Are we in the clear, yet?
----
"Maaf aku tidak ada di sini saat kau datang kemarin." Chanyeol menyampaikan penyesalannya tepat ketika Areum melenggang masuk ke dalam apartemennya. Wanita itu bahkan belum melepaskan mantel tebal yang ia pakai.
"Jangan dipikirkan, Yeol. Aku juga terburu-buru kemarin, jadi aku pergi lagi sebelum kau datang." Areum menimpali lembut seiring ia melepaskan mantel hitamnya.
Areum mengenakan skinny jeans hitam pagi itu, ditemani sweater rajut dengan warna merah muda lembut. Ia sengaja datang pagi-pagi untuk membantu Chanyeol menyiapkan cemilan dan minuman, mengingat sabtu pagi ini Chanyeol merupakan tuan rumah perkumpulan mereka.
"Halla akan menyusul setengah jam lagi, dia sangat ingin membantumu. Kau tau, dia jadi sangat menggemaskan belakangan ini."
Chanyeol tersenyum hambar dan menerima mantel Areum. Ia menggantungkannya di gantungan yang menempel di belakang pintu, sebelum kemudian menyusul Areum ke dapur.
"Sejak Jongin bersama Bobby, kau jadi sering membawa Halla." Chanyeol berkomentar malas. Rasa muaknya pada gadis bergigi teralis itu nyaris mencapai tahap maksimal.
"Aku butuh dukungan moral, Yeol." Areum menimpali setengah bercanda, walaupun sebenarnya tujuan ia membawa Halla adalah karena sepupunya itu mulai agresif dan memaksa agar terlibat dalam persahabatan mereka, atau lebih tepatnya terlibat dengan Chanyeol.
"Dukungan moral agar kau tetap kuat di dekat Jongin ketika ia merangkul wanita lain? Aku lebih melihat Halla sebagai kipas di sini, dan kau bara apinya." ucapan Chanyeol membuat Areum memutar mata jenuh.
"Mari jangan berbicara tentangku, oke?" Areum berbalik dan menyilangkan lengan di dada. Ia menghujam pandangan tajamnya ke arah Chanyeol. Menatap si jangkung itu penuh selidik.
"Mari kita bicara tentangmu." dan ucapan Areum membuat Chanyeol tergelak.
"A-aku? Aku? Tidak, umm, tidak, tidak, tidak ada yang hmmm, perlu ka-kau bicarakan tentangku. Aku baik."
"Kau yakin kau baik?" Areum menatapnya cermat. "Aku tau dua hari yang lalu kau tidak hadir di kantormu. Kau menghilang seharian, dan kemarin juga, kata Elia kau pulang lebih cepat dari biasanya. Aku mampir ke kantormu, kau tidak ada. Jadi aku ke sini, dan...,yah. Kau tau jawabannya."
"..."
"Dimana kau, Chanyeol?"
"Aku..., jalan-jalan?" bahkan jawaban itu membuatnya terdengar bodoh.
Areum yang sedari tadi menunggu jawaban dan malah mendapat jawaban konyol dari Chanyeol yang oh, tentu saja tidak pandai berbohong namun berusaha berbohong di depannya, lagi-lagi memutar mata.
"Kau menyembunyikan sesuatu dariku, iya kan?"
"Huh? Kenapa aku harus menyembu--"
"Chanyeol dengar," Areum menginterupsinya dengan sedikit kekecewaan terukir di parasnya. Dan Chanyeol membaca kekecewaan itu sangat jelas hingga dadanya mencelos. Areum kecewa padanya.
"Aku tidak memaksamu untuk jujur. Aku hanya memohon padamu di sini, apapun yang kau lakukan, ingatlah, kita adalah teman, kau sudah seperti saudaraku. Kita biasa berbagi cerita bersama. Hei, tidak ada rahasia di antara kita, ingat?-
KAMU SEDANG MEMBACA
HIGH HEELS (PCY)
FanfictionDia adalah sepasang sepatu High Heels. Dia perpaduan antara arogansi, harga diri, dan keindahan. Dia adalah stiletto terbaik dan louboutin termahal. Dia hanyalah sepasang sepatu, yang dikenakan untuk mencapai tujuan. . . . HIGH HEELS © Jade Gaara