Error04: Makna Hidup

1K 156 46
                                    

Siang hari semakin menjadi-jadi. Udara panas menyengat, menusuk pori-pori. Kalau begini, Naruto jadi sibuk. Berusaha ... mengejar-ngejar dia. Matahari menyinari, semua perasaan cinta. Tapi mengapa, hanya Sasuke yang paling seksi?

Wajah Naruto tertunduk lesu ketika berjalan di trotoar kampus yang menuntunnya ke arah gedung unit kegiatan mahasiswa. Selain hawa panas yang memuakkan, nyatanya pengorbanan pergi ke kampus siang-siang, lalu mendapati dosen tidak bisa mengajar hari ini, sungguh membuatnya ingin protes kenapa android marshmallow-nya setelah di-upgrade tidak menjadi Alan Walker? Kenapa?!

Karena mata kuliah hari ini hanya satu, dan itu pun kosong, maka Naruto memutuskan mendekam di ruang klub basketnya saja. Jika ia pulang, jarak antara kampus dan apartemennya terbilang cukup membuatnya malas untuk berjalan di siang hari begini. Jika Naruto ke ruang klub basket, siapa tahu dia mendapati Sasuke di sana, meskipun persentasenya sangat kecil.

Ketika ruang klub sudah di depan mata, Naruto segera mendorong pintu kaca tersebut meskipun di sana tertempel tulisan 'Tarik'. Masa bodoh, yang penting pintu terbuka dan Naruto bisa segera melepas rasa panas pada dinginnya AC di ruangan itu.

Mata bak safir milik Naruto langsung menangkap gerombolan manusia yang ia kenal, tengah duduk melingkar di atas lantai seperti perkumpulan sekte sesat yang tengah melakukan ritual, ya, semacam itu bentuknya.

Naruto pun melangkah mendekat, ketika jarak tak lagi jauh, sayup-sayup ia mendengar celoteh seniornya, Kankuro.

"Yoo, konnichiwa ...."

"Konnichiwa," jawab mereka serentak ketika mendengar salam dari Naruto. Segera, Naruto memosisikan dirinya duduk di dekat Lee dan Kisame, ikut nimbrung dengan orang-orang dalam lingkaran tersebut.

"Jadi, membahas apa ini?" Naruto bertanya pada orang-orang yang sekiranya akan menjawab rasa penasarannya.

"Kita sedang berdiskusi tentang makna hidup, Naru," jawab Lee dengan wajah murungnya. Naruto sedikit terhenyak, tak biasanya Lee-si bocah super energik ini-akan memasang wajah seperti yang ia lihat sekarang. Sepertinya yang mereka diskusikan adalah sesuatu yang sangat berat, dan hal tersebut membuat Naruto semakin penasaran.

"Jadi ... apa makna hidup yang kalian diskusikan?"

Naruto mulai memasang wajah serius. Jemari tangannya ia tautkan dan ia gunakan untuk menutup bagian hidung dan mulut. Sedangkan sikunya ia tekuk lalu ia topangkan pada masing-masing kakinya yang menyila.

"Ini lebih berat dari rindu, Naruto. Apa kau yakin ingin ikut?" tanya Kankuro was-was, tapi wajahnya kian mengeras pula.

"Aku yakin, senpai. Karena aku tahu, yang berat bukanlah rindu, tapi restu."

Para anggota sekte lingkaran absurd-sebutan Naruto untuk mereka-terlihat manggut-manggut mengiyakan pernyataan yang keluar dari mulut Naruto. Darui dengan tangan kecoklatannya segera mengaktifkan ponsel miliknya setelah Kankuro memberi perintah.

Naruto menunggu dengan tenang dan serius, hingga Darui menyodorkan ponselnya ke arah Naruto agar pemuda pirang itu melihat apa yang ditampilkan di layar ponsel. Naruto memicing penuh konsentrasi, memperhatikan satu foto postingan di instagram. Seusainya, Naruto malah terlihat mengalihkan pandangannya ke kiri dan kanan, mencari jawaban atas rasa bingungnya.

"Ada apa dengan foto ini memang?"

"Haa?!" Reaksi terkejut yang berlebihan terdengar dari semua anggota sekte, kecuali Naruto. Mereka saling berpandangan disertai bisikan tak percaya, lalu kembali mengalihkan pandangan mereka pada Naruto.

"Jangan bilang kau sudah sembuh dari virus itu, Naruto?!" tanya Lee yang wajahnya semakin was-was.

"Virus apalagi ini?" tanya Naruto dalam keresahan hati yang semakin kalut.

"Sini mendekatlah," pinta Darui yang berada tepat di arah jam 3 dari Naruto. Naruto mencondongkan tubuhnya agar telinganya dapat mendengar apa yang Darui katakan. "Virus jomlo ...," lirih Darui yang membuat Naruto menengang. Kata-kata itu memang selalu membuat orang kesepian macam dirinya, menjadi gundah gulana.

"T-tentu saja tidak! Lagi pula dia juga belum menerima cintaku, mana bisa aku lepas dari kata jomlo?" Yang dimaksud dia oleh Naruto tentu saja adalah Sasuke.

"Begitu pula aku, ketika aku cuma coba-coba jadi jomlo, eh ... lama-lama ketagihan," keluh Kisame yang duduk tepat di sebelah kiri Naruto. Wajah Kisame yang biasanya terlihat memelas kini semakin menjadi-jadi, membuat para anggota sekte ikut terdiam.

"Lalu kenapa kau tidak merasakan rasa sakit para jomlo ketika melihat foto itu, Naru?" Shino membuka suara semenjak memilih diam dari tadi.

"Memangnya kenapa?" Naruto masih saja bingung, kenapa teman-teman satu klubnya ini merasa sakit hanya karena sebuah foto.

"Astaga, Naruto! Coba perhatikan sekali lagi!" Darui yang merasa kesal, kembali menyodorkan ponselnya yang masih menampilkan foto yang menjadi akar perdebatan mereka.

Kali ini Naruto berusaha fokus dan konsentrasi pada tiap jengkal postingan tersebut. Mulai dari wajah yang ada dalam foto, caption-nya, hingga lingkungan di dalam foto, takutnya ada penampakan lain yang muncul dalam foto tersebut. Namun nahas, tak ada satu pun kejanggalan yang Naruto dapati.

"Kau masih tak paham?" tanya Kankuro yang mulai habis kesabarannya. Naruto hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Demi upil komodo .... Kenapa otakmu dangkal sekali, sih?!" ejek Lee yang mulai hilang pula kesabarannya. "Ini lihatlah lagi!" Lee merebut ponsel dari tangan Darui dan segera menjelaskan pada Naruto apa yang mereka bahas sebelum Naruto datang.

"Lihat!" bentak Lee sekali dengan nada galak macam emak-emak.

Naruto kembali melihat foto tersebut dengan saksama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Naruto kembali melihat foto tersebut dengan saksama. Sedangkan Lee sudah siap-siap menyemburkan segala emosinya karena otak Naruto yang lambat dalam berpikir.

"Manusia macam dia saja bisa mendapatkan wanita yang aduhai, bagaimana dengan kita yang cetar membahana ini? Kenapa kita masih jomlo sampai sekarang? Itu sakit, Naru ...." Lee menjelaskan semua hal yang tak dipahami oleh Naruto, sedangkan Naruto yang mendengarnya hanya bisa ber-oh dengan wajah datar.

"Kenapa responmu seperti itu?" tanya Kisame yang bingung dengan respon dari Naruto.

"Yaa, aku kira dia makhluk gaib. Karena mitosnya, wanita yang suka mengumbar aurat memang suka digelendotin sama setan. Makanya aku sebagai jomlo tidak merasa tersaingi, sih."

Usai Naruto berkomentar, semua anggota terdiam. Kankuro, Darui, Lee, Shino, dan Kisame yang berada di dalam lingkaran tersebut hanya bisa saling terdiam dan berpandangan, sebelum memilih berdiri dan bubar dari tempat mereka berkumpul, meninggalkan Naruto sendiri.

"Eh, kok aku ditinggal? Kan kita belum membahas makna hidup!" protes Naruto yang tidak rela ditinggal sendirian.

"Pikirkan saja sendiri!" jawab Lee malas sebelum benar-benar meninggalkan Naruto yang masih duduk terdiam.

***

Hari kamis rasa hari minggu,
Kamu manis aku rindu. 3444 😏

Oct 18, 2018

ERROR 404 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang