HAVE NO CHANCES

2.3K 299 68
                                    

'It's sad when you never have a change'

.

.

.

Jooheon mengacak rambutnya frustrasi. Ia ingin berteriak, tapi sadar ini masih berada di lingkungan rumah sakit.

"Sial! Mengapa Si Brengsek itu melakukan ini? Apa yang sebenarnya ia pikirkan?"

Kedua tangannya saling meremat. Terlalu munafik jika ia mengatakan dirinya baik-baik saja.

Jooheon tiba-tina saja merasa tertekan. Sangat.

"Sial!" Umpatnya pelan.

"Jooheon-ah, apa yang sedang kau lakukan disini? Tidak jadi mengunjungi Hoseok?"

Hyunwoo, lelaki berwajah datar itu mendudukkan dirinya di kursi kosong samping Jooheon.

"Sepertinya tidak. Aku akan pulang saja." Jooheon bangkit dari duduknya, hendak melangkah namun satu tangan Hyunwoo menghentikannya.

"Kenapa? Kau bahkan belum masuk ke dalam."

"Tidak apa-apa. Dan tolong Hyung jangan mencegahku."

Jooheon melepaskan cekalan Hyunwoo pada pergelangan tangannya, meninggalkan lelaki yang lebih tua darinya itu tanpa menoleh.

"Apa kau tidak ingin melihatnya? Semua orang disana."

Jooheon menghentikan pergerakan kakinya yang baru saja menjauh dua langkah.

"Apa harus? Kurasa kedatanganku tidak akan membawa perubahan yang berarti." Jawab Jooheon masih enggan menoleh. "Dan aku membencinya, jangan pernah sebut namanya lagi di hadapanku. Permisi."

Hyunwoo sedikit berteriak, memanggil nama lelaki bermarga Lee itu berulang kali, berharap ia akan mendengar sedikit ajakannya. Setidaknya berpamitan pada mantan maknae mereka. Namun, Jooheon tetaplah Jooheon, dengan segala bentuk keras kepalanya.

***

Bus yang ditumpangi Jooheon tidak terlalu ramai. Ini masih pukul dua belas siang, orang-orang masih tenggelam dengan kesibukannya masing-masing.

Netra tajamnya memandang kosong ke arah jendela, menatap tanpa minat ranting-ranting pohon yang bergerak silih berganti.

Pikirannya kalut.

Apalagi yang ia pikirkan jika bukan lelaki yang tengah sekarat di atas ranjang rumah sakit?

Jooheon bingung harus bereaksi seperti apa. Salah satu sudut hatinya merasa senang karena setelah hampir satu tahun, akhirnya ia bisa bertemu lagi dengan Changkyun. Dan sudut yang lainnya merasa marah karena momen pertemuan mereka sangat tidak menyenangkan.

Jooheon membencinya. Benci saat keadaan tak sesuai dengan harapannya.

Takdir terkadang tidak seramah itu.

Tangan besarnya mengusap kasar wajahnya. Peringainya yang memang tidak bersahabat semakin terlihat menakutkan akibat banyaknya garis kerut di dahi.

"Hei anak muda, apa kau tidak mau turun?"

Teguran supir bus membuyarkan semua kekalutan dalam pikirannya, ia tersedot dan kembali pada kenyataan. Dilihatnya lelaki tua seumuran dengan ayahnya sedang mengintip dari balik spion besar.

"Satu halte lagi." Jawab Jooheon ragu.

Helaan nafas berat terdengar. Lelaki bernama Lim Changkyun itu terlalu banyak mengubahnya.

IGNORED [JOOKYUN] COMPLETE  ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang