10

1K 166 0
                                    

Johnny tidak tahu ia harus bersyukur atau harus kebingungan melihat Sharon yang sudah terlihat seperti biasa padanya. Maksudnya, setelah pesta, Johnny didiamkan seharian. Sampai Elisa menginterogasi Johnny. Dan di hari ini, hari pertama sekolah di minggu ini, saat sarapan bersama, Sharon tersenyum dan menyapa Johnny. Saat makan siang juga Sharon sudah menanggapi obrolan Johnny.

Johnny memang bersyukur melihat Sharon yang baik-baik saja dan sudah terlihat seperti biasanya. Namun ia khawatir Sharon hanya berpura-pura di depan teman-temannya yang lain. Bisa jadi Sharon tidak mau Johnny dihajar oleh para pangeran jadi Sharon memperlakukan Johnny seperti tidak terjadi apa-apa. Padahal sebenarnya mungkin saja Sharon masih kesal padanya. Jadi, setelah sekolah berakhir, Johnny segera mencari kesempatan untuk mengobrol berdua dengan Sharon. Kebetulan, Sharon hanya sendirian di perpustakaan.

"Sharon," panggil Johnny.

Sharon menoleh dan ia tersenyum menatap Johnny. "Kak Johnny, tumben ke perpustakaan."

"Sharon, dengar, aku benar-benar minta maaf."

Sharon mengangguk. "Iya, Kak," balasnya.

"Kau sudah memaafkanku?" tanya Johnny tidak percaya.

"Iya, Kak. Aku tidak bisa lama-lama marah padamu. Kakak terlihat tulus meminta maaf padaku, dan aku menghargai usaha Kakak yang tetap mengajakku bicara meski aku mendiamkanmu kemarin."

Johnny menghela napas lega. "Syukurlah. Padahal aku sudah siap-siap jika kau ingin menumpahkan langsung kekesalanmu. Aku harap kau sungguhan baik-baik saja."

"Aku terlalu kekanak-kanakan kemarin. Seharusnya aku tidak marah padamu."

"Tidak, Sharon. Aku memang salah. Lain kali, aku akan memperlakukanmu sebagai pasanganku dengan sangat baik. Aku akan mencoba untuk tidak mengecewakanmu lagi."

Sharon tersenyum. "Baiklah, Kak."

Sharon kira percakapannya dengan Johnny telah berakhir. Jadi ia sedikit berjinjit untuk mengambil buku yang berada di atas. Namun Johnny duluan mengambil buku tersebut.

"Yang ini?" tanya Johnny.

Sharon mendongak lalu ia mengangguk. Johnny kemudian memberikan buku tersebut pada Sharon.

"Entah kenapa melihatmu berjinjit sangat lucu," Johnny tertawa.

Johnny menatap Sharon lurus. Ia memang harus sedikit menunduk supaya matanya bertemu dengan mata milik Sharon, dan Sharon harus mendongak untuk membalas tatapan Johnny.

"Sharon, kau boleh menganggapku sebagai kakakmu. Kau boleh meminta tolong apa saja padaku. Kau boleh minta tolong saat kau tidak dapat menggapai buku di rak yang tinggi, kau juga boleh bertanya atau bercerita padaku tentang apa saja. Maaf aku sok tahu, tapi aku lihat kau masih sedikit canggung dengan kami semua. Kau tidak perlu canggung, Sharon. Meski kita tidak memiliki latar belakang yang sama, kita semua sudah menjadi teman baik. Jangan sungkan pada kami. Kau mengerti?"

Sharon mengangguk singkat. "Terima kasih, Kak. Aku ke sana dulu ya," Sharon berpamitan untuk menuju ke sebuah meja.

'Jadi ini,' pikir Johnny. 'Jadi ini yang dirasakan oleh Jaehyun dan Taeyong? Perasaan ingin melindungi karena ia terlihat begitu kebingungan dan butuh bantuan?'

Johnny ingin memukul kepalanya atas apa yang baru saja ia pikirkan. Sharon adalah teman dari adiknya. Tidak lebih. Tidak boleh ada perasaan yang lebih.

Sharon menghela napas lalu ia memilih tempat duduk yang kosong di pojok. Ia membenamkan wajahnya di lipatan lengannya di atas meja. Ia masih kepikiran tentang Hansol, kakaknya. Ia ingin menanyakan hal ini dengan orang tuanya, tapi ia merasa ia tidak boleh bertanya kalau ingin Hansol baik-baik saja. Ada rasa rindu saat mengingat Hansol, ia ingin bertemu lagi dengan Hansol. Siapa Hansol sebenarnya? Kalau memang kakaknya siapa identitas Hansol? Apakah ia rakyat biasa? Makanya dia melarang Sharon untuk berteman dengan orang kerajaan?

BLACK ON BLACK [NCT - UNB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang