Bagian 3

237 23 6
                                    

Dikta duduk bersila di antara kerumunan manusia lainnya yang akan mengikuti MOS SMA Nusa Harapan. Mendengarkan materi membosankan dari OSIS panitia MOS.

"Halo, Adik-Adik! Welcome to our school! Bersyukur sekali kita bisa bertemu di SMA Nusa Harapan, SMA kebanggan kita. Dan kakak ucapkan selamat, karena kalian telah lulus dari bangku SMP dan berhasil melanjutkan ke masa putih abu-abu! Sekali lagi, WELCOME TO NUSA HARAPAN!"

Tepuk tangan menggema dari aula Nusa Harapan, tapi Dikta sama sekali tidak berminat untuk ikut bertepuk tangan. Kayak anak bayi aja, batinnya.

Dikta menoleh ke kanan, barisan kelompok satu dan dua. Chiara dan Riko duduk bersebelahan, saling tertawa dan mengobrol sehingga membuat beberapa teman di sekitar mereka heran namun ikut tertawa juga. Cepat sekali mereka akrab, kenapa Dikta enggan mengajak teman di depannya mengobrol?

Tentu saja, di depannya adalah seorang cewek yang berisik dengan teman di depannya. Di samping kanan dan kirinya, cewek juga, berisik juga. Dikta enggan menoleh ke belakang. Lagipula untuk apa?

Daripada bosan dan kesal mendengar ocehan di depan dan di sekitarnya, Dikta mengeluarkan ponsel dan berniat mengetik pesan untuk Ninda.

Dikta Aswarman : Kamu lagi MOS,kan?
Dikta Aswarman : Jgn deket" sm cowok" disana ya. Nanti aku jg deket" sm cewek disini.

Setelahnya, Dikta kembali memasukkan ponsel ke dalam tasnya. Hanya melihat foto profil Ninda yang menampakkan gadis itu sedang tersenyum dilatarbelakangi sebuah danau, semangatnya kembali lagi. Ah, cinta sesederhana itu rupanya.

"Oi, nama lo siapa?"

Dikta menoleh ke belakang, tepatnya ke arah barisan kelompok dua. Seorang cowok tersenyum padanya, menatap dengan tatapan berbinar bertanya.

"Dikta." Dikta tersenyum pada cowok itu. "Lo?"

"Dikta ... Dikta Aswarman, 'kan? Weh, lo lupa sama gue, ya?" Cowok itu tersenyum lebar. "Gue Ardika! Anak temen nyokap lo yang waktu itu kecelakaan! Inget 'kan, pas umur lima tahun?"

Dikta mengernyit, berusaha mengingat-ingat. Setelah otaknya memutar kembali film ketika seorang anak laki-laki tertabrak mobil saat sedang bermain dengannya, barulah ia ingat. "Astaga, Ardika! Syukur banget, lo udah sehat!"

"Ho-oh, Alhamdullilah banget gue bisa lewatin masa kritis. Bayangin, gue koma selama dua tahun setelah itu. Dan ketika bangun, temen main gue udah nggak ada." Ardika menepuk lengan cewek yang duduk di sebelahnya, tepat di belakang Dikta. "Ee, kamu bisa tuker duduk sama dia, nggak?"

Ucapan Ardika tadi membuat Dikta ikut menoleh. Keterkejutan jelas terpancar dari mata Dikta ketika melihat siapa yang duduk di belakangnya.

"Halo, Mantan."

"Sintya? Lo kok, masuk sini? Bukannya, lo dipindahin ke London?"

Ya, gadis itu adalah Sintya. Mantan pacar Dikta yang pernah bermasalah dengan Ninda. Gadis itu merasakan cubitan kecil di hatinya ketika mendengar Dikta memanggilnya dengan 'lo-gue', tak lagi 'aku-kamu' romantis seperti dulu.

"Iya, Dikta. Gue disekolahin di sini. Tadinya gue pengen nyapa elo, tapi takut salah orang dan ... ya canggung."

Ardika melirik bergiliran pada dua orang itu. "Kalian ... mantan zone?"

"Dulu dia pacar gue, sekarang udah putus," jawab Dikta, "pacar gue sekarang ada di SMKn Ariyudha."

Ada sedikit rasa sakit di hati Sintya ketika Dikta dengan entengnya berkata demikian.

"Ooh, gitu. Kenalin, gue Ardika Hafizh, anak temen nyokapnya Dikta, sekaligus teman masa kecil Dikta yang hilang." Ardika mengulurkan tangannya pada Sintya dan disambut cewek itu. "Salam kenal."

"Iya, salam kenal. Gue Sintya, mantan pacarnya Dikta."

Ardika menatap lamat-lamat wajah gadis di depannya ini. Ada raut kesedihan dan tidak rela ketika memgucapkan kata mantan. Dan mendadak, ia ingin menghilangkan kesedihan itu dari wajah cantik Sintya.

Tapi ... apa waktunya cukup?

***

a/n : tokoh barunya banyak yaa, BANYAK BANGET HUHU GUE AJA GAKTAU INI DASAR IDE DARIMANA

Btw, selamat membaca readerskuh💛
Mangap karena ... telat update :)

SebangkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang