Part 9. Hasil

50 8 12
                                    

Part 9. Hasil  

Hari-hari berlalu dengan cepat. Usia pacaran Sohee dan Donghyun kini menginjak satu bulan. Mereka lebih sering bertemu saat akan berangkat dan pulang sekolah. Kadang Donghyun sengaja menunggu Sohee di depan gerbang SMA 48 agar bisa pulang bersama. Masa pacaran yang baru satu bulan itu memang manis layaknya gula. Donghyun tidak menyadari jika waktunya telah tersita hanya untuk Sohee bahkan di saat mereka tidak bertemu sekalipun.

Ujian sekolah telah dilaksanakan. Donghyun mendapatkan nilai yang tidak memuaskan, bahkan nilainya jauh anjlok dari ujian sebelumnya. Donghyun terpaku memandangi hasil ujian di tangan. Ia tidak tahu bagaimana harus bicara pada ibunya. Selama ini walaupun tidak pintar, Donghyun selalu berada di peringkat sepuluh besar setelah Jibeom yang ada di peringkat delapan. Tapi kini Donghyun bahkan tidak bisa masuk peringkat di lima belas. Donghyun tidak bermimpi ingin mengalahkan Jaehyun di peringkat dua atau bahkan mengalahkan Joochan di peringkat pertama. Donghyun hanya ingin peringkatnya stabil, itu saja.

Donghyun kadang berpikir, mungkinkah ia terlalu banyak bermain? Atau terlalu sering jalan dengan Sohee? Tidak. Untuk opsi kedua, Donghyun tidak pernah berpikir demikian. Semua itu murni kesalahannya sendiri yang tidak belajar maksimal. Donghyun tidak boleh menyalahkan orang lain atas kesalahannya.

"Donghyun –ah, aku turut prihatin," ucap Youngtaek. Ia menepuk pundak Donghyun pelan sebagai bentuk menguatkan. Karena Youngtaek tahu di mana biasanya nama Donghyun muncul dalam peringkat kelas.

"Aku baik-baik saja, Taek. Aku hanya harus lebih rajin belajar. Semoga saja ibuku tidak marah-marah melihat hasil ujianku," balas Donghyun.

"Aku ragu akan hal itu. Ibumu kan sangat ketat kalau soal nilai ujianmu. Tapi semoga saja ibumu bisa mengerti kali ini," kata Youngtaek.

"Kau benar." Donghyun menghela napas lalu menghembuskannya agak berat. Ibunya selalu berharap nilai yang baik dari Donghyun. Karena nilai yang baik akan sangat membantu Donghyun untuk masuk universitas yang bagus.

Yoojung menghampiri lalu mengambil alih hasil ujian Donghyun. Ia melihat hasil ujian Donghyun saksama lalu menatap Donghyun iba. Yoojung juga ikut sedih akan nilai ujian Donghyun. Yoojung ingin menghibur Donghyun sekarang. Ia mengapit lengan Donghyun sambil tersenyum.

"Lupakan nilai ujian ini, sekarang kita harus makan. Kajja, aku yang traktir," kata Yoojung, berusaha membangkitkan suasana yang suram itu.

"WOW, Yoojung, kau yang terbaik," seru Youngtaek.

"Kajja!" ajak Yoojung.

Yoojung berjalan sambil mengapit lengan Donghyun. Sementara Donghyun hanya mengikuti kakinya melangkah. Donghyun juga ingin melupakan hasil ujian itu untuk sesaat.

Mereka duduk di salah satu bangku di kantin. Youngtaek memesan makanan yang biasa mereka makan. Yoojung sibuk dengan ponselnya. Lalu Donghyun berdiri mendekati mesin penjual otomatis. Donghyun ingin minum soda sekadar membantu perasaannya sedikit membaik. Lelaki manis itu memasukkan sebuah koin, lalu menunggu minuman yang ia inginkan terjatuh ke tempat penampungan di bawahnya. Nahas, mesin itu lagi-lagi berulah. Minuman yang Donghyun beli tidak terjatuh padahal Donghyun sudah memasukkan koinnya. Ini adalah pembuat mood buruk kedua setelah nilai ujian tadi. Ingin rasanya Donghyun mengumpat. Ia menendang-nendang mesin penjual otomatis itu berharap minuman yang telah ia beli bisa keluar.

Mesin itu memang kadang ngambek padahal sudah pernah diperbaiki. Yoojung yang melihat Donghyun menendang mesin segera mengamankan ponselnya ke dalam saku. Yoojung menghampiri Donghyun yang tengah kesal. Tanpa aba-aba, Yoojung menendang mesin itu dengan keras di bagian samping. Terdengar bunyi kaleng jatuh setelahnya. Yoojung berhasil membuat minuman Donghyun keluar dari mesin itu.

"Kau harus punya teknik untuk menendangnya, mesin ini memang kadang merepotkan," kata Yoojung sambil menyerahkan minuman kaleng itu pada Donghyun.

"Gomawo. Kau memang keren Jung," balas Donghyun. Moodnya sedikit kembali setelah menenggak minuman manis bersoda itu.

Mereka kembali duduk bertepatan dengan tersajinya makanan yang mereka pesan. Donghyun mengeluarkan ponselnya. Ia mengirim sebuah pesan pada Sohee.

'Jangan lupa makan siang.'

Donghyun senyum-senyum ketika mengetik pesan tersebut. Sepertinya Sohee pembangkit semangan jitu untuk Donghyun.

Balasan dari MySohee.

'Aku sedang makan siang, tapi aku selalu memikirkanmu. Kau sudah makan?'

Donghyun mengetik balasan untuk Sohee. Tanpa Donghyun sadari, Yoojung yang berada di sampingnya memasang wajah cemburu.

"Donghyun –ah, makan dulu baru main ponsel. Nanti makanannya dingin," kata Yoojung.

Donghyun tidak menjawab ucapan Yoojung, tapi ia memasukkan ponselnya ke dalam saku setelah membalas pesan Sohee. "Ayo kita makan," serunya.

***

Donghyun menunggu Sohee di halte bus untuk pulang bersama. Ia sudah membeli dua cup ice thailand untuk dibagi bersama pacarnya itu. Bus yang ditunggu akhirnya tiba di hadapan Donghyun. Gadis manis berkuncir kuda turun bersama penumpang yang lain, itu Sohee. Gadis itu menghampiri Donghyun yang berdiri di depan halte.

"Menunggu lama, ya?" tanya Sohee.

"Lumayan, sampai esnya mencair," balas Donghyun. Ia memberikan satu cup es di tangannya pada Sohee.

"Terima kasih," ucapnya.

Mereka berjalan lambat menuju rumah agar lebih lama mengobrol. Punya pacar yang beda sekolah memang agak sulit. Mereka hanya bisa bertemu saat pulang sekolah, atau kalau beruntung mereka bisa bertemu saat akan berangkat sekolah.

"Hari ini hasil ujianmu keluar kan? Bagaimana hasilnya?" tanya Sohee.

"Hasilnya? Oh, lumayan," balas Donghyun. Benar, lumayan. Setidaknya Donghyun tidak berada di peringkat terendah.

"Sungguh? Aku ikut lega," ungkap Sohee.

Karena keasyikan mengobrol, tak sadar mereka sudah sampai di depan rumah Sohee.

"Kenapa cepat sekali sampainya," protes Donghyun. Ia masih ingin berlama-lama dengan Sohee.

"Haha, rumah kita kan memang tidak jauh dari halte," balas Sohee.

"Iya aku tahu. Ya sudah, sampai nanti ya."

CUP

Donghyun mengecup singkat pipi Sohee membuat pipi gadis mungil itu bersemu merah. Walaupun Donghyun yang mencium Sohee duluan, tetap saja Donghyun juga ikut malu. Ini pertama kalinya Donghyun berani mencium pipi seorang gadis. Habisnya Donghyun gemas dengan Sohee yang manis itu.

"Maaf, aku pergi dulu, annyeong."

Sohee memandangi Donghyun yang berlari dari hadapannya. Sohee memegangi pipi kirinya bekas kecupan Donghyun. Pipi gadis itu memanas lagi.

"Dasar Kim Donghyun, bisa-bisanya mencuri kecupan di saat seperti ini," gumam Sohee.

Sohee berniat masuk ke dalam rumah, namun sebuah suara menghentikan langkahnya.

"Sohee-ssi. Bisa bicara sebentar?"

"Ya?"




Yeoreobun, aku udah mentok sama ini ff. Maafkan kalo gak ada feel sama sekali ya. Author lagi blank ini.



Dear You |Kim Donghyun|Where stories live. Discover now