24.Menyerah untuk Menang

670 29 3
                                    

"Duduk dulu saja,jika sesuatu telah di takdirkan untukmu ia tak akan keliru walau lebih jauh di depanmu."

--Mungkin--

Seminggu setelah kejadian itu,revan meminta untuk bertemu denganku. awalnya aku menolak tapi dia bilang ini menyangkut tentang hubungan diantara aku dan revan.

"Risa ada yang harus kau tau."

"Ini sepertinya terlambat risa tapi kau harus tau,aku dan cheril--ucap revan menggantung karena melihatku meneteskan air mata.

"Lanjutkan."perintahku dengan mengusal air mata dengan kasar.

Revan menghemuskan napas lalu berkata.

"Dia kekasihku"

Seperti ribuan beton yang menimpa tubuhnya dan berhasil membuatnya remuk tak berwujud atau bahkan lebih dari itu.

Risa diam dengan menahan tangis dan sesak yang memenuhi rongga dadanya.

Semesta untuk kali ini dan terakhir kalinya aku bertanya padamu,

"Sudah senangkah melihat tangisku?"

Jika sudah,maka aku akan berterima kasih setidaknya akan ada tawa yang akan mengganti.Tapi jika belum,
puaskan untuk terakhir kali karena mungkin untuk kali terakhir aku menangis seperti ini.

"Kapan?"

"Malam saat aku tidak bisa menjemputmu."

Ada rasa kecewa yang melebur menjadi amarah dalam diriku,tapi ada hal yang mampu membuatku tak mengutarakannya.Dan malam ini biarkan semesta juga tau bahwa alasan itu juga menjadi awal kisah ini dimulai.

Ketulusan dan kesetiaan.

Aku percaya dengan dua hal itu yang membuat aku selalu bertahan dari semua hal yang selalu menyakitiku tapi untuk kali ini dua hal itu telah kau patahkan dengan sebuah pengkhianatan.

Aku mencintainya dengan ketulusan yang selalu aku junjung tinggi dalam sebuah hubungan dan akan selalu aku pertahankan hal itu dari semua hal yang akan mengancurkan dengan sebuah kesrtiaan yang selalu aku jaga dan rawat walau aku tau sudah terlalu jauh dia menyakitiku.

"Terima kasih untukmu Revan wijaya yang telah menghadirkan air mata sebagai hadiah atas ketulusan dan kesetiaan cinta."

Revan hanya diam ketika melihat risa berlari untuk meninggalkannya.

"Mungkin ini yang terbaik untuk kita."gumam revan lalu bangkit dari duduknya meninggalkan taman.

Setelah kejadian itu tak ada yang berubah,hari libur ia jalani dengan senyuman walau pedih rasanya tersenyum saat ada luka dalam diri yang selalu menyiksa.

"Ini pesananmu."

Hanya yosa yang tahu dengan semua hal tentang ini dan dia lah yang membuat risa kembali menyakinkan hatinya untuk utuh walau tak seperti dulu.

"Tersenyumlah ana,setidaknya itu bisa membuatmu lebih baik."

"Ini kembaliannya,kau tunggu aku didepan toko."

Yosa mengangguk patuh lalu berjalan kearah pintu keluar dan duduk dibangku depan toko roti milik keluarga risa.

Lima belas menit sudah berlalu akhirnya risa menemuinya.

"Sudah selesai?"

"Sudah."

Aku dan yosa memilih untuk berjalan kaki menikmati suasana sore hari dikota subang.

M U N G K I N  [ slow update ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang