Plan B

950 180 15
                                    

Malam ini kami bertemu untuk rapat lagi, untuk memberikan laporan perihal pembuktian teori yang kami lakukan sesuai dengan rencana.

Sunny bercerita, dia pergi menemui Minji-noona di Seoul University, mencari tau tentang isu keluarga Sera. Tapi sayangnya, Minji-noona gak pernah mendengar rumor tentang saudara Choi Sera. Walau begitu, dia mau membantu kami dengan bertanya pada ayahnya nanti.

"Riwayat keluarga Choi bersih sih, aku udah cek semuanya. Mau pake cara apa lagi ya, aku bingung," kata Sunny sambil mengaduk-aduk kopinya. Hari ini, dia tampak berantakan dan sedikit pucat. Wajar sih, dia mengerjakan dua hal sekaligus. Menyelesaikan deadline kerjanya dan mencari kebenaran soal asumsi yang kita buat soal Lily.

"Masalahnya, kalau ada apa-apa, keluarga Choi bisa membersihkan namanya sendiri, susah kalau berurusan sama orang kaya," lanjut Jeno.

Aku menghela napas, mau nggak mau, aku setuju.

"Kalau kamu gimana, Jaem? Ketemu sesuatu?"

Aku menggeleng.

Jujur, aku juga gak menemukan sesuatu yang berarti. "Semakin mengenal dia, hanya semakin membuktikan kalau dia bertolak belakang dengan Lily," kataku tak habis pikir. "Kemarin, Sera memanggilku Nana, Lily bahkan nggak suka dengan nama itu. Terus, waktu aku bawa Nanaimo Bars untuk Choi Sera, dia bahkan nggak begitu tertarik. Sedangkan kalau itu Lily, mungkin dia gak akan mau bagi-bagi coklat itu dengan orang lain. Dan kalian tau gak, apa yang lebih mengejutkan ?"

"Apa?" Tanya Sunny

"Dia gak bisa makan sembarangan,"

"What?" Jeno mendelik bingung. Alisnya terangkat sebelah.

Aku menjentikkan jari ke arah Jeno, membenarkan reaksi anak itu. "Kamu ingat kan, betapa maniaknya si Lily kalau soal makanan?"

Jeno mengangguk. "Iya banget, makannya banyak!" kata Jeno dengan wajah kaget.

Kami terdiam lagi.
Bisa di bilang, kami berada di titik jenuh pencarian. Semua yang kami usahakan nggak menunjukkan tanda-tanda titik terang. Kami kompak melihat keluar jendela, membiarkan pikiran kami melayang sendiri ntah kemana.

"Jadi .. sekarang gimana?" Kataku pelan demi memecah keheningan panjang yang ada di meja ini.

Sunny menghela napas. "Mau gimana lagi? Yang kita punya hanya rencana ini. Mau gak mau kita harus menunggu," kata Sunny lesu, tak seperti biasanya.

Kami bertiga melamun lagi. Diam diam aku melirik Sunny, hari ini dia nggak seantusias biasanya, dia lebih seperti .. pasrah. Padahal biasanya dia selalu bersemangat dan penuh dengan ide-ide gila.

"Baru kali ini aku merasa nggak berguna. Aku gak bisa berbuat apa-apa," ringis Sunny sedih sambil meletakkan kepalanya di atas meja.

"Jangan bilang begitu," sahut Jeno.

Sunny menghela napas.
"Sejak dulu, aku emang nggak becus melalukan suatu hal,"

"Sun," tegur Jeno tegas.

Sunny cemberut, lalu diam lagi.

Tak lama kemudian, dia bangkit dari duduknya, membuat aku dan Jeno lumayan kaget dengan reaksinya yang tiba-tiba itu.

"Aku gak bisa begini terus! Aku gak bisa cuma diam! Aku tau, aku harus melakukan sesuatu! Tapi aku nggak tau apa lagi yang harus aku lakukan!" Kata Sunny frustasi.

"Sun," kata Jeno sambil mengusap lengannya pelan-pelan, memintanya untuk duduk lagi secara tersirat.

Sunny duduk lagi sambil menunduk lesu. "Seandainya aja, ada cara yang lebih cepat .."

Finding Lily | Na Jaemin [✓]Where stories live. Discover now