9

2.2K 374 37
                                    

Boleh tidak, Lisa gelisah sekarang. Kemarin Jennie lalu siapa lagi? Lisa jelas tak mau tertendang dari zona nyamannya bersama Taehyung. Dimana ia telah merasakan bagaimana indahnya jatuh cinta itu.

Lisa tidak picik. Lisa juga tidak egois. Ia sadar melebihi 100% bahwa dirinya belum mengenal pemuda itu sampai ke akar tapi kenapa sudah terjerat sampai kedasar.

Apa ini yang namanya patah hati? Ah bukan-bukan. Lisa berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa wanita itu--tak menjalin hubungan lebih dengan Taehyung. Tapi itu sungguh tak berhasil.

Manusia memang tempatnya nethink, Sampai namanya aura positif itu udah ketelen sama kuasanya negatif.

"Jisoo-ya, kenalkan ini lalisa kim. Calon ibu dari anak-anak ku nanti" cengir Taehyung seraya merangkul pundak lisa.

Gadis bermarga Kim itu hanya diam tanpa mengelak. Mungkin masih dalam mode halunya.

"Hei, kau sungguh-sungguh memilih si alien ini?" Sergap jisoo. Namun Lisa masih diam tak mengiyakan ataupun menyanggahnya.

"Lisa"

"Sayang"

"Ah, ne?"

Ia menoleh kesamping, sedikit terlonjak saat menemukan wajah Taehyung yang begitu dekat dengannya.

"Wae?"

"Yak, haruskah dia memanggilmu sayang dulu, baru kau menyahut?"

"Eoh?"

Wajah Lisa nampak linglung. Ia bahkan tak tahu apa yang mereka bicarakan. Ia bahkan juga tak mengetahui siapa wanita yang tengah berbicara didepannya.

Pandangan sang gadis memendar. Berusaha menyesuaikan sekitar. Dan mendapatkan seorang remaja tanggung yang ia temui tadi dipintu rumah sedang asik menyemil makanan dimeja makan berkursi 4 itu.

"Mianhae, tadi aku sedikit tak fokus"
"Terserah!"

Jadi siapa wanita ini? Lalu anak lelaki itu?

"Ahjussi, let's to play console game"

Lisa menoleh secepat mungkin ke sumber suara. Sedangkan Taehyung yang sedari tadi--masih merangkulnya tak henti-henti tersenyum seperti orang setengah waras.

"Ahjussi?" Desis sang gadis

"Yes, he is my cousin"

"Lalu wanita itu?"

Terlampau cepat. Lisa nampak cemas sekarang. Hingga mampu membuat senyum Taehyung kembali merekah untuk ke sekian kalinya. Pemuda itu menuntun Lisa untuk duduk bersama di sebuah sofa bludru yang tampak sangat elegan. Seelegan pemiliknya.

"Lice, dia itu tunangan ku" Taehyung berucap dalam satu tarikan napas. Hatinya sedikit nyeri ketika mau tak mau harus memberitahukan fakta ini pada lisa. Ayolah~ begini juga, taehyung masih punya hati untuk meringis saat mengatakannya. Pemuda itu merasa jadi orang jahat sekarang. Dengan seenak jidat menaruh perasaan pada lisa namun disisi lain dirinya sudah bertunangan dengan jisoo.

Jangan tanyakan lagi, bagaimana ekspresi lisa sekarang. Ia berusaha menutupi, tapi yang namanya gerak-gerik tak akan bisa dibohongi oleh mata. Lisa jelas kecewa. Ia merasa dikhianati. Ah seharusnya tidak, karena mereka tak punya hubungan apapun, tapi ciuman itu lagi-lagi jadi alasan lisa untuk bertahan dengan hatinya.

"Kau tenang saja, aku tak akan sudi menikah dengan si kunyuk ini, walaupun orang tuanya menjanjikan apapun, well, kurasa ada gadis kim lainnya yang dapat mendampingi taehyung untuk kedepan. Lagipula kau suster rawat kan? Bagus kalau begitu. Kuharap taehyung juga bisa merasakan apa itu menikah, punya anak, dan sembuh total"

Tatapan jisoo meneduh, menyiratkan suatu rasa sedih yang ikut ia tanggung. Bagaimanapun juga taehyung adalah sahabatnya sejak kecil. Melihat pemuda itu tumbuh bersama dan sehat bersama itu sudah sangat menyenangkan bagi jisoo. tapi yang jelas, jisoo tak akan pernah siap untuk mendampingi taehyung selamanya. Karena bahwasanya ia sendiri pun telah memiliki jalan kehidupan sendiri dengan sang kekasih.

"Lalu, kalian berdua tengah bertunangan dalam jenis apa? pura-pura kah atau bagaimana"

"Jujur, kami memiliki kesepakatan." jisoo melirik sekilas pada taehyung lalu kembali pada sang gadis.

"Aku menerima taehyung agar tak ditendang ke kanada untuk menerima laraman sahabat ayahku. Dan taehyung? Tanyakan saja pada dirinya"

Ini sedikit aneh. Kenapa mereka ingin menceritakannya pada lisa, like a clarified at her. Tidak taehyung maupun jisoo, mereka sama-sama tak ingin membuat lisa salah paham.

Nampak taehyung menghela napas sejenak kemudian memandang intens kearah gadis itu.

"Saat kami memutuskan peetunangan, aku masih bersama Jennie sedangkan jisoo masih bersama jin, kekasihnya hingga sekarang. Katakanlah kami egois, tapi cinta tak bisa dikalahkan. See! Jisoo bahkan berjalan 2 tahun bersama kekasihnya, akunya saja yang tak semujur jisoo dan memilih putus dengan Jennie setelah 3 tahun kami berpacaran. Dan lagi-lagi, sebaik apapun rencana kami untuk menghindar, aku baru mengerti, ada rencana lain yang telah tuhan berikan pada kami. Terutama aku. Memiliki penyakit berat lalu bertemu padamu"

"Taehyung~"

"Apa kau merasa lisa? Sesuatu yang berbeda saat aku memandang mu. Detik ini juga aku sangat membutuhkan mu dalam hidupku"

"Hidungmu berdarah!" sergap jisoo

Bruk



















Death note🖤

Aku terkadang melupakan tujuan awal datang kehadapan taehyung. Padahal, ada sebuah profesi yang kuembam dibalik punggung ini.

Sekarang, rasanya sama persis seperti remaja yang sedang kasmaran dengan namanya cinta. Melupakan segalanya, peraturan, serta tanggung jawab untuk merawat seorang pasien.

Dan, kenapa tubuh ini seperti tak memiliki beban sekarang? Kemana aku yang divonis kanker otak, kemana aku yang tiba-tiba akan sulit bernapas saat malam hari, hingga dengan mudahnya aku melupakan itu semua. Apa jangan-jangan aku akan sembuh total jika selalu menatap wajah rupawannya itu?

Tapi semua itu hanyalah semu belaka. Benar kata taehyung

'Dan lagi-lagi, sebaik apapun rencana kami untuk menghindar, aku baru mengerti, ada rencana lain yang telah tuhan berikan pada kami. Terutama aku. Memiliki penyakit berat lalu bertemu denganmu'

Sama, aku dan dia sama. Saling membutuhkan dalam kata cinta💜



TimeWhere stories live. Discover now