Bagian 8

126 6 1
                                    

Ninda, Mirah, dan Devan duduk di salah satu meja kantin yang masih kosong. Mirah melepaskan kacamatanya, menggosoknya sejenak dengan lembaran pembersih kacamata khusus, kemudian memakainya lagi dan membuka buku novel yang tadi dijatuhkan Ninda.

"Eh, lo ambil jurusan apa sih, Mir? Kok bisa kesini?" tanya Ninda antusias. Mirah meletakkan bukunya.

"Farmasi. Lo tau, kan dari awal gue selalu ngincer bidang biologi medis. Karena nilai gue rasanya nggak cukup masuk SMA yang ngasih akses ke kedokteran, jadi lebih baik gue masuk SMK jurusan Farmasi."

Ninda mengangguk-angguk saja, kemudian berkata lagi. "Gue denger sih, CPNS tahun lalu emang kekurangan tenaga di bidang apoteker. Mungkin peluang lo beneran bagus jadinya."

Devan mengiyakan ucapan Ninda. "Iya, bener banget. Lo abis ini langsung jadi PNS dah, aman hidup lo!"

Mereka bertiga tertawa sebentar. "Terus apa motivasi kalian masuk jurusan tata boga?"

"Gue? Gue emang hobi masak-masak kali, hehehe." jawab Ninda. "Ada bagusnya juga, soalnya pacar gue suka masakan gue."

Mirah menatap Ninda tak percaya. "Loh? Lo udah punya pacar, Nin?" Ia menggelengkan kepalanya antusias. "Ih, lo nggak pernah ceritaa!"

"Ya gimana mau cerita, ketemu aja nggak pernah." tukas Devan sambil mendengus. Ninda dan Mirah tertawa geli.

Ninda mengambil ponselnya yang berdenting, menandakan ada pesan masuk. Pesan masuk dari Dikta. Panjang umur banget, sih.

Berandalque💕 : Nin, ntar aku ke rumah mu ya! Ajarin aku nyanyi. Aku yang gitar, kamu yang nyanyi, okey?

Ninda tertawa lagi. "Ya Tuhan, dia pengen masuk ekstra padus apa gimana sih."

"Siapa, sih?" Mirah melongokkan kepalanya dan menatap Ninda dengan tatapan jahil. "Aaaa pacarnya tohh. Pantesan kayak orang gila, ketawa sendirian."

"Siapa pacar lo, Nin? Kepo gue." tanya Devan.

"Dikta Aswarman. Dulu dia sekelas sama gue pas SMP, jadinya.. ya gitu, deh."

Mirah mengernyitkan keningnya. "Dikta Aswarman... setau gue dia temennya Zaki... Anak geng sekolah lo dulu, kan?"

Ninda mengangguk membenarkan, kemudian menambahkan. "Dia emang anak geng dulunya, tapi meski gitu dia gak pernah masuk kriminalitas. Paling parah ya, berantem cekcok sama guru."

"Ck, cowok nggak bener lo pacarin, Nin." tukas Devan, membuat Mirah mendelik heran.

Akan tetapi bukannya tersinggung, Nina malah tergelak. "Ih, lo nggak tau gimana hebatnya gue ngubah dia jadi anak yang lebih baik, tau! Percaya deh, temen lo yang mirip ondel-ondel ini punya kemampuan ngubah anak berandal jadi baik!"

Devan memutar bola mata kesal, sementara Mirah tertawa janggal, hendak menertawakan sebutan Ninda untuk dirinya sendiri namun merasakan hal yang aneh terhadap Devan.

Ninda bangkit berdiri. "Gue mau beli minum dulu ya, bentar. Jam istirahat masih lama kayaknya. Lo berdua kalo mau balik ke aula masing-masing, duluan aja."

Setelah kepergian Ninda, Devan menghela napas. Sepertinya, Ninda dan cowok berandalan itu benar-benar saling menyukai. Bahkan mungkin, cowok itu sangat menyayangi Ninda sehingga mengubah dirinya menjadi lebih baik demi Ninda.

Mirah menangkan jelas hal itu. Sebagai pemerhati yang baik, Mirah dapat melihat dengan jelas adanya hal mengganggu dari raut wajah Devan. Dan, Mirah tahu pasti jawabannya.

"Van." panggil Mirah. "Lo punya rencana apa buat ngerebut Ninda dari pacarnya?"

***

A/n : HAPPY NEW YEAR GAESS🎇🎇✨🎆🎇

AKHIRNYA AKU UPDATE INI SEBAGAI HADIAH TAHUN BALUUU🌟✨

allright. Maapkan kebanyakan ngaret, karena akutu sudah kelas 9 jadiiiiii.. yo wes gitu :v

Dan, selamat menikmati! Aku usahakan update setiap Sabtu untuk kalian!

Mwah, tq vote dan commentnyaa💕

Piya

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 01, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SebangkuWhere stories live. Discover now