3 - 5

1K 248 37
                                    


Hari ke-empat.

Bobby bersandar di bangku karet yang terpajang di teras belakang. Selimut tebal melingkupi tubuhnya bersama dengan syal dan topi rajut berwarna biru. Bobby tidak melayangkan protes ketika Jongin mendandaninya seperti mummy. Ia sudah terbiasa.

Hanya saja sikap penuh perhatian Jongin itu menarik perhatian Areum. Gadis itu dengan perasaan gusar berlalu dari hadapan mereka dan menghampiri Chanyeol.

"Ada apa?" Chanyeol sedang mengikat tali sepatunya di tangga, ketika Areum datang dan duduk di sampingnya. Gadis itu menghelakan napas panjang. Uap putih mengalir bersama desau napasnya.

"Tidak apa-apa." Areum tersenyum.

"Kau serius tidak apa-apa? Kau kelihatan muram. Apa Jongin membuatmu marah lagi?"

"Aku baik, Yeol. Tidak ada hubungannya dengan Jongin."

"Well," Chanyeol mengangkat bahu. "Baiklah kalau begitu." ia menepuk pundak Areum bersahabat, sebelum kemudian bangkit dari tangga dan menoleh ke arah Jongin.

"Kau serius tidak mau di dalam saja?" suara Jongin sayup-sayup terdengar.

"Aku akan masuk kalau aku bosan." Bobby menimpali bosan. Jongin sebenarnya tidak setuju Bobby ongkang-ongkang kaki di luar sendirian.

"Panggil pak Junsu kalau kau butuh sesuatu."

"Iya, iya. Kau tidak usah khawatir deh. Aku cuma sakit lengan, bukan kanker stadium akhir." Bobby mengomel. "Sana. Kalian akan pergi memancingkan."

Jongin berdecak. "Jaga dirimu."

"Iya, boss."

"Aku serius Bobby. Kalau lenganmu---"

"Aaaaaagggghhh!!"

"Oke, oke. Aku pergi." Jongin berdecak sebal. Ia berbalik, menyusul Areum dan Chanyeol. Dua orang itu masih menunggunya di ujung tangga.

Chanyeol menatap Jongin dengan sorot mata meng-kode 'Bagaimana?'.

Jongin menggeleng. Bobby itu keras kepala. Sulit untuk membuatnya menurut.

Chanyeol pun menghela napas pasrah.

Areum di antara mereka tidak menyadari obrolan tanpa kata itu. Ia hanya melenggang tenang dan menatap lurus ke depan.

-----

"Aku penasaran kenapa lengan Bobby masih sakit. Seingatku cederanya waktu itu tidak parah-parah amat." ucapan Areum di tengah keheningan membuat Jongin sedikit gelagapan.

"Ung? Yah, kau taulah."

"Apa lengannya memang separah itu, atau kaunya yang overprotektif." Areum mendengus sinis.

"Apa?"

"Kau berlebihan, Jong."

Jongin menaikkan alisnya. "Dari segi mananya?"

"Kau memperlakukan dia seperti bayi."

Chanyeol menggaruk tengkuknya risih. Ia melambankan langkahnya sedikit demi sedikit agar tertinggal di belakang.

"Aku pikir itu bukan masalah." Jongin sangsi.

"Yah, terserah kau saja. Aku hanya mengatakan apa yang aku pikirkan."

"Fine."

"Fine."

Mereka kembali melangkah dalam kesunyian. Sesekali itu hanya suara Chanyeol yang tak sengaja menginjak ranting yang patah.

HIGH HEELS (PCY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang