SI KEMBAR DEDEH DAN DEDI

28 1 0
                                    


Diiiiiiiiii.... cepetan atuh! Nanti kita téh telat tauu!

Pagi-pagi Dedeh sudah sibuk sekali menggerutu. Dedeh berjalan agak cepat sambil sedikit mengangkat roknya, sesekali dia melompati kubangan air yang berkumpul akibat guyuran hujan lebat semalaman suntuk. Sementara itu, Dedi yang berada di belakang Dedeh, menyeret langkahnya dengan agak malas. Dia terus saja menguap dan mengucek kedua matanya. Merasa sebal sekali di pagi sedingin itu, dia masih harus berangkat sekolah. Diapun sengaja melambatkan langkahnya, meski di sepanjang jalan Dedeh tidak berhenti mengomelinya.

Dedi dan Dedeh merupakan satu-satunya anak kembar yang pernah lahir di desa ini. Meskipun lahir di hari yang sama dan hanya diselang beberapa menit saja, namun Dedi dan Dedeh agak berbeda. Tentu saja selain karena mereka berbeda kelamin, postur tubuh merekapun agak berbeda. Dedi yang lahir pertama, memiliki postur badan yang lebih pendek dan kurus dibandingkan Dedeh yang berbadan lebih tinggi dan berisi. Kekuatan fisik merekapun berbeda. Dedeh yang merupakan perempuan, ternyata jauh lebih kuat dari Dedi yang sering sakit-sakitan. Maka, tidak heran terkadang Dedeh terlihat lebih banyak mengatur. Namun, meskipun begitu, Dedi tetap menyayangi kembarannya itu.

Tinggal sepuluh langkah lagi, Dedi dan Dedeh tiba di sekolah. Namun, dari kejauhan tampak pemandangan tidak biasa. Para murid ramai-ramai berkumpul di luar kelas. Terlihat pula pak Agus yang sibuk mondar-mandir. Ibu Rani juga terlihat tidak kalah sibuknya. Dedi dan Dedeh saling berpandangan heran. Mereka segera berlari mendekati kerumunan murid. Dedi buru-buru menepuk bahu Epul yang berada di depannya.

"Pul, aya naon3?" Tanya Dedi.

"Itu liat, gara-gara hujan semalam, genteng sekolah kita téh banyak yang ambruk!!" Jawab Epul sambil menunjuk ke arah atap sekolah.

"Halah, gimana ini? Kita ga sekolah dong?" Ujar Dedeh seraya berusaha melongok ke atas.

"Kan, aku udah bilang juga tadi, Deeeh, mending ga usah sekolah!" Tandas Dedi sambil mengangkat dagunya, merasa menang telak dari saudarinya yang keras kepala itu. Dedeh melirik saudaranya yang kali ini benar sambil mendengus sebal.

Pagi ini sekolah terasa ramai sekali. Semua murid sibuk memperbincangkan kelanjutan sekolah yang hanya satu-satunya ini di desa Cikarae Wetan. Tiba-tiba saja suara dehaman dari ujung mikrofon memecah keributan murid-murid. Pak Maman mulai mengendalikan situasi.

"Mohon perhatiannya, Anak-anakku!--" Suara pak Maman yang agak berat menggema. Seluruh murid sekejap saja langsung diam. "Bapak mau memohon maaf, dengan kondisi sekolah yang begini, kita tidak bisa belajar sekarang--"

Beberapa anak ada yang terlihat ber-ah sedih, karena tidak bisa sekolah hari ini. Ada juga yang diam-diam menyembunyikan senyumnya, karena memang tidak ingin belajar hari ini, seperti Dedi misalnya.

"...tapi, bapak dan guru-guru lain ingin mohon bantuan kalian semua untuk bekerja sama merapikan barang-barang yang bisa dirapikan sampai jam sembilan. Setelah itu, kalian boleh pulang. Bagaimana, siap?" Lanjut pak Maman.

"SIIIIAAAAAP, PAAAAAK!" Jawab seluruh murid serentak. Merekapun bergegas berpencar dari kerumunan. Kelas 1 dan kelas 2 bertugas membereskan buku-buku dan barang sekolah yang tercecer. Kelas 3 dan kelas 4 bertugas membersihkan lumpur yang mengotori lantai. Sementara itu, kelas 5 dan kelas 6 bertugas mengumpulkan dan membereskan serpihan-serpihan genteng yang berserakkan di lantai.

Bersama murid kelas 4 lainnya, Dedi dan Dedeh pun ikut bergotong royong untuk membersihkan lumpur yang mengerak di lantai. Seluruh murid tetap bersemangat, meskipun hari ini tidak ada aktivitas belajar-mengajar. Mereka melakukan tugas mereka sambil bersenda gurau dan mengobrol, sehingga tidak terasa jarum jam telah menunjukkan pukul sembilan tepat. Walaupun belum sepenuhnya bersih, tapi kondisi sekolah kini jauh lebih baik. Pak Maman mulai menghela nafas di ujung mikrofon. Sesuai janjinya, diapun membubarkan para murid. Bahkan dia juga memberikan bonus libur hingga esok hari, sebab besok akan diadakan perbaikan atap sekolah oleh warga. Para muridpun bergegas merapikan diri dan menggendong tasnya kembali. Dengan pakaian agak kotor, mereka pulang. Dedeh yang sedari tadi bersama Tini pun bersiap untuk pulang. Dedeh celingukan, tampak bingung. Di mana Dedi ya?

PAPAN CITA-CITA : Serial Anak-AnakWhere stories live. Discover now