27

668 118 2
                                    

Beberapa hari lain sudah berlalu. Taeyong masih terus berusaha menghubungi Sharon kapanpun ia bisa. Mulai dari ia bangun sampai ia tertidur. Tak ada satupun pesannya yang dibalas maupun teleponnya yang diangkat. Sharon seolah menghilang.

Namun malam ini senyum Taeyong langsung merekah saat panggilannya akhirnya dijawab oleh Sharon.

"Sharon? Kau ke mana saja? Aku sangat mengkhawatirkanmu. Apakah kau baik-baik saja?"

"Berhenti menghubungiku."

Kalimat Sharon begitu singkat, namun dunia Taeyong terasa runtuh.

"Kenapa?" tanya Taeyong lemah.

"Aku membencimu."

"Apa? Kenapa Sharon?" tanya Taeyong lagi dengan suara yang semakin pelan.

"Aku sudah tahu semuanya."

"Maksudmu?"

"Aku tahu siapa yang membunuh ayahku. Aku tahu siapa yang menahanku untuk tidak menemui saudaraku. Aku tahu selama ini aku sudah dibohongi."

"Sharon, aku bisa jelaskan."

"Cukup, Taeyong."

Panggilan Sharon membuat Taeyong meringis. Sharon tidak memanggilnya 'Kak' lagi

"Aku minta maaf," hanya itu yang akhirnya bisa Taeyong ucapkan. Ia tidak punya pembelaan apa-apa.

"Aku harap kau tidak menghubungiku lagi. Berhenti mengirimiku pesan juga. Kau sangat mengganggu. Aku sangat membencimu dan kalian semua."

Taeyong menurunkan ponselnya dari telinganya setelah Sharon memutuskan telepon sepihak. Ia tidak tahu apa yang ia rasakan. Rasanya sesak dan sakit sekali. Air matanya mulai menetes. Ia tahu ia sangat lemah. Ia selalu lemah kalau itu tentang Sharon.

Tapi mendengar Sharon membencinya membuat dunia Taeyong runtuh. Taeyong tidak pernah merasakan sesakit ini. Tidak pernah ada yang membenci Taeyong dan tidak ada juga yang mengatakannya terus terang seperti yang Sharon lakukan. Taeyong mengerti Sharon juga merasakan sakit seperti teman-temannya. Dan akhirnya Sharon ingat. Itu bukan ingatan yang dari awal ia punya, pasti Sharon juga kebingungan.

Melihat jam yang mulai lewat tengah malam, membuat Taeyong berusaha untuk tidur. Ia harus latihan dan rapat besok. Tapi matanya tidak mau terpejam. Ia memandang langit-langit kamarnya di kegelapan malam. Suara Sharon berputar di kepalanya. Ingatannya akan wajah Sharon yang tersenyum juga terputar seenaknya di kepalanya. Sosok yang ia cintai. Cinta pertamanya yang berhasil membuat Taeyong tergila-gila. Seseorang yang selalu Taeyong tunggu kabarnya. Seseorang yang selalu berhasil membuat Taeyong rindu.

Tapi gadis itu membencinya. Taeyong dari awal sadar tidak seharusnya ia menyimpan perasaan pada gadis itu. Sayangnya kita tidak sepenuhnya bisa memilih kepada siapa kita jatuh cinta. Kalau bisa, lebih baik Taeyong tidak terjebak dalam perasaannya sendiri.

Sinar matahari masuk ke dalam kamarnya melalui sela gordennya. Taeyong tidak tahu bagaimana ia bisa jatuh tertidur semalam. Ia beranjak duduk dan mengusap matanya. Semoga ia tidak terlihat kacau pagi ini.

---

"Taeyong, temui aku di ruanganku setelah ini."

Taeyong mengangguk samar, menyanggupi ucapan Kris. Ayahnya tidak terlihat baik sore ini. Sepertinya Taeyong tidak akan berakhir baik juga malam ini. Taeyong sadar ia membuat kekacauan besar seharian. Ia sama sekali tidak bisa fokus, mau itu saat rapat ataupun saat latihan. Saat rapat tadi siang, setiap diberikan pertanyaan ia tidak dapat memberikan jawaban apapun. Saat latihan duel sore ini, ia dikalahkan secara telak oleh Jisung. Taeyong benar-benar kacau hari ini.

BLACK ON BLACK [NCT - UNB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang