7

2.5K 419 20
                                    



Sinar mentari yang menghantam sisi wajah Lisa menimbulkan kerutan di dahinya. Lihatlah, ini sudah pagi tapi enak saja gadis itu masih bergulung dengan selimut polkadot lengkap ditambah mesin penghangat ruangan yang tak ia matikan sejak semalam. Huh, sungguh menambah nikmat surga duniawi.

"Hah"

Sepasang Manik Bambi mulai terbit dari peraduan. Tak butuh waktu lama, Lisa menjatuhkan kedua kaki seraya meraba-raba sandal rumahnya. Namun ia berhenti saat menemukan sepasang sandal biru navy berjejer dengan sandal unicornnya.

Kepalanya sedikit dimiringkan lalu dengan santai meraih benda tersebut. Jika diingat-ingat ini mungkin milik....

"Taehyung?"

"Ahhh"

Ia memukul jidatnya sendiri. Lupa akan kejadian semalam dimana Taehyung menariknya untuk masuk ke kamar. Hei, asal kalian tahu saja, tak ada  sesuatu terjadi  tadi malam. Lisa murni menolak Taehyung dengan alibi ingin tidur lebih cepat. Dan itu sukses membuat sang pemuda membungkam ditempat karena alasan klasik seorang Lalisa Kim.

Woah Daebak!!!Sejujurnya gadis itu tak enak hati mengenai bualannya. Tapi mau bagaimana lagi, Lisa masih mereka-reka lelaki seperti apa Kim Taehyung itu. Dilihat dari seleranya yang sempat menjalin hubungan dengan Jennie saja sudah cukup menjawab pertanyaan Lisa.

Lisa itu gadis penurut yang mudah mempercayai seseorang. Jadi satu-satunya jalan adalah waspada walau kau tahu dia bukan lelaki hidung belang.

Kriet

Pintu yang terbuka, sukses memperlihatkan seorang pemuda tengah berkutat dengan sebuah pisau selai dan dua lembar roti ditangan.

Kedua emeraldnya menyipit, dengan bibir tipis yang melengkung keatas layaknya mentari pagi. Lehernya tenggelam dengan hodie warna biru navy yang selaras dengan...

"Ini positif miliknya"

Lisa melangkah menuju meja makan disertai senyum terbaik pagi ini untuk Taehyung. Setidaknya aura positif akan memenuhi ruangan jika orang-orang didalamnya sendiri yang menyebarkannya.

Jemari kanannya yang bebas, ia gunakan untuk menyeret salah satu kursi agar keluar. Sedangkan sandal rumah dijemari kirinya, di letakkan dahulu pada kursi kosong tepat disebelah sang gadis.

"Taehyung ssi~"

"Hmmm"

Oke, mari biarkan pemuda itu menghabiskan sarapannya. seraya menunggu Taehyung, lisa mengambil dua lembar roti dan mulai mengoleskan selai strawberry cacah kesukaan. Alhasil, jadilah Lalisa ikut sarapan dengan pemuda itu.

Taehyung yang melihat gerak-gerik Lisa, seketika tersenyum dalam kunyahannya. Membuat tujuannya pagi ini-- sarapan dengan Lisa tercapai. Aduh senangnya. Bisa-bisa Taehyung terkena diabetes jika begini. Tapi biarlah, ia rela sakit komplikasi asalkan Lisa selalu disisinya. Mau sampai kapan juga ia akan bertahan dengan obat-obat penyambung nyawa itu.

Imatinib, nilotinib, bahkan transfusi darah mungkin tak lagi dia butuhkan karena pemuda itu bertekad menjadikan Lisa obat alamiahnya.

Ah sudahlah, Taehyung tentu saja tahu, bagaimana Tuhan dengan apik telah mengatur segala yang ia alami sekarang. Sakit keras, nyaris mati, tak ada harapan hidup, atau mungkin memang seharusnya tak hidup. Hingga Lisa berjalan mendekat kearahnya seperti sekarang. Membawakan harapan baru bagi Taehyung, yang telah ia niati sejak pertama kali Lisa tersenyum padanya.

Secara tidak langsung, bisa kita katakan bahwa Lisa lah penyemangatnya mulai waktu ini.


TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang