Chapter 9

1.7K 151 21
                                    

Sesungguhnya cinta adalah paket air mata, luka, cemburu, stress, kecewa, dan ekstra kesabaran. Ketika kau memutuskan jatuh cinta, maka kau juga harus siap menanggung segala resikonya, termasuk kehilangan dan patah hati. Namun ada banyak sekali orang yang jatuh cinta tanpa siap dengan rasa sakit.

Ada kalanya rumit masalah percintaan di dunia ini menjadi sebab kita lemah. Tak hanya hubungan percintaan, namun juga pertemanan, persaudaraan, tetangga, juga ayah-ibu. Kadang merasa sakit dan kecewa. Namun, perbedaannya adalah ada yang memilih bertahan lebih lama lagi, ada yang memaafkan demi ketenangan jiwanya sendiri, ada yang memberikan kesempatan dua kali, ada yang lelah tapi menata lagi, dan ada juga yang lelah kemudian memilih pergi.

Kyla seharusnya tahu tujuan pacaran adalah berpisah. Seharusnya ia ingat setiap pertemuan juga akan berakhir dengan perpisahan. Namun selama ini ia menutup mata. Lupa bahwa kadang kesabaran ada batasnya juga.

Seharusnya ia senang Keano melepaskannya. Ini adalah permintaannya sendiri. Keinginan hatinya untuk tak merasa terbebani dengan rasa bersalah lagi karena selalu mengecewakan Keano. Namun ia tak pernah menyangka bahwa berpisah akan sesakit ini.

Hari ini dengan hati masih carut-marut, sekaligus dengan wajah kusutnya Kyla duduk di depan sebuah kamar rawat inap Rumah Sakit. Sesekali melihat ke arah pintu kaca dimana seorang pria paruhbaya terbaring lemah di ranjang perawatan dengan berbagai selang di tubuhnya. Kyla melengos. Tak mau melihat lebih lama.

Dia sudah tiga hari di sini. Menemani sosok yang tak mau membuka mata setelah dirawat satu minggu itu. Sosok yang sebenarnya tak mau ia temui, sosok yang ia benci setengah mati. Namun tangisan Bunda yang memohon-mohon agar ia datang, membuat Kyla akhirnya luluh juga. Mau tak mau melangkahkan kaki ke rumah sakit ini, menginap dengan keterpaksaan. Hingga kadang tak mengerti sebenarnya mengapa ia di sini, dan untuk apa.

Dulu, ia begitu dekat dengan Ayah. Menjadikan pria itu sebagai sosok panutan. Bercita-cita memiliki suami seperti Ayah, yang tak akan pernah menyakitinya. Namun, sejak usia 8 tahun, Kyla merasa ayahnya berubah. Pria itu bukan lagi sosok yang ia kenal. Tak betah di rumah, tak pernah ada waktu untuknya, dingin, mulai sering bertengkar dengan Bunda, jadi pemarah, kasar dan suka main tangan. Sejak saat itu pula Kyla mulai merasa asing dengan sosok ayah.

"Ayah kenapa gak pernah pulang?" Pertanyaan semacam itu sudah puluhan kali Kyla tanyakan. Masih pertanyaan yang sama, kalimat yang persis sama, dan di jam yang sama pula. Pukul 9.30 malam.

"Ayah sibuk." Saat itu Kyla pikir Bunda benar. Ayah sibuk mencari uang untuknya. Maka, Kyla mencoba mengerti.

Hingga puncak dari segala keasingan Kyla berubah perlahan menjadi rasa benci. Ketika sering sekali seseorang datang ke rumah untuk menagih hutang milik Ayah, dan Bunda dengan sabar selalu melunasinya. Ketika Ayah tak pernah mau bersikap baik-baik dan tak menghargai Bunda. Ketika Kyla sering sekali melihat Bunda menangis karena Ayah. Saat itu ia mulai menganggap Ayahnya adalah sosok jahat, bukan lagi super heronya.

"Bunda kenapa?" Ini bukan pertama kalinya bagi Kyla melihat Bunda menangis, tapi selama ini mencoba diam saja, tak ikut campur, katanya urusan orang dewasa. Tapi, hari ini ia tak betah juga.

"Bunda nonton film." Jelas sekali bohong, sejak tadi pagi listrik mati. Dicabut karena tidak bayar. Bunda tidak punya uang untuk membayarnya setelah melunasi hutang-hutang Ayah. Mungkin habis ini masih ada lagi yang menagih.

"Ayah jahat ya, Bunda? Ayah buat Bunda nangis." Saat itu Kyla masih polos. Belum mengerti apa yang terjadi. Yang ia paham hanya Ayah membuat Bunda sedih.

"Gak kok, sayang. Jangan pernah bilang Ayah jahat. Ayah kan super hero kamu."

Kyla berusaha meyakinkan diri bahwa ucapan Bunda benar. Menanamkan kepercayaan lagi dalam lubuk hatinya. Namun, kenyataannya bahwa Ayahnya sudah menikah lagi, dan sudah memiliki anak yang bahkan lebih tua darinya dengan wanita lain membuat segala sisa rasa percaya dan sayang di hati Kyla luruh sudah, berganti kebencian mendalam. Selama ini, ia dan Bunda telah dibohongi oleh Ayah.

DARAH GAUN PENGANTIN [END] ✔Where stories live. Discover now