Epilog

5.2K 204 14
                                    

Panas terik matahari tidak membuat orang-orang lari untuk berteduh agar kulit tidak gosong. Justru di tempat ini mereka dengan nyaman berjemur, hanya memakai bikini dan juga kacamata hitam yang melindungi mata dari sinar ultraviolet. Tempat apa lagi jika bukan pantai? Ya, Pantai Kuta. Bali.

Angin berdesir lembut. Menggelitik telinga. Menerbangkan helaian rambut. Pasir putih terasa halus dipijak kaki yang bertelanjang tanpa alas. Anak remaja bermain volli pantai. Beberapa anak kecil yang berlarian. Para lelaki tanggung yang berselancar, bermain dengan ombak. Juga pasangan-pasangan bergandengan tangan berjalan di tepi pantai. Bermain air. Salah satu dari mereka, Keano dan Kyla.

Setelah ditunda dua bulan karena menunggu Kyla dan Keano pulih, akhirnya mereka bisa pergi berlibur, atau lebih tepatnya bulan madu berdua ke tempat ini. Meski sudah tidak bisa dikatakan honeymoon lagi karena malam-malam mereka di Jakarta sama dengan honeymoon. Kali ini honeymoon versi mewahnya mungkin.

"Ah, aku pengen berenang padahal." Kyla sudah cemberut sejak melangkah keluar dari hotel. Pasalnya dia tidak diperbolehkan memakai bikini oleh Keano. Pria itu malah melotot dan mengamcam tidak mau bicara padanya kalau dia sampai melanggar.

"Berenangnya nanti aja di hotel. Berdua." Keano santai saja melangkah di samping Kyla. Tersenyum kecil melihat wajah masam sang istri. Malah terlihat sangat menggemaskan di matanya.

"Aku pengen berjemur juga." Siapa yang tidak tahu bahwa di hotel ada kolam mewah yang bisa dipakai berdua? Masalahnya Kyla ingin berenang di pantai.

"Ya tinggal berjemur aja. Gak ada yang larang berjemur."

"Aku kan…"

"Sayang," Keano menghentikan langkah. Memerangkap wajah Kyla di tangannya. Hingga bibir wanita itu maju karena terhimpit pipi. "Bikininya aku aja yang lihat. Nanti kamu pake biniki super seksi deh pas berenang sama aku. Gak usah pake apa-apa lebih nyaman." Sehabis Keano berucap, ia dihadiai jitakan manja di kepalanya dari Kyla.

"Kamu mah."

"Kenapa sih? Suami sendiri ini. Setiap malem aja-HMPT."

Kyla segera membekap mulut Keano dengan tangannya. Pipinya mendadak memerah malu. Entah kenapa, meski sudah menjadi suami istri nyaris menyentuh angka tiga bulan, Kyla masih selalu bersemu ketika ingat malam-malam yang mereka habiskan berdua. Terlalu indah dan mendebarkan. Ia bahkan dibuat jatuh cinta berulang kali pada suaminya ini. Benar, cinta ketika sudah menikah lebih manis rasanya. Kenapa dia baru sadar?

"Apa sih kok pipinya merah?" Keano mencubit gemas pipi Kyla. Membuat si cantik mengaduh kesakitan. "Makin cantik tahu gak?"

Kyla menarik tangan Keano untuk makin mendekat. Sedikit berjinjit. Kemudian mendaratkan kecupan kilat di pipi suaminya. Malu-malu. Membuat Keano tak dapat menahan hasrat dalam dadanya untuk segera menggendong Kyla menuju hotel secepatnya.

"Kok kamu manis banget sih?"

"Kan emang manis." Kyla tersenyum cerah. Silau. Keano selalu dibuat berdebar melihat senyum itu. Padahal sudah terbiasa melihatnya. Setiap pagi, setiap siang, dan malam. Tapi, masih sukses membuat darahnya berdesir. Turis-turis cantik yang lewat sama sekali tak membuatnya melirik sedikitpun.

"Enggak. Dulu galak." Jawaban itu hanya godaan. Agar si cantik merajuk. Mencubit pelan perut si tampan, hingga membuat pria itu berjengit.

"Aku manis dari dulu tahu."

"Iya, wanitaku kan memang manis." Tangan Keano bergerak mengelus lembut pipi Kyla. Mencubit gemas hidung mancungnya. Hingga tak dapat menahan diri lagi untuk tak mendekatkan wajah. Mulai memejamkan mata. Satu senti lagi hingga kedua bibir itu bertemu. Namun, pukulan bola di kepala Keano membuat pria itu mendesis kesal, menoleh tajam pada si pelempar. Dan mendengus melihat wajah siapa yang didapatinya.

DARAH GAUN PENGANTIN [END] ✔Where stories live. Discover now