31 Juli 2017 - Saudara

1.4K 82 5
                                    

Semalam Hyunkyung mengajak Wu Yifan menginap di hotel. Dia bilang bahwa Seunghwan belum tahu keberadaannya dan Tao di Seoul sekarang. Yifan sama sekali tidak mempermasalahkan di mana ia harus memejamkan mata. Selama masih ada yang peduli padanya, itu sudah lebih dari cukup.

Ucapan Lee Soo Man membuatnya terdiam beberapa saat.

"Aku melakukannya bukan sebagai pemilik agensi yang membuat aturan dan larangan. Melainkan sebagai ayah yang ingin melindungi putrinya."

Yifan memijat pangkal hidungnya yang berdenyut nyeri. Napasnya perlahan memburu. Lebih baik ia segera mandi dan keluar kamar. Percuma jika mendekam di kamar karena sejak semalam pun, ia tidak bisa tidur nyenyak. Banyak hal merampas haknya untuk tidur. Sepertinya lebih baik untuk menyiapkan sarapan. Bukankah roti panggang dan susu manis adalah ide bagus?

EXO

Pemandangan terindah di pagi hari adalah ketika kau bangun tidur dan menyadari ada seseorang yang kau sayang ada di sampingmu. Rasanya nyaman ketika orang itu ada sebelum kau menutup mata, dan dia masih di tempat yang sama begitu kau bangun tidur. Itu akan membuat perasaanmu merasa diperhatikan.

Seoul tidak menjadi mimpi buruk bagi Luhan, tapi apa yang pernah ia alami di di Seoul membuatnya trauma. Luhan tidak menyangka bahwa ia bisa menjejakkan diri di tempat ia membangun mimpi. Bertemu lagi dengan beberapa member EXO yang tentu saja masih bersikap canggung karena perpisahan di antara mereka.

Itu bukan perpisahan yang baik sehingga mereka seperti terhalang dinding besar untuk mendekatkan diri satu sama lain. Mungkin butuh lebih banyak waktu lagi agar hubungan mereka kembali seperti dulu. Atau setidaknya tidak canggung seperti kemarin.

"Good morning, Xi Sehun," sapa Luhan sambil mengeringkan rambutnya menggunakan handuk kecil. Lidahnya suka menyebut Xi Sehun, menggunakan marga keluarganya. EXO memang sering seperti itu. Cara itu mereka nilai cukup ampuh untuk menjadi lebih dekat kepada semua member.

"Pagi, Ge," sahut Sehun setelah menguap lebar. Matanya mengerjap pelan karena di ruangan itu hanya ada Luhan. "Di mana yang lain?" tanyanya.

"Masih di rumah. Mereka akan datang nanti siang."

Sehun mengerucutkan bibirnya. Saat ada Yixing kemarin, ia merasa biasa saja ketika bilang dirinya kebelet pipis. Itu karena Yixing masih bagian dari EXO. Sedangkan Luhan? Secara hukum, mereka sudah tidak terikat apapun kecuali hubungan 'teman lama'.

Dulu memang mereka adalah keluarga. Ritual mandi bersama di sauna adalah hal biasa. Fakta bahwa ada sekat antara EXO dan Luhan sekarang, membuat Sehun otomatis bersikap lebih sopan dari sebelumnya.

"Kau butuh sesuatu?" tanya Luhan begitu menyadari mimik muka Sehun yang memerah.

"A-aku ingin pipis, Ge."

Luhan mengulum senyum manisnya. Ia mengulurkan tangan untuk membantu Sehun bangun dari ranjang. Dari wajah Sehun, ia tahu adiknya sedikit merasa sungkan untuk meminta tolong. "Apa pun yang terjadi, aku tetap kakakmu. Jadi jangan sungkan apabila kau butuh bantuanku. Mengerti?"

"Xiexie," jawab Sehun manis.

Perkataan Luhan mampu mengubah kesungkanan Sehun menjadi sebuah keharmonisan. Mereka seperti kembali pada saat-saat sebelum perpisahan itu terjadi. Luhan benar-benar memperlakukan Sehun sebagai adiknya. Ia membantu Sehun cuci muka, gosok gigi, dan berganti pakaian.

Tidak ada hubungan darah di antara mereka, tetapi kebersamaan yang sudah terjalin sejak EXO belum debut membuat hubungan itu tak kalah kental dari darah. Sehun berharap bahwa kehangatan yang ia rasakan pagi ini akan terus berlanjut hingga ia mati. Tidak ada hal yang lebih menyenangkan dibanding menghabiskan pagi hari bersama kakak-kakaknya.

Verse I - Open Your Eyes, Sehun!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang