30

699 107 0
                                    

Taeyong menatap kosong tempat terakhir Sharon berdiri. Seolah ia berharap Sharon akan kembali muncul di sana. Tapi nihil. Sesaat aula menjadi hening, semua sibuk dengan pikiran masing-masing. Beberapa anggota kerajaan penyembuh bergiliran menyembuhkan siswa yang terluka.

"Mari aku sembuhkan, Kak," ucap Elisa lembut.

Taeyong tidak menjawab. Namun ia membiarkan Elisa menyembuhkan lukanya. "Tersenyumlah, Kak. Setidaknya tidak ada korban jiwa. Dan Sharon juga memiliki perasaan yang sama denganmu."

"Untuk apa memiliki perasaan yang sama kalau ini adalah pertemuan terakhir? Aku bahkan sama sekali belum menyatakan perasaanku. Dia yang lebih dulu dengan berani menyatakannya. Aku benar-benar... menyedihkan."

"Kak, Sharon kan masih memiliki ponselnya. Kenapa nanti malam Kakak tidak coba hubungi saja? Masa yang seperti itu harus diajari sih?"

Taeyong terdiam kemudian mengangguk lemah. "Aku benar-benar tidak kepikiran sampai sana. Aku sudah kacau duluan karena Sharon pergi lagi."

"Istirahatlah dulu, Kak. Tubuhmu membutuhkan istirahat supaya penyembuhannya maksimal. Terima kasih karena tadi sudah berusaha melindungi kami semua."

Taeyong mengusap kepala Elisa. "Sudah merupakan tugas kami, Elisa. Kau kan dibutuhkan untuk penyembuhan, mana boleh terluka? Kalau begitu aku duluan ya."

"Selamat istirahat dan jangan banyak bergerak, Kak. Mungkin sekarang kau belum merasakannya tapi beberapa tulangmu retak. Nanti Ayah akan mengobatimu lebih lanjut."

Taeyong tidak terkejut akan hal itu. Dari tadi ia terhempas ke sana ke mari, belum lagi dari ketinggian ia dijatuhkan begitu saja. Sebenarnya tubuhnya terasa sakit, tapi hatinya lebih sakit. Taeyong berteleportasi ke kamarnya. Ia membersihkan dirinya dengan hati-hati kemudian mengganti pakaiannya menjadi pakaian bersih.

Taeyong membaringkan tubuhnya di kasurnya. Ia terlalu penasaran dengan kabar Sharon, sehingga ia menyempatkan mengirim pesan sebelum ia tidur.

Taeyong

Halo, Sharon.
Aku tahu kita baru bertemu.
Tapi rinduku masih belum hilang.
Aku harap suatu saat nanti kita bisa bertemu.
Dan, ini sangat memalukan karena kau yang bilang duluan.
Tapi aku juga mencintaimu. Sangat.
Semoga kita bisa bertemu lain kali. Saat itu tiba aku tidak akan melepaskanmu lagi.
Sekarang, ayo kita istirahat. Tidak apa kau tidak membalas pesanku, aku hanya berharap perasaanku tersampaikan padamu.

Sharon tidak sadar bahwa Taeyong telah mengiriminya banyak pesan. Ia bersama Hansol berada di ruang makan, menyantap makan sore sekaligus minum teh. Tidak seperti para siswa dan raja yang terluka, sisi mereka terlihat baik-baik saja. Tidak ada yang terluka, hanya lecet dan tergores saja. Memang, kekuatan di sini sangat kuat, wajar kalau duabelas kerajaan itu merasa terancam. Tidak hanya tangan kanan Hansol, para prajurit juga mendapat kekuatan tambahan dari Hansol. Walaupun Hansol sudah membagi-bagi kekuatannya, lelaki itu tidak tampak lelah. Ia terlihat sama seperti biasa. Bayangkan kekuatan satu orang keturunan Kerajaan Kegelapan saja bisa sekuat ini.

"Kau sudah baik-baik saja, Sharon?" tanya Hansol masih dengan raut cemas yang sama.

"Kakak sudah bertanya itu dari kita sampai, Kakak juga sudah bertanya dari kita mulai makan, dan setelah makan Kakak kembali bertanya."

"Jawab pertanyaanku, Sharon," desak Hansol tidak sabar.

"Aku baik-baik saja, Kak. Harus berapa kali lagi aku jawab itu?" jawab Sharon sabar.

"Kalau ada apa-apa cepat bilang padaku. Kau mengerti?"

"Mengerti, Kak."

Hansol mengusap kepala Sharon. "Nah, bagus begitu. Sekarang apakah kau kelelahan?"

BLACK ON BLACK [NCT - UNB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang