Banyak Jalan menuju Roma

34 1 0
                                    

Paijo termenung membaca sebuah status facebook milik temannya. Dia baca pelan-pelan status itu dengan cermat, bunyinya begini:

Dikisahkan,

Seorang yang berjiwa petapa merasakan sibuknya perkotaan. Ia ingin keluar dari hiruk-pikuknya kota menuju ke tempat pertapaan yang hening di lereng sebuah gunung. Sesampainya di lereng gunung ia bertapa dan berharap menemukan keheningan. Namun, keheningan yang diimajinasikannya tak kunjung datang karena di lereng gunung itu dengan jelas ia mampu mendengar suara tetesan hujan, bunyi kelepak daun nangka, cacat-cicit kelelawar, suara kodok yang bersautan dan suara-suara lainnya. Lama kelamaan petapa itu merasa bahwa tempat yang dipilihnya ramai sekali, lalu dia memutuskan untuk pergi ke puncak gunung.

Di puncak gunung tertinggi ia mengimajinasikan tidak akan ada lagi suara-suara bising yang mengganggunya. Sesampainya di puncak gunung yang sepi tiada suara sama sekali, awal mulanya dia hening dan menikmati pertapaannya, namun lama kelamaan dia mulai merasakan keramaian di dalam pikirannya sendiri. Banyak sekali pikiran-pikiran yang datang, seperti: sampai berapa lama aku akan bertapa?, apakah sudah benar jalan pertapaan yang aku tempuh ini?, jika aku kembali nanti aku akan pergi kemana?, dll.  Ramai sekali pikiran-pikiran itu bergelayut....

Di saat pikiran-pikiran itu seperti pasar (kemrewek), muncullah pencerahan itu. "Ah, rupanya disinilah muara tempat keramaian itu, mirip dengan pasar setan, ya, di dalam pikiranku sendiri". Semenjak itu sang petapa menyadari, bahwa dimanapun ia berada, ia mampu bertemu dengan keheningan jika ia mampu menaklukkan (mengheningkan) pikirannya sendiri.

*lalu petapa itu turun dan jadi Jiraya Sensei gurunya Naruto 😄😄😅😄
*selamat hari selasa, hari-hari yang sama dengan warna yang berbeda 🤓🤓

Membaca akhir dari status itu membuat Paijo senyum-senyum sendiri. Dia teringat pada film kartun Naruto yang sudah dia tonton sampe habis. Episode yang menceritakan tentang Jiraya Sensei memang selalu menarik diikuti, karena lebih banyak lucunya namun kisahnya selalu mengandung pengetahuan yang dalam. Terutama saat bekas muridnya melampiaskan dendam pada Naruto murid baru dari Jiraya.

Tapi bukan itu yang menjadi pemikiran Paijo, dia sedang merenungi status itu. Memang benar apa.yang diceritakan disana bahwa biang dari ruwetnya diri adalah pikiran-pikiran yang tak terkendalikan. Permasalahannya adalah bagaimana menaklukannya.

Paijo mendatangi Sukiyem yang sedang sibuk menenun kain pesanan dari pelanggannya. Dia butuh teman diskusi untuk memuaskan gejolak hatinya yang menuntut ingin dipuaskan. Keinginan untuk mengetahui cara menaklukkan pikiran-pikiran itu.

Menanggapi pertanyaan Paijo yang terlihat sedang ingin berdiskusi dengannya, Sukiyem mnghentikan kegiatan menenunnya tapi masih tak beranjak dari tempat duduknya.

"Kamu pengin tau caranya menenangkan pikiran?" tanya Sukiyem.

"Iya"

"Ya tanya aja sama yang bikin status" jawab Sukiyem tanpa merasa berdosa

"Engga mau ah, aku engga suka kenal-kenalan, sedang tidak mood" bales Paijo yang menggerutu karena tidak mendapatkan jawaban yang dia inginkan.

"Sekarang kamu sedang mikir apa?" tanya Sukiyem
"Ya itu, mikirin statusnya temenku itu"

"Waktu kamu mikir itu, kamu mikir yang lain engga?" lanjut Sukiyem

"Maksudnya?"

"Ya itu, kamu amati sendiri pikiranmu itu kemana"
"Pikiranku engga kemana-mana, ya cuman mikirin.itu, sama mikirin kamu yang malah bikin aku bingung" jawab Paijo polos.

====

Penulis sedang males ngelanjutin hahhaaa
Nanti ya

Intinya, untuk mengheningkan pikiran ada banyak cara. Bisa dengan dzikir, bisa dengan fokus ke suatu hal, misal.memperhatikan nafas dll.

Daaa 😆😆😆😎

Lucunya HidupWhere stories live. Discover now