Part 8. Konsekuensi

37 9 2
                                    

Part 8. Konsekuensi

Sering kali hal yang tidak penting dilakukan oleh orang yang sedang jatuh cinta. Misalnya melamun, seperti yang tengah dilakukan Donghyun saat ini. Melamunkan saat yang telah berlalu atau bahkan melamunkan sesuatu yang belum terjadi. Yang penting tidak mengganggu orang lain sih sah-sah saja.

Dua puluh menit berada di meja belajar rupanya Donghyun hanya membuka buku saja tapi tidak membacanya. Kalau begini terus bisa-bisa nilai akademik Donghyun anjlok drastis. Dan sekarang Donghyun bahkan tidak masuk sekolah. Di tengah lamunannya, suara ketukan pintu membuat Donghyun terhenyak.

"Donghyun, ada temanmu di depan. Ayo sapa dulu," kata ibunya Donghyun.

"Ya," balas Donghyun. Ia bergegas keluar kamar begitu ibunya memanggil.

Donghyun keluar kamar hanya dengan celana kolor hitam di atas lutut dan kaus oblong saja. Donghyun berjalan sedikit lemas karena sudah lima kali bolak-balik toilet. Wajah Donghyun juga agak pucat.

"Taek, kenapa kau-?" Suara Donghyun tertahan ketika melihat siapa yang ada di ruang tamu. Ia kira temannya yang datang adalah Youngtaek, tapi yang datang ternyata Sohee.

"Donghyun, katanya kau sakit. Jadi aku ke sini membawa obat," ucap Sohee. Ia berdiri menghampiri Donghyun lalu menyerahkan sekantung obat dalam plastik putih pada Donghyun.

"Te -te -rima kasih," balas Donghyun gagap. Kedua tangannya menerima kantung plastik berisi obat dari Sohee.

Donghyun sebenarnya malu dengan penampilannya yang berantakan. Wajah Donghyun yang pucat, sama sekali tidak ingin Sohee melihatnya. Apa lagi celana kolor di atas lutut bergambar sticth yang ia pakai saat ini. Rasanya Donghyun ingin berlari saja ke kamar atau memakai jubah tidak terlihat milik Harry Potter untuk sekarang. Dan lagi Donghyun penasaran bagaimana Sohee bisa tahu rumahnya.

Di tengah canggungnya suasana, sosok Youngtaek menyembul dari pintu. Sekarang Donghyun tahu siapa yang membawa Sohee ke rumahnya. Itu pastilah Youngtaek.

"Bagaimana keadaanmu? Kau pasti membuat closet penuh hari ini bukan? Haha," ledek Youngtaek.

Temannya yang satu ini memang kadang menyebalkan, bukannya khawatir malah menertawakannya. Donghyun hanya mengumpati Youngtaek pelan. Mereka bertiga duduk di kursi.

"Kau sudah makan?" tanya Sohee.

"Sudah. Kau sudah makan?" tanya Donghyun balik.

Sohee menggeleng. Ia tidak sempat makan karena buru-buru membeli obat, setelah pulang sekolah. Sedangkan saat istirahat Sohee harus mengerjakan tugas di perpustakaan.

"Seharusnya kau makan dulu, aku tidak mau kau sakit sepertiku," balas Donghyun.

"Ah, kenapa kau tidak bertanya padaku. Aku juga belum makan," keluh Youngtaek. Ia merasa jadi obat nyamuk di antara Donghyun dan Sohee. "Lagi pula, kau jadi begini kan karena nekat kemarin."

Flash back.

"Maaf aku lupa bilang kalau aku tidak suka kopi," kata Donghyun menyesal.

"Tidak, bukan salahmu, Hyun. Salahku yang tidak bertanya dahulu sebelum memesan."

"Wah, jadi sisa satu cup kopi kan? Kau tidak perlu sedih, kopi ini biar aku yang habiskan," timpal Youngtaek.

"Terima kasih, Taek," balas Sohee.

Youngtaek berniat mengambil cup kopi tersebut namun tangan Donghyun mencegahnya. Donghyun tidak ingin mengecewakan Sohee yang sudah membelikannya minuman. Paling tidak Donghyun harus mencicipinya.

"Kenapa, kau kan tidak suka kopi?" tanya Youngtaek heran. Masih terjadi tarik menarik cup kopi antara Donghyun dan Youngtaek.

"Aku belum selesai bicara. Aku memang tidak suka kopi, tapi aku akan meminum kopinya. Siapa tahu aku jadi ketagihan. Kau minum saja soda yang Yoojung beli," suruhnya.

"Minum kopi dan soda? Kau mau aku mati ya?" jawab Youngtaek. Akhirnya ia mengalah, dan membiarkan Donghyun memimun kopi yang Sohee pesan.

"Kau benar mau minum kopinya?" tanya Sohee ragu.

"Tentu saja, bukan masalah besar,"balasnya. Donghyun menyeruput es kopi cup besar itu dengan antusias. Tadinya Donghyun ingin mencicipi saja, tapi melihat Sohee yang tersenyum padanya membuat Donghyun rela menghabiskan kopi tersebut.

Dan akhirnya mereka bertiga meminum kopi, sementara soda yang Yoojung pesan ia tinggalkan begitu saja di meja. Akibat meminum kopi itulah Donghyun jadi sakit perut dan diare keesokan harinya.

Flash back off.

"Jadi kau sakit karena minum kopi kemarin?" tanya Sohee terkejut. Juga ada rasa bersalah di hati Sohee. Walau bagaimana pun Sohee lah yang membeli kopi tersebut meskipun tidak memaksa Donghyun meminumnya.

"Sejak dulu, Donghyun memang tidak pernah minum kopi, jadi sampai sekarang perutnya sensitif." Ibunya Donghyun muncul tiba-tiba dan menjawab pertanyaan Sohee. Ibunya Donghyun meletakkan beberapa piring berisi camilan di atas meja. "Makanlah, tidak perlu sungkan," ujarnya.

"Terima kasih," ucap Sohee dan Youngtaek bersamaan.

Ibunya Donghyun berlalu pergi.

"Tidak apa-apa. Besok juga sudah sembuh. Kalau sering minum kopi nanti juga terbiasa," balas Donghyun.

"Tidak boleh. Kau tidak perlu minum kopi untuk biasa. Dari pada kau sakit nanti," larang Sohee.

"Benar, kau itu jangan memaksakan sesuatu yang tidak kau sukai, tidak baik," timpal Youngtaek.

"Iya, iya, baiklah." Donghyun senang karena Youngtaek dan Sohee ternyata begitu peduli padanya. Youngtaek itu sebenarnya perhatian dan setia kawan walau kadang menyebalkan. "Ayo dimakan camilannya," kata Donghyun.

Saat Sohee dan Youngtaek akan mengambil camilan kue lapis dari piring, tiba-tiba terdengar suara gemuruh gaib. Sohee dan Youngtaek membatu lalu saling berpandangan. Mereka mengerti dan tahu betul dari mana suara itu berasal. Sementara Donghyun menahan malu hingga setengah mati menahan sesuatu di bawah sana agar tetap tertutup rapat. Bisa bahaya kalau sampai bocor kan?

"Maaf teman-teman, aku permisi dulu," kata Donghyun sebelum melesat ke toilet.

Sohee dan Youngtaek mengurungkan niat mereka mengambil camilan. Kini Sohee malah mengibas-ngibaskan tangannya di udara tepat di depan hidungnya. Bau yang ditimbulkan Donghyun benar-benar membuat selera makan hilang. Tak berbeda dengan Youngtaek, ia bahkan keluar untuk mencari udara segar? Udara sehat maksudnya.

Selama di toilet, Donghyun sangat menderita. Mungkin hanya orang-orang yang pernah diare yang bisa memahami situasi Donghyun. Keadaan diperburuk dengan insiden barusan. Donghyun tidak tahu lagi bagaimana cara menghadapi Sohee, karena sangat malu.

"Kenapa ini semua terjadi padaku?" tangis Donghyun. Ia menangis entah karena sakit atau karena kepalang malu? Mungkin dua-duanya.

Setelah selesai dengan hajatnya, Donghyun menghampiri ibunya yang tengah sibuk melipat pakaian. Dengan suara melas Donghyun meminta ibunya untuk bicara pada Sohee dan Youngtaek bahwa Donghyun ingin istirahat saja. Sebenarnya itu bentuk pengusiran secara halus. Donghyun tidak tahu lagi bagaimana menahan malu, jadi ia memilih untuk tidak bertemu mereka kali ini.

Ibunya Donghyun menghampiri Sohee dan Youngtaek. Donghyun masih bisa mendengar ibunya bicara walaupun saat ini Donghyun tengah bersembunyi di balik tembok.

"Donghyun harus istirahat, dia baru saja minum obat. Terima kasih sudah menjenguk Donghyun ya. Kapan-kapan mainlah ke sini lagi, nanti Bibi buatkan camilan enak."

Begitu kalimat halus yang diucapkan oleh ibunya. Donghyun hanya melihat dari balik tembok kala Sohee dan Youngtaek keluar dari rumahnya. Sebenarnya tidak sopan seperti itu, tapi lebih tidak sopan lagi kalau insiden tadi terulang kedua kali.



Dear You |Kim Donghyun|Where stories live. Discover now