Detachment ~ Melepaskan

29 0 0
                                    

Sukiyem bengong sendiri melihat wajan gosong didepan matanya. Ini sudah yang kelima kali ketika dia masak selalu gosong. Sukiyem tau dengan benar mengapa kejadian ini bisa terjadi. Setiap dia masak, dan ada waktu menunggu masakannya matang, Sukiyem menuju kamarnya, melihat handphone smart-nya yang kadang bikin dia kagak smart.

Ketika membuka facebook dan menemukan laman yang menarik, Sukiyem lupa kalau dia sedang meninggalkan masakan di dapur. Tak terasa sudah hampir setengah jam dia scroll bolak-balik laman facebook-nya, terlibat dalam percakapan asyik dengan teman-temannya. Jika di facebook sudah sepi, Sukiyem pindah ke WA (Whatsapp) lalu ngerusuh disana. Hingga bau gosong tercium ke hidungnya.

Lalu berteriak, "Mas, gosong.....!!" Sukiyem berteriak memanggil suaminya, Paijo. Mereka berdua tergopoh-gopoh mendatangi masakan gosong terpampang didepan mata keduanya. Keduanya saling melirik, krik krik krik. Lalu mereka ketawa bersama. Kenapa mereka ketawa bersama? Karena tidak ada yang bisa disalahkan, karena keduanya sama-sama kecanduan media sosial. Bahkan, komunikasi antar keduanya kadang seadanya saja.

Suatu ketika, disaat tiduran mereka berdoa ngobrol. Kemudian mereka menyadari kesalahan apa yang sedang mereka lakukan. Mereka bersepakat untuk menggunakan sosial media seperlunya saja. Sekedar mencari berita agar tidak ketinggalan update dengan berusaha tidak terlibat dalam percakapan-percakapan.

Pertama kali susah memang. Keduanya kemudian saling mengingatkan. Bila biasanya salah satu akan marah ketika diingatkan, namun karena kesepakatan bersama, akhirnya mereka patuhi jadwal-jadwal itu. Lalu perlahan dan pelan-pelan mereka bisa melepaskan diri dari ketergantungan dengan sosial media, keharmonisan keluarga yang dulu ada kini terbangun kembali.

Bukan tanpa ilmu. Mereka sudah mencoba mencari cara kesana dan kemari untuk mengatasi kecanduan ini, hingga akhirnya mereka menemukan cara yang jitu yaitu dengan mengakses kesadaran.

Sukiyem awalnya tidak mengerti apa itu kesadaran, namun semakin dia pelajari, rupanya kesadaran itu hanya seperti itu. Kesadaran itu sebenarnya selalu bersamanya namun karena otaknya sibuk dengan pikiran-pikiran yang muncul tak terkendali akibat banyaknya informasi yang masuk, akhirnya ia seolah menghilang.

Sukiyem awalnya mengumpamakan kesadaran itu sebagai tembok dinding di dalam sebuah ruangan, namun karena ruangan itu penuh dengan berbagai hal, ia kesulitan melihat wajah dinding tembok. Karena menurut Sukiyem, buat apa memperhatikan dinding tembok, mending memperhatikan isi ruangannya. Awal mulanya isi ruangan itu cukup lega, terasa indah semuanya tertata rapi. Namun kini Sukiyem sadar, rupanya ruangan itu sudah penuh dengan barang-barang rampasan dari mana saja. Hal itu membuat Sukiyem lama-lama tidak betah tinggal di dalam ruangannya sendiri.

Semakin lama Sukiyem keluar dari ruangannya dia akan tetap kembali lagi dan sayangnya, dia kembali membawa barang-barang yang asalnya dari antah-berantah kembali kedalam kamarnya. Sukiyem duduk di pojok ruangannya. Bahkan tempat buat dia merebahkan badannyapun sudah tidak ada, tertutup oleh tumpukan-tumpukan barang. Akhirnya, mau tidak mau, Sukiyem harus mengeluarkan barang-barang di dalam kamarnya satu-persatu. Barang-barang itu tidak dia keluarkan sembarangan karena akan mengganggu orang lain juga.

Ketika ruangannya sudah mulai kosong dan hanya berisi beberapa barang yang paling dia sukain barulah Sukiyem menyadari keberadaan si dinding tembok yang tadi ia cari. Sukiyem rebahan sebentar di kamarnya, membuang kepenatan-kepenatan di dalam dirinya. Tapi Sukiyem masih penasaran, apa jadinya jika semua barangnya dia keluarkan. Sukiyem akhirnya mengosongkan kamarnya. Setelah kamar itu kosong, tanpa sesuatupun yang ia kira adalah hal-hal paling dia butuhkan, Sukiyem baru tahu bahwa kesadaran itu bukanlah dinding tembok melainkan ruang (space) yang tidak berubah sama sekali, bahkan jika tembok dinding itu di dobrak sekalipun, ruang itu tetap ada.

Dari sini Sukiyem mengerti apa arti kesadaran, tanpa harus membuang segala sesuatunya, hanya menyadari keberadaan sesuatu itu di dalam ruang.

Lucunya HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang