. "Saat aku kembali tadi mereka semua keluar dalam keadaan panik dan Jonah yang tidak sadarkan diri, sebenarnya apa yang sudah terjadi?" tanya pria tersebut.

Jocellin membelalakkan matanya. "Bisakah kau mengantarkanku kesana?" pinta Jocellin.

"Kita obati lukamu dulu" Jonh mengedikkan dagunya kearah lutut Jocellin yang sedikit mengeluarkan darah karena menghantam lantai yang kasar.

why don't we? (COMPLETE)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz