Chapter 9

7.4K 405 7
                                    

Jangan lupa Vote and Coment yah :)

Jadi? Apa yang kumiliki?
Kekuatan apa yang keluar dari diriku ini?

Apakah aku peri seperti Lily?

Jadi ... Aku bukan manusia?

"Hey, apa yang kau lamunkan?" tanya Yuna yang berada disampingku.

"Tidak ada kok," jawabku cepat, berusaha menghilangkan keraguanku.

"Oh begitu, sepertinya kita tidak bisa berlama-lama disini." ucapnya padaku seperti memberi kode untuk segera pergi dari sini karena banyak pemadam yang mulai memenuhi ruangan ini.

Oh ya ... Jangan lupa, beberapa ruangan yang lain ikut terbakar.

"Ummm ... Ya kurasa kau benar," jawabku dengan tersenyum padanya.

Lalu kami pun segera pergi dari sini, dan menuju aula yang mulai terisi oleh beberapa orang yang terluka, karena kebakaran tersebut.

Di sini pun adabeberapa dokter, karena ada beberapa siswa dan siswi yang mengalami luka, entah luka kecil maupun luka besar ditubuhnya. Karena tak sedikit siswa dan siswi yang terkena reruntuhan tiang penyangga ruangan tersebut.

Aku pun duduk di salah satu kursi, sedangkan Yuna duduk di lantai dan mendapatkan sebotol air mineral begitu pun denganku.

Yuna tidak terluka. Ia hanya kelelahan dan berkeringat saja.

Dan salah satu perawat mendatangiku sambil membawa beberapa obat luka.

"Mana bagian tubuhmu yang terluka?" tanyanya dengan kepala yang tertunduk sembari menyiapkan kapas dan obat luka untukku.

Tapi ... Aku sepertinya mengenali suara tersebut.

Aku pun memperlihatkan luka yang berada pada siku ku yang terluka karena goresan kayu yang terbakar. Hingga lengan bajuku tersobek. Aku mengalami luka tersebut karena pada saat aku ingin dibantu berdiri oleh Yuna tanganku tak sengaja terkena kayu tersebut.

"Ini Kak lukanya," kataku sambil menunjukan siku ku yang terluka. Aku memanggilnya Kak karena dia terlihat masih muda.

Dan saat itu ia pun mendongakkan kepalanya dan aku tau siapa dia.

Bahkan aku berpikir tidak akan bertemu dengan dirinya lagi, aku berpikir perpisahan kemarin adalah terakhir kalinya.

"KAK SASHA!" teriakku yang hampir terdengar oleh orang lain yang berada sekitar beberapa langkah dariku.

"Loh Alika?" tanyanya yang bingung.

"Apa yang terjadi padamu?" tanyanya seperti sedang panik.

"Ya, seperti itulah terluka," balasku sambil tersenyum padanya.

"Sini Kakak obati." ucapnya padaku.

Suara lembutnya membuatku sangat senang bisa bertemu dengannya lagi.

AKU SUNGGUH BAHAGIA.

Tak bisa kubayangkan kalau sekarang aku bertemu dengannya.

Orang yang selalu bersamaku disaat aku terpuruk, menenangkan diriku saat aku menangis, menghiburku saat aku sedih, dan bahagia ketika akupun bahagia.

Dia seolah olah penerang di gelapku.
Seseorang yang kurindukan saat ia tak ada.
Seseorang yang membuatku menjadi tegar.
Seseorang yang selalu memberiku semangat.

Aku sayang Kak Sasha dan akan selalu seperti itu.

____________________________________

"Hey! Alika, sadarlah," kudengar suara Yuna memanggilku.

Aku baru sadar dari tidurku? Apa aku baru saja bermimpi? Oh, sayang sekali.

"Alika, syukurlah kamu telah sadar," ucap Yuna

Ku kerjapkan mataku berkali- kali.

"Dimana kita?" tanyaku pada Yuna.

"Kita masih di sekolah lebih tepatnya di uks," jawabnya sembari tersenyum dan menggenggam tanganku.

Jadi ... Soal Kak Sasha tadi cuman mimpi?

Rasanya seperti bukan mimpi.

Tak mungkin juga kak Sasha masuk SMA dokter?
Tapi aku tak tahu.

Sepertinya tadi hanya mimpi. Seandainya itu nyata aku pasti akan bahagia sekali, ternyata hanya sebuah mimpi indah.

"Hah." Aku menghembuskan napas pasrah.

"Ada apa Alika?" tanya Yuna khawatir.

"Tidak ada apa-apa kok," balasku sambil tersenyum padanya dan berusaha meyakinkannya bahwa aku baik-baik saja, meski tidak. Karena aku masih terbayang mimpi tadi.

Entah kenapa beberapa kenangan akan senyum dan perkataan semangat dari Kak Sasha kembali teringat, aku kini hanya bisa pasrah.

Benar-benar mimpi yang indah.













Bye see you next time

Sorry yah lama updatenya
Banyak tugas numpuk.

Academy Of MagicTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon