Hening !
Itulah yang terjadi diantara mereka saat baru menyelesaikan salah paham yang nyaris membuat maut,
Tianwang terlihat terus menundukkan kepalanya karena merasa bersalahnya , sedangkan Bao mau mendengus kesal dan melihat ke arah lain.
Kimtinh dan Qyuma tampaknya sedang mengalami kesulitan untuk membuat mereka berdua bisa menegur sapa untuk memperbaiki suasana yang rumit ini dan saling bermaafan.
"Aku beri kalian waktu " Kimtinh mulai berbicara dengan nada serius seakan seperti seorang pemimpin yang tengah memberi perintah kepada prajuritnya.
Qyuma kaget mendengar ucapan kimtinh namun tidak bagi kedua pemuda itu. Mereka berdua masih sibuk meratap sendiri-sendiri.
"60 detik dari sekarang atau kalian tau sendiri akibatnya " Lanjut Kimtinh sambil melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Itu benda apa ? " tanya Qyuma yang sedang melongoh mengamati benda yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Ini jam tanganku " Jawab Kimtinh sembari menatap Qyuma dengan tatapan aneh, bagaimana mungkin ada yang masih tidak tau tentang jam tangan, bukankah jam tangan itu sudah lumrah di kenal sepanjang tahun oleh semua orang.
Sepertinya Kimtinh mulai merasa aneh dengan semuanya , dari sejak bertemu dengan Qyuma yang masih berpenampilan layaknya kerajaan zaman dulu dan seorang pemuda yang memiliki wajah mirip dengan kakaknya.
"Oooohh" Qyuma yang masih terheran akhirnya mengerti juga dengan apa yang Kimtinh bicarakan.
Kimtinh menggeleng-gelengkan kepalanya dan kembali menatap kedua pemuda yang masih terlihat tidak sedang menanggapi ucapannya lalu Kimtinh langsung mencari-cari sebuah alasan untuk mengancam keduanya hingga akhirnya ia pun mengambil seekor anak tikus di dalam tasnya .
"Baiklah jika kalian memaksa lebih baik ku hitung dari satu sampai tiga .. Satu " Kimtinh mendekatkan tikus ke dekat wajah Bao hingga Bao tampak kaget namun tetap dalam posisi tegasnya dan mencoba tak berkutik saat menahan rasa geli.
"Dua " Selanjutnya Kimtinh mengalihkan tikus mendekati waja Tianwang yang masih menunduk hingga kedua mata Tianwang mulai membulat seketika.
"Tiii.... Tiga" Kimtinh mengayunkan tikus ke arah keduanta namun terhenti ketika suatu perkataan kompak bergema di telinganya.
"Maafkan aku " TianWan dan Bao dengan kompak langsung saling mengulurkan tangannya.
Qyuma menyeringai sambil menahan tawa gelinya melihat Bao dan Tianwang saling meminta maaf dengan kompak karena rasa takutnya di lempari tikus.
Kimtinh saling menepukkan kedua tangannya. "Bagus, bagus .. begitu lebih baik hahaha"
Tianwang dan Bao mendengus kesal karena merasa terkadali. "Awas kalian berdua "
"Hahaha daripada kalian berdua terus diam kan tidak asyik " Bantah Qyuma
"Nah betul sekali, jadi Tianwang kenapa kau tiba-tiba menganggap kakakku seorang iblis? " Tanya Kimtinh dengan tegas.
"Maaf soal itu , adikku tiba-tiba saja marah padaku karena kesalahan yang tak pernah ku lakukan.. jadi ku kira ada seorang iblis yang menyamar menjadi diriku untuk menghancurkan keluargaku " Jawab TianWang dengan jelas hingga membuat Bao tertegun seketika.
"Tunggu, Adikmu laki-laki kan ? " Tanya Bao dengan penasaran.
"Jika iya memangnya kenapa?" Tianwang menyipitkan kedua mata selidiknya kepada Bao.
"Kalau begitu iya , dia sempat menyangka aku adalah kakaknya sedangkan aku tidak mengenalnya sama sekali , jadi aku bingung dengan apa yang di ucapkannya .. maafkan aku , karena kesalahanku adikmu jadi salah paham " Jawab Bao dengan jelas.
"Jadi semua ini karena salah paham .. hmmm aku tidak bisa memaafkanmu sebelum kau membantuku menjelaskan semuanya kepada adikku" Ketus TianWang dengan nada seolah menahan kesal.
"Baiklah " Bao mengangguk setuju dengan apa yang Tianwang katakan.
"Semua akan baik-bail saja " Ucap Kimtinh.
"Ku yakin itu adalah hal.yang mudah kok, apalagi kalian sudah saling bertemu " Lanjut Qyuma sambil menyunggingkan senyumannya sama seperti Tianwang dan Bao yang saat ini telah saling tersenyum tipis sambil menatap satu sama lain bagaikan seoeang saudara kembar.
=========================
》》》Tbc《《《
YOU ARE READING
The Heart
FantasyMencari sebuah jati diri memang tidak mudah, terlalu banyak rintangan yang harus di hadapi. Sama halnya dengan seseorang pemuda yang sedang kebingungan mencari jati dirinya yang sebenarnya, akankah ia dapat menemukan jati dirinya?
