60

775 80 20
                                    

Suasana canggung meliputi kedua insan yang sedang duduk di rooftop hotel tersebut.

Jocellin melirik pemuda di sebelah nya yang masih menutup mulut sedari tadi.

"Kau baik-baik saja?" akhirnya Jocellin memutuskan untuk memecah kesunyian diantara mereka berdua.

Daniel mendengus. "Seharusnya aku yang bertanya, bagaimana keadaanmu mengingat pertemuan terakhir kita yabg kurang menyenangkan" ia melirik plaster yang menempel di lutut gadis tersebut.

Jocellin mengikuti arah pandangan Daniel dan tersenyum kecil.

"Ini sudah tidak sakit lagi" ia menggoyang-goyangkan kakinya menandakan jika ia sudah tidak apa-apa.

"Syukurlah" Daniel tersenyum kecil.

Kembali keheningan meliputi keduanya, mereka sibuk berkutat dengan pikirannya masing-masing.

"Aku senang kau kembali" ucap Jocellin sembari menatap menerawang ke depan.

Daniel menoleh dan menatap wajah cantik di sebelahnya dengan intens.

"Terimakasih"

"Untuk?" Jocellin menoleh sehingga kini mereka berdua saling berhadapan.

"Semuanya, terimakasih untuk tidak menyerah terhadapku" ucap Daniel dengan tulus.

Jocellin tersenyum dan mengusap bahu Daniel dengan lembut.

"Tidak masalah Niel"

Daniel menggelengkan kepalanya. "Kau selalu terluka setiap bersamaku, malahan aku yang memberikan luka tersebut. Tapi di sini dirimu, selalu berdiri di sisiku" ucap Daniel dengan nada yang sarat akan penyesalan.

"Hei, satu hal yang perlu kau tahu. Aku ini adalah gadis yang keras kepala, sekali aku memutuskan maka aku akan tetap pada pendirianku sampai akhir" Ujar Jocellin.

"Aku telah memutuskan untuk tetap berada di sisimu apapun yang terjadi, maka yang harus kau ingat adalah sejauh apapun kau berlari aku akan tetap di sini menanti dirimu untuk kembali" lanjutnya.

Daniel menatap gadis di hadapannya dengan tatapan yang sulit di artikan.

Sedetik kemudian tubuh kecil Jocellin telah terperangkap dalam dekapan Daniel.

"N-Niel?"

"Shh,, biarkan seperti ini dulu, aku sangat lelah" ucap Daniel sembari memejamkan matanya.

Tangan Jocellin terangkat dan mengelus punggung Daniel dengan sayang.

"Rasanya seluruh beban berat itu terangkat dari pundakku" gumam Daniel di telinga Jocellin.

"Itulah keajaiban memaafkan. Apa kau pernah mendengarnya? Memaafkan jauh lebih sulit dari pada meminta maaf, tetapi setelah memaafkan maka ketentraman hati yang akan kau dapatkan" terang Jocellin.

Daniel menganggukkan kepalanya dan mempererat pelukkannya pada tubuh mungil Jocellin.

Cukup lama mereka saling berpelukkan hingga akhirnya Daniel melepaskan pelukkannya dan menatap manik safir yang serupa dengan miliknya itu dengan dalam.

"Ajari aku untuk saling menghargai dan mengasihi" ucap Daniel.

"Dan ajari aku untuk mencintai dirimu" lanjutnya dengan mantap.

*****
"Aku penasaran apa yang sedang mereka lakukan di sana" ucap Hanna yang sedang duduk di sebelah Caitlyn.

"Ya, sudah lima jam mereka hanya berdua di rumah sakit. Apa tidak apa-apa?" tanya gadis berambut pirang tersebut.

why don't we? (COMPLETE)Where stories live. Discover now