Chapter 77: A Little Truth

138 2 3
                                    

>>Eps. Lalu...
Aku tercengang Angelo dan Elliot bisa membawa Mrs. Honey bersama mereka. Apa maksudnya ini? Mengapa mereka sampai melibatkan Mrs. Honey?
.
.
.
.
.

"Anabeth, boleh kami masuk sekarang?"

"Kami mau bicara baik-baik sama kamu."

"Horaka, yakin kemaren itu kamu ga diapa-apain sama Angelo sama Elliot?"

"Aku hanya dibawa pergi dari sini. Tenang saja, Anabeth, mereka sama sekali tidak menyakitiku."

"Trus kenapa Mrs. Honey ikut sama kalian?"

". . . Mrs. Honey?"

"Bagaimana kalau kita semua masuk dulu?"

"A... ah, iya-iya! Benar..."

Aku membentangkan pintu masuk utama dengan cukup lebar sehingga Angelo, Elliot, Horaka, dan Mrs. Honey bisa masuk secara hampir bersamaan. Keramahan Mrs. Honey membuatku tutup mulut untuk mengungkapkan kemarahanku terhadap Angelo dan Elliot. Akan sangat tidak pantas kalau aku memarahi mereka di depan beliau.

"Anu, maaf, Ma'am... aku tidak punya apa-apa untuk disajikan sekarang..."

"Biar aku siapkan teh, oke?"

Elliot pergi ke arah dapur, berinisiatif membuatkan kami teh. Tinggal kami berempat di ruang tengah. Aku masih berdiam diri, melihat kesana kemari sampai-sampai Elliot sudah membawakan beberapa set cangkir, wadah berisi gula, dan sebuah teko teh yang cukup besar di atas baki kayu. Elliot juga tidak lupa menuangkan teh ke dalam cangkir-cangkir kami.

Keadaan begitu canggung sampai aku bahkan tidak mampu berterima kasih. Mrs. Honey mengambil sedikit gula, melarutkannya dalam teh lalu meminumnya. Begitu pula Elliot dan Horaka. Aku hanya tertunduk dan berharap ada yang memulai pembicaraan terlebih dahulu.

". . . Ah... terima kasih tehnya, ya?"

"Hm-hm..."

"Jadi... bagaimana?"

"Apa, Ma'am?"

"Sepertinya kau sedang memiliki masalah dengan Angelo dan Elliot... saya harap kau mau mengungkapkan segala perasaanmu disini."

Sepertinya sebelum berangkat ke sini, mereka berdua bercerita sedikit soal masalahku dengan mereka kepada Mrs. Honey. Ya, aku memang sudah mengerjai mereka habis-habisan karena aku sudah bosan dan kesal karena aku merasa hampir selalu dibohongi. Oleh karena itu, aku mulai bercerita secara perlahan mengenai permasalahanku yang selama ini aku alami.
.
.
.
.
.

"Hmmm... jadi begitu rupanya..."

"Kesabaranku semakin menipis, Ma'am. Aku bosan dengan kebohongan-kebohongan yang aku alami. Aku ingin kejujuran dan hidup damai dengan kejujuran yang ada."

". . ."

Mrs. Honey terdiam dengan pandangan agak tajam terhadap diriku. Ia menatapku secara seksama untuk beberapa lama. Akhirnya, beliau menarik napas panjang lalu membuangnya secara perlahan, kemudian ia meletakkan telapak tangannya di atas pahaku.

"Saya... aku... sudah mengenal keluarga ini sejak lama. Banyak hal yang telah terjadi telah aku lihat dan aku dengar."

"Mrs. Honey?"

"Anabeth, sebelumnya aku harus memperingatkan kamu 1 hal: tidak semua kejujuran akan membawamu kepada kehidupan yang damai. Waktu bisa menentukan sebuah fakta apakah akan menuntunmu kepada kedamaian atau sebaliknya. Ingatlah, semua ada waktunya..."

"Aku tahu hal itu. Tapi Ma'am, kumohon. Aku ingin fakta itu sekarang. Apa yang sebenarnya disembunyikan dan apa yang kusembunyikan hingga hari ini? Aku bahkan tidak tahu sebenarnya apa yang aku sembunyikan!"

Black HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang