Bagian 5

117 9 0
                                    

Selama MOS, Dikta sama sekali tidak memperhatikan pelajaran. Ardika di belakangnya, sepertinya juga tidak berminat. Dia malah asyik mengobrol dengan Sintya dan salah seorang cewek di sampingnya. Dikta tidak berniat ikut, hanya membiarkan temannya itu menyapa-nyapa cewek.

Mungkin saja selama dua tahun koma, cowok itu lupa bagaimana interaksi dengan perempuan.

Mendadak, Dikta teringat pacarnya yang bersekolah di SMKn Ariyudha itu. Dikta bertanya-tanya, apa yang sedang dilakukan oleh Ninda. Pasti dia sedang MOS juga, tapi Dikta masih ingin sekali mengetahui apa yang dikerjakan cewek itu.

Mungkin, dia sedang bermasalah dengan senior MOS?

Dikta terkikik pelan membayangkan Ninda berdebat dengan seniornya dan kemudian dihukum. Raut wajah Ninda yang suka menantang (dan kadang minta ditabok) selalu sangat lucu. Dikta selalu suka ketika Ninda kesal padanya.

Ah, andai Ninda ikut bersekolah di sini dengannya.

Dikta merasakan tepukan di punggungnya. "Woi, lo ngelamunin apa?"

Kalimat itu membuyarkan lamunan Dikta. Cowok itu menoleh ke belakang dengan tampang datar, lalu berkata, "Apa sih lo? Ganggu gue berhalu aja."

Ardika mengangkat satu alisnya. "Ngehalu apa lo? Jadi Spongebob?"

"Spongebob udah nggak jaman, Ar."

"Oh iya, udah dihapus KPI. Tapi, masih sering ditayangin tau!" ceracau Ardika asal. Melihat Dikta yang malas menanggapinya, Ardika kembali bertanya. "Heh, lo punya pacar jadi gini ya, Dik?"

Kali ini, Dikta berbalik badan. "Ardika, bisa nggak, lo nggak usah ganggu gue dulu? Kesel gue denger cerocosan lo."

Ardika membulatkan mata. "Eh, buset! Gue selalu denger lo tuh berandal, sering ngomong kasar. Tapi, lo yang sekarang kenapa beda banget dari yang dibilang orang-orang? Harusnya lo bilang bangsat, anjing, cicak, atau apa kek buat gue. Tapi--"

"Bacot lo, Njing."

Ardika tertawa lepas. "Nggak usah ngegas woi!"

Dikta mendengus. Temannya yang satu itu pasti sudah tak waras. Dari pada ia tertular, lebih baik ia kembali melihat ke depan. Kembali memikirkan Ninda dengan dalih memperhatikan penjelasan senior di depan.

Sementara itu, Sintya memperhatikan itu. Hatinya sedikit sakit ketika melihat Dikta sesayang itu pada Ninda. Terbesit rasa iri karena Ninda berhasil membawa Dikta ke jalan yang lebih baik. Sintya menghela napas.

Ardika yang berada di sampingnya, memperhatikan itu. Ragu-ragu, ia menepuk-nepuk bahu Sintya kikuk. Sintya terkejut dengan perlakuan mendadak Ardika. Gadis itu menoleh, menatap mata Ardika yang lurus menatapnya tulus.

"Sabar yah, lo pasti ketemu orang yang bisa bikin lo bahagia lagi. Gue yakin, kok."

Sintya tersenyum. Tanpa sadar hatinya mengahangat, apalagi ketika tangan Ardika santai menepuk-nepuk bahunya, memberikan ketenangan.

"Hei, kalian berdua! Jangan pacaran di sini! Kalian berdua! BANGUN!"

Ardika dan Sintya terkejut. Keduanya menoleh ke depan, dan saling berbisik satu sama lain.

Mampus, ketahuan guru!

***

Kalo tadi udah sedih sedih, sekarang seneng dulu.

HAYO MANA VOTENYA DONG UDAH UPDATE  INI LHOOOO :)

Aku mau double update hari ini, hewhew. Kayaknya sebelah juga bakal update :).

Okey, babai. Selamat malam✨.

Salam,

Piya, Seokhwa-gun yeoja dongsaeng

SebangkuWhere stories live. Discover now