22.Menyapa tanpa Perantara

834 29 12
                                    

Dear Kamu,

Kamu--Aku sudah berkali-kali kalah dengan rindu,aku pun telah lelah menunggu,
Saat ada celah yang bisa
Membuatku menjadi sinarmu
Tapi sinar sebelumnya telah menerobosku dan kembali padamu,
Miris sekali hidupku.
Apakah ini ending dari sekian banyak prolog?
Aku menangis lagi,berdiri dengan kedua kaki
Lalu kembali berjalan sendiri,
Tak jumpa pada sang pemilik hati.

Menyapa tanpa perantara,Darinya padaku.

--Mungkin--

Aku kembali menjadi aku bukan saya yang aku benci.Panggilan itu telah mengubah sebagian tentang aku dan kamu.Sejak suratmu datang dan berhasil menghancurkan hatiku,sejak itu juga aku mengerti mencintai memang terkadang harus menyakiti.Aku terima hal itu dengan segala hampa yang tersisa membuat mati rasa.

Hari ini adalah hari ketiga sejak aku terluka mungkin dari perjanjian yang aku langgar karena menyapa.Tapi seolah logika ku mengelak,tak mungkin karena itu.Tapi,terima kasih untukmu yang membuatku mengerti kalau cinta memang tak sebercanda itu.Kamu yang membuktikannya untukku.

Hari ini seperti biasa aku sedang menunggu angkutan kota yang melintas,tapi mungkin bukan keberuntunganku untuk kali ini angkutan kota itu selalu penuh oleh penumpang.Aku memilih berjalan kaki setelah lama menunggu angkutan yang sampai sekarang aku tidak mendapatkannya.

Malas sebenarnya karena setelah ulangan sudah dilaksanakan kegiatan yang dilakukan hanya remedial untuk memperbaiki nilai murid yang tidak lulus dari kkm.Tapi mau bagaimana lagi,walau pun aku sudah di beritahu lulus semua mata pelajaran tetap saja absensi masih berlaku.

Aku semakin mengeratkan tali tasku dan memastikan tali sepatu tidak akan lepas,karena kali ini aku akan berlari agar tidak terlambat sampai kesekolah.

Aku berhenti sejenak untuk mengatur napasku yang sedikit ngos-ngosan dan semakin menggila aku langsung berlari saat melirik jam di pergelangan tanganku menujukkan pukul 06.05 pagi itu tandanya aku hanya punya waktu sekitar 40 menit,
sebelum gerbang sekoalah ditutup.

"Aw..."aku meringis karena terjatuh dan menyebabkan siku dan lututku berdarah,bahkan sepertinya kaki ku keseleo.Tapi,ini bukan waktunya untuk menangis,aku mencoba menahan rasa sakit dan kembali berlari dengan kaki yang terseret-seret.

Akhirnya,aku sudah berdiri di depan gerbang sekolah sebelum bel berbunyi,lega rasanya.

"Aduh,neng risa kenapa?,"ucap pak satpam yang melihatku menahan rasa sakit yang semakin nyeri.

"Keseleo pak kayaknya."ucapku pelan karena kepalaku sedikit pusing mungkin karena efek aku belum sarapan pagi.

"saya bantu neng ke uks,"

"Gak usah pak,saya bisa sendiri."

"Ya udah atuh neng."

"Maksih ya pak,saya duluan."

Risa menahan rasa sakit kepala dan kaki secara bersamaan,tapi ia tak mau merepotkan orang lain selagi ia bisa sendiri.Di langkahkan kakinya secara perlahan tapi pusing di kepalanya semakin menjadi-jadi membuatnya tumpang saat di belokkan sebelum menuju uks.

Petugas pmr yang baru saja keluar dari ruangan langsung masuk kembali untuk mengambil tandu untuk mengangkat tubuh risa,tapi sebelum tandu itu datang justru risa sudah diangkat oleh seseorang yang memakai hoodie abu yang buru-buru mengangkat risa ala bridal style.

M U N G K I N  [ slow update ]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt