43.Ratap diri

503 19 6
                                    

"Rusuh kata karena celah merenggang lara,tak kunjung pergi rasa iri pada tatap-ratap-taraf."-Revan wijaya

"Harap adalah ratap diri letak dimana kondisi berubah dengan sendiri jauh dari ekspetasi."-Sopyan nugraha

¤Mungkin¤

Kita adalah dua raga yang saling menunggu akan tetapi saling membelenggu tidak membiarkan salah satu diantara kita jemu hingga ruas-ruas hidup meletup pada perdebatan hangat yang melekat tanpa sekat yang sering kita kenal dengan jarak.

Tidak pernah meragu tentang jarak  itu kita yang sering meredam ego dengan kepergian dan tangisan yang membuat hati mengaung kesakitan.
Tak ada niat menyakiti tapi justru berusaha memahami,sejauh ini kita adalah dua insan yang terbelenggu oleh waktu.

"Gue titip risa."

Kalimat itu sukses membuat sopyan terkejut tapi selanjutnya gelak tawa menggema diruang tamu rumahnya.

"Bercanda lo gak lucu."

"Gue serius."

Keheningan terjadi diantara keduanya,bergulat dengan pikiran masing-masing yang tidak tahun mengapa berhasil membuat raut wajah keduanya lebih serius.

"Lo sayang risa lebih dari sekedar sahabat."

Sopyan melirik sekilas kearah revan tidak ada niat untuk membahas hal itu hingga ucapan revan selanjutnya berhasil membuat seorang sopyan tertarik terhadap topik yang dibahas.

"Setiap kali gue butuh sandaran disaat itu pun sosok risa selalu ada buat gue.Dia selalu berusaha mengerti dengan kebungkaman disertai banyaknya pertanyaan yang menghantui pikirannya sampai titik dimana dia rela berbagi walaupun kata ikhlas belum terpenuhi tapi dia selalu menerima maaf atas apa pun kesalahan yang gue perbuat.

Saat malam penutupan pks gue membiarkan risa menunggu tanpa kepastian gue akan jemput atau tidak tetapi justu gue lebih pilih datang bersama cheril tidak lama setelah itu gue liat risa datang bersama yosa yang berhasil membuat gue marah dan tidak terkendali.Katakanlah gue brengsek dalam segala hal dalam melindungi risa dan gue menyesal untuk menjadi brengsek dimatanya namun seolah berharap menjadi malaikat dihatinya.

Dan sampai sekarang gue tetap jadi cowok brengsek yang ditatap olehnya dengan binar ketulusan disertai senyum manis."

Memeori kebersamaan mereka terputar dengan tempo lambat namun terasa begitu berkesan walaupun masa itu hanya tinggal kenangan.Senyum manis risa adalah alasannya membuka mata saat satu persatu masalah hinggap dikisah hidupnya,dukungan dan sambutan hangat risa selalu menjadi hal paling berharga saat rumah tak bisa menampung tuannya.

"Gue harap setelah hari ini semuanya akan baik-baik saja terutama risa."

Sopyan menghela napas sebagai seorang sahabat yang menempatkan dirinya sendiri pada titik ini.

"Gue mencintai risa dengan segala hal yang ada dalam dirinya tapi tidak pernah sedikit pun gue berniat merebut dia dari lo.

Senja dan kenangan mungkin itu lebih dari cukup bila terus dibatas pelukan kesakitan."ucap sopyan

Puncak eurad dan pelukan gadis yang dicintainya lebih cukup menjadi kenangan hingga matanya nanti tertutup rapat.Dirinya bukanlah laki-laki sebaik erlan yang dengan mudah mengikhlaskan seseorang yang dicintai atau bahkan tidak seberani revan yang akan berdiri terdepan jika miliknya terancam.

Keduanya bergulat dengan pikiran masing-masing hingga gadis yang ditunggu sudah berdiri didepan pintu dengan senyuman manis.
Sopyan melambaikan tangan kearah pintu utama yang sengaja ia buka letaknya tidak jauh dari ruang tamu.

M U N G K I N  [ slow update ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang